Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana bersama Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Nias Selatan melakukan simulasi geladi evakuasi peringatan dini tsunami. Kegiatan ini merupakan bagian dari pemasangan alat peringatan dini bencana tsunami di wilayah Nias Selatan.
Simulasi geladi evakuasi ini menitikberatkan pada prosedur standar operasi ketika merespons peringatan dini tsunami. Kegiatan yang berlangsung pada hari ini, Jumat (11/12) melibatkan puluhan personel dari berbagai pihak. Simulasi geladi evakuasi dilakukan oleh tim siaga bencana yang telah dibentuk bersama dengan masyarakat sekitar. Sebelum geladi, dinas terkait beserta masyarakat menerima sosialisasi potensi bencana gempa bumi dan tsunami oleh BMKG Stasiun Geofisika Gunung Sitoli yang dilakukan di Aula Kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Nias Selatan.
Baca juga: Tinjau Banjir Deli Serdang, Kepala BNPB Serahkan Rp500 Juta
Saat berlangsungnya geladi, Kepala Seksi Diseminasi BNPB Dian Andry Puspita Sari mengatakan geladi ini sekaligus menguji alat peringatan dini tsunami yang dikembangkan BNPB bekerja sama dengan UGM.
“Maksud kegiatan ini adalah sebagai pengenalan alat peringatan dini tsunami dan melatih masyarakat merespon peringatan dini yang ada untuk peningkatan kapasitas agar nantinya mengurangi dampak bencana yang ditimbulkan, seperti jatuhnya korban jiwa,” ujar Dian dalam keterangan resmi, Sabtu (12/12).
Ia menambahkan bahwa sejauh ini, delapan dari sembilan subsistem TEWS ini telah dilakukan. Kedelapan subsistem tersebut yaitu persiapan, penilaian risiko, sosialisasi bencana tsunami, pembentukan tim siaga, pembuatan denah evakuasi, penyusunan prosedur tetap, pemantauan peringatan dini dan geladi serta membangun komitmen pemerintah daerah dan masyarakat. Satu subsistem lagi yang akan secara periodik dilakukan yaitu monitoring status keberfungsian alat.
“Pada tahun ini, TEWS dibangun di kawasan rawan tsunami, seperti di Nias Selatan, Mandalika, Mentawai dan Banyuwangi,” lanjutnya.
Dian menambahkan, alat peringatan dini dibutuhkan agar informasi disampaikan secara cepat dan tepat tentang adanya potensi ancaman bencana tsunami, khususnya saat malam hari karena bencana tidak mengenal waktu.
Kegiatan ini dibuka oleh Asisten 1 Pemerintah Kabupaten Nias Selatan Gayus Duha S. Gayus Duha dalam sambutannya mengucapkan terimakasih atas hibah alat TEWS dari BNPB dan berharap alat dapat dijaga bersama karena memberi manfaat bagi masyarakat. Sebanyak 70 personel bergabung dalam kegiatan ini termasuk Lantamal Nias, Danramil Teluk Dalam, Kepala Dinas Sosial, Kepala Dinas Kesehatan, Kepala Dinas Perumahan dan Permukiman, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan, Satpol PP, RRI Nias, Perwakilan Media, Kepala Lingkungan, Tim Siaga Bencana dan masyarakat setempat.
Pemasangan alat peringatan dini tsunami atau tsunami early warning system (TEWS) tidak terlepas dari wilayah Nias Selatan yang memiliki potensi tsunami. Berdasarkan kajian risiko, Nias Selatan termasuk kategori sedang hingga tinggi untuk potensi bahaya tsunami.
Sistem peringatan dini tsunami ini merupakan sistem yang pemantauan status bahaya dilakukan secara wireless dan jarak jauh. Sistem ini terdiri dari dua bagian, yaitu (1) Warning System Controller dan Sirine, (2) Remote Control System. Dua bagian utama ini saling terintegrasi untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat akan bahaya tsunami melalui sinyal atau tanda peringatan.
Sistem ini terintegrasi antara BMKG dan BPBD. BMKG akan melakukan monitoring kondisi laut dan akan memberikan informasi kepada BPBD setempat apabila terdapat potensi bencana tsunami. BPBD akan menerima informasi dari BMKG dan mengirimkan data ke warning system secara manual (push on) menggunakan remote control yang berada di BPBD.
Selanjutnya sinyal peringatan dini tsunami tersebut kemudian dikirim melalui jaringan GSM dan atau melalui komunikasi radio yang akan diterima oleh warning system controller yang berada di daerah rawan bencana atau terdampak. Warning system akan memberikan peringatan dalam bentuk suara sirine.
Sejarah mencatat Nias Selatan yang berada di Provinsi Sumatra Utara mengalami tsunami pada 2005 setelah dipicu oleh gempa M8,7. Akibat bencana itu, lebih dari 5.000 rumah warga hancur dan lebih 100 orang meninggal dunia. (H-3)
Salah satu langkah konkret yang dilakukan adalah penyebaran informasi kebencanaan melalui berbagai saluran komunikasi, termasuk operator seluler dan televisi.
Selain gempa dan tsunami, layanan distribusi informasi peringatan dini berbasis televisi digital tersebut juga memungkinkan untuk bencana, seperti kebakaran hutan, aktivitas vulkanik.
ADANYA potensi gempa dan tsunami megathrust membuat Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) diminta agar merawat sistem peringatan dini di daerah.
Power supply menjadi hal yang paling mendasar dan esensial yang harus diperkuat pemerintah untuk membuat sistem SNPDK dapat berjalan efektif.
Kepala Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN Adrin Tohari mengatakan pemerintah perlu meningkatkan infrastruktur berupa power supply guna memaksimalkan pemberian informasi kebencanaan.
Pengetahuan masyarakat dalam menghadapi bencana perlu ditingkatkan
BNPB menyebut wilayah Indonesia masih akan dipengaruhi oleh dinamika atmosfer. Kondisi itu membuat ancaman bencana hidrometeorologi juga masih akan mengintai.
BNPB mencatat 18 kejadian bencana di berbagai wilayah Indonesia dalam kurun waktu 24 jam sejak Selasa (24/6) pukul 07.00 WIB hingga Rabu (25/6) pukul 07.00 WIB.
Sebagai bentuk respons, BPBD Kabupaten Demak bersama sejumlah pihak melakukan penanganan darurat, termasuk penutupan tanggul, pompanisasi di titik kritis.
Lokasi banjir antara lain di Kecamatan Tellulimpoe, Sinjai Utara dan Sinjai Timur. Sedangkan data korban terdampak berjumlah 60 kepala keluarga atau 271 jiwa.
Sementara itu, kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau telah membakar sekitar 96 ha sejak awal tahun.
Di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, sebanyak tujuh unit rumah rusak ringan, satu unit rumah rusak sedang, dan tiga unit rumah rusak berat akibat angin kencang pada Sabtu (10/5).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved