Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Perdamaian dan Keselamatan, Esensi Beragama

Faustinus Nua
26/11/2020 12:50
Perdamaian dan Keselamatan, Esensi Beragama
Warga Tionghoa melakukan penyemprotan disinfektan di Masjid Al-Hikmah, Singkawang, Kalbar. Singkawang dikenal sebagai kota paling toleran.(MI)

MENTERI Agama Fachrul Razi menegaskan agama selalu lahir dalam misi mulia, yaitu untuk perdamaian dan keselamatan. Namun, seiring perkembangan zaman dan kompleksitas kehidupan manusia, teks-teks penafsiran agama mengalami multitafsir, menyesuaikan dengan kondisi geososio budaya masyarakatnya.

Hal ini disampaikan Menag saat membuka gelaran Seminar Tokoh Agama yang mengusung tema Kerukunan dan Moderasi Beragama Dalam Konteks Kemajemukan Bangsa, Rabu (25/11).

Seminar ini menghadirkan pembicara dari perwakilan Kementerian Luar Negeri, dan narasumber yang berasal dari tokoh-tokoh dari enam Agama di Indonesia.

Dia mengatakan bahwa sebagian pemeluk agama tidak lagi berpegang teguh pada esensi dan hakikat ajaran agamanya. Melainkan bersikap fanatik pada tafsir kebenaran versi yang disukainya dan terkadang yang sesuai dengan kepentingan ekonomi dan politiknya, maka konflik pun tidak terhindari.

"Hal-hal semacam ini tidak saja terjadi di Indonesia, tapi juga di berbagai belahan dunia," kata Menag dalam keterangan tertulis.

Menurutnya, teks-teks penafsiran agama acapkali bergeser dari agama itu sendiri. Dalam tataran normatif ilahiyyah, kebenaran kitab suci, secara harfiah bisa dikatakan mutlak. Namun, dalam tataran historis-interpretatif, kebenaran bisa juga diklaim relatif.

Menag menyatakan ada enam agama yang banyak dianut oleh masyarakat Indonesia, yaitu Islam, Kristen, Katholik, Buddha, Hindu dan Khonghucu. Selain itu , masih ada ratusan agama leluhur dan penghayat kepercayaan yang hidup dan berkembang di bumi pertiwi.

"Di masing-masing agama dan kepercayaan itu terdapat pandangan-pandangan yang berbeda. Pemeluk agama berhak berpandangan bahwa yang dianutnya adalah agama yang paling benar," ungkapnya.

"Namun di sisi lain, pemeluk agama berbeda juga punya hak berpandangan hal yang sama bagi agama yang dianutnya. Untuk itulah pentingnya rasa saling menghargai dan menghormati antar pemeluk agama dan kepercayaan lainnya," tandas Menag. (H-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum
Berita Lainnya