Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
UPAYA diversifikasi pangan dengan ragam biodiversitas tanaman penghasil karbohidrat perlu dikembangkan dalam mendukung ketahanan pangan nasional, terlebih dalam menghadapi dampak perubahan iklim.
Hal itu ditegaskan oleh Prof Dr Edi Santosa, Guru Besar IPB University dari Fakultas Pertanian. Saat ini, Prof Edi bersama dengan Malaysian Agriculture Research and Development Institute (MARDI), Philipina, Fiji dan didanai oleh Food and Agriculture Organization (FAO) melalui Centre of Agriculture and Bioscience (CAB) Internasional membangun konsorsium talas sebagai pangan masa depan antisipasi perubahan iklim.
“Yang kita kembangkan adalah talas-talas yang tidak gatal dan cocok dengan lidah Indonesia. Secara potensi, IPB University punya koleksi talas yang banyak. Kami kumpulkan dari berbagai daerah seperti Nusa Tenggara Timur (NTT) dan sebagainya. Kita sudah punya aksesi yang bagus, lalu kita lakukan percobaan-percobaan di lapangan," beber Edi Santosa, dilansir dari laman IPB University.
Ia menjelaskan tanaman talas memiliki nutrisi yang sangat lengkap dibanding dengan umbi-umbi yang lain. Ada protein, mineral dan indek glikemiknya juga lebih rendah dibandingkan beberapa umbi-umbian yang lain.
Produksi talas juga terbilang mudah karena hanya membutuhkan sedikit air dan cukup dengan pupuk kandang maka sudah dapat hidup dan bisa diandalkan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Prof Edi, satu pohon talas menghasilkan satu kilogram lebih dengan produktivitas 40 ton per hektare dengan harga talas di petani sekitar Rp5.000 per kilogram.
Saat ini Prof Edi sedang mencari umur talas yang lebih genjah agar panen talasnya dapat lebih cepat dengan produktivitas yang terus bertambah.
Menurut Prof Edi, talas termasuk tanaman yang bandel, karena daya adaptasi ekologinya lebih luas dan fleksibel dibandingkan tanaman pangan yang sudah ketat prosedur produksinya. Talas juga dapat ditanam tanpa pestisida dan pupuk pabrik. Sehingga biaya inputnya akan jauh lebih feasible bagi petani kecil dibandingkan dengan komoditas lain.
Oleh karena itu, Prof Edi berharap pihak-pihak terkait dapat terpanggil untuk membangun diversifikasi pangan dari masyarakat yang paling membutuhkan. Untuk produksi yang lebih besar, butuh adanya dukungan hilirisasi dari sisi pemasaran dan industri pengolahannya.
"Harapannya talas bisa menjadi tanaman penting untuk daerah-daerah yang rawan perubahan iklim, menjadi pilar rumah tangga untuk menaikkan pendapatan serta dapat menjadi aktivitas industri di skala rumah tangga. Pilihan varietas terus dikembangkan.
Prof Edi menambahkan, IPB University, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian (BB Biogen) saat ini sudah mengumpulkan koleksi ragam jenis dan varietas talas di Indonesia.
"Kita usahakan agar keragaman genetik itu bisa kita kembalikan ke petani. Sehingga petani secara riil terlibat dalam perakitan varietas secara mandiri, yang biasanya kita sebut on farm conservation dan participatory breeding. Talas ini adalah kekayaan alam kita, tapi saat ini, pada khazanah pangan kita belum terlalu diperhatikan. Padahal perannya di ekonomi dan ketahanan pangan pada masyarakat sangat dirasakan," tutup Prof Edi. (H-2)
Skinproof memastikan bahwa produk-produk skincare yang beredar memiliki keamanan dan kualitas yang diharapkan oleh konsumen.
Gigi yang tidak rapi membuat penampilan jadi kurang maksimal. Tak hanya itu, kondisi tersebut juga menjadi akar sejumlah masalah kesehatan gigi.
Potensi yang dimiliki Indonesia harus dijaga serta dikembangkan oleh para peneliti sehingga nantinya industri herbal di Indonesia bisa semakin meningkat produksinya.
Ronaldo mampu meningkatkan jumlah followers Instagramnya hingga dua kali lipat atau sekitar 47% dalam setahun terakhir.
PERSIB Bandung secara resmi mengumumkan perubahan hari jadi dari 14 Maret 1933 ke 5 Januari 1919, dengan merujuk pada hasil riset tim Unpad.
Sejatinya waktu kita cukup terbatas. Karena itu, jika tidak piawai, kita akan kehilangan kesempatan mencapai kondisi emas di tahun 2045.
BADAN Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi bahwa kondisi cuaca ekstrem berupa curah hujan sangat tinggi akan terus bertahan hingga Maret-April 2025.
Empat perempuan muda tersebut yakni Yola, asal Kota Kupang, Karmelita asal Kabupaten Nagekeo, Ina, asal Kabupaten Lembata dan Helda asal Kabupaten Timor Tengah Selatan.
Di tengah krisis iklim dan krisis pangan, peran petani milenial dan pemanfaatan teknologi menjadi kunci penting bagi Indonesia dalam menjaga ketahanan pangan nasional.
Workshop pemilahan sampah diharapkan dapat mengedukasi kalangan anak anak untuk peduli lingkungan sejak dini.
Mengawali rangkaian acara menyambut ulang tahun, Swiss-Belresort Dago Heritage dan Zest Sukajadi Bandung menggelar kegiatan penanaman 141 pohon di Taman Hutan Raya, Ir. H. Djuanda, Bandung.
Konsorsium SNAPFI, merupakan tim proyek penelitian kolaboratif antara Pusat Perubahan Iklim Institut Teknologi Bandung (PPI-ITB) dengan Deutsches Institut für Wirtschaftsforschun
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved