Headline

Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Pengembangan Batik Perkuat Diplomasi dan Ekonomi

Mediaindonesia.com
05/11/2020 19:23
 Pengembangan Batik Perkuat Diplomasi dan Ekonomi
.(MI/Agus Mulyawan)

PENGAKUAN batik sebagai warisan budaya nonbendawi oleh UNESCO harus dilihat sebagai bentuk pengakuan dunia terhadap ciri khas sekaligus kedaulatan bangsa dan budaya Indonesia.

"Eksistensi batik di kancah dunia saat ini tidak terlepas dari proses diplomasi panjang yang dilakukan para diplomat kita," kata Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat saat berbicara secara daring kepada peserta Sekolah Staf dan Pimpinan Kementerian Luar Negeri, Kamis (5/11).

Sebelas tahun yang lalu, ujar Lestari, pada 2 Oktober 2009, UNESCO sebagai organisasi kebudayaan dunia telah menetapkan batik sebagai warisan budaya dunia asli Indonesia.

Menurut Rerie, sapaan akrab Lestari, pengakuan dunia terhadap batik itu harus bisa dimanfaatkan secara maksimal bagi kepentingan bangsa.

Apalagi, tegasnya, batik sebagai karya budaya anak bangsa juga berperan dalam proses menuju dan mengisi kemerdekaan.

Sejumlah motif, ungkap Rerie, seperti batik jawa hokokai mengadopsi motif-motif khas bernuansa Jepang berbentuk bunga-bunga, dengan tujuan diplomasi.

Produksi batik dengan motif jawa hokokai itu, jelasnya, di masa lalu diproduksi sebagai salah satu cara agar memperlancar komunikasi dengan pihak Jepang.

Upaya diplomasi dengan memanfaatkan batik pun, ujar legislator Partai NasDem itu, dilanjutkan pada masa kepemimpinan Presiden Soeharto.

Saat itu Indonesia menjadi tuan rumah KTT APEC pada 1994 dengan menjadikan batik sebagai pengganti pakaian resmi di acara tersebut. Pola diplomasi serupa pun dilanjutkan hingga saat ini.

Menurut Rerie, selain bisa digunakan untuk kepentingan diplomasi, batik juga bisa menjadi penguat sektor ekonomi. Ini karena, jelasnya, industri batik melibatkan ribuan tenaga kerja pada industri terkait, dari hulu ke hilir, seperti produsen malam, canting, kain, perajin, hingga distribusi dan pemasaran.

Penguatan sektor ekonomi, jelas Rerie, berperan penting bagi eksistensi negara. Bahkan, saat ini ada kecenderungan perang bukan semata memperebutkan teritori atau wilayah, tapi penguasaan ekonomi.

"Salah satu yang harus diupayakan yaitu cara agar batik menarik bagi investor, tanpa menghilangkan jati diri batik secara budaya. Jadi, investor tidak melulu mengikuti selera pasar," ujarnya. Keterlibatan investor dalam pengembangan batik, jelas Rerie, diharapkan mampu meningkatkan eksistensinya lebih luas lagi. (RO/OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya