Selasa 15 September 2020, 00:09 WIB

Sinergi Diaspora Wujudkan SDM Indonesia Unggul

Syarief Oebaidillah | Humaniora
Sinergi Diaspora Wujudkan SDM Indonesia Unggul

Dok. Pribadi
Webinar tentang diaspora Indonesia

 

OPTIMISME dan semangat membangun Indonesia unggul harus terus digelorakan.Dalam kaitan ini keberadaan diaspora Indonesia yang tersebar di berbagai negara berperan strategis untuk mewujudkan Indonesia yang maju dan unggul tersebut.

Hal itu ditegaskan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementeiran Pendidikan dan Kebudayaan Nizam dalam Webinar Internasional bertajuk “Gotong Royong dan Sinergi Diaspora melalui Penelitian dan Reka Cipta dalam Rangka Pemulihan Ekonomi Pasca Pandemi Covid-19 di Indonesia”. yang diselenggarakan Tim Kerja Akselerasi Reka Cipta Ditjen Dikti Kemendikbud, Minggu (13/9).

“Saatnya menjadikan Indonesia unggul dalam kedaulatan teknologi dan reka cipta, layaknya garuda yang terbang dengan sayap, paruh, dan kakinya yang kokoh,” kata Nizam.

Nizam menyampaikan kiprah perguruan tinggi untuk berinovasi luar biasa. Terjadi lompatan transformasi digital yang sangat luas hingga lebih dari 4.500 perguruan tinggi di Indonesia. Bahkan dalam kurun waktu empat bulan ini ada lebih dari 1.000 temuan reka cipta perguruan tinggi serta beberapa diantaranya sudah memasuki tahap produksi.

Apalagi jika ada dukungan diaspora untuk mengalirkan simpul potensi karya reka cipta di berbagai belahan dunia serta transfer knowledge, tentu akan berdampak baik pada kedaulatan teknologi serta pondasi ekonomi yang kokoh.

Baca juga : AFT Godok Guru Masa Depan

“Ide dan pengalaman diaspora di berbagai negara, harapannya mampu diadaptasikan di dalam negeri,” ucapnya.

Paristiyanto menambahkan ekosistem reka cipta yang sedang digagas Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud akan terwujud dalam sebuah platform bernama Kedai Reka. Platform Kedai Reka menjadi sarana untuk melakukan bentuk ekspresi Tridarma perguruan dan menjadi bagian dari kebijakan Kampus Merdeka.

Sehingga kedepannya berbagai karya penelitian para inovator perguruan tinggi tidak hanya selesai di laboratorium atau publikasi, melainkan menjadi karya reka cipta yang bermanfaat selama situasi dan pasca pandemi Covid-19.

“Kami sangat siap dan membuka kesempatan yang begitu luas bagi diaspora untuk berkontribusi bersama dalam platform ini,” ujarnya.

Junior Research Group Leader Technische Universitat Braunschweig Jerman Hutomo Suryo Wasisto menjelaskan, hakikat ilmu pengetahuan dapat digunakan dimanapun, diantaranya ilmu pengetahuan untuk pengetahuan itu sendiri, ilmu pengetahuan untuk publik, ilmu pengetahuan untuk kebijakan, dan ilmu pengetahuan untu ekonomi.

Khusus dalam menghadapi situasi pandemi Covid-19 ini, ilmu pengetahuan untuk ekonomi sangat dibutuhkan dalam upaya pemulihan ekonomi pasca pandemi agar kembali kokoh.

"Pada implementasinya aktivitas penelitian di Jerman juga belum sempurna dalam hal research facility. Namun, hal tersebut dapat terjawab dengan kolaborasi yang menjadi kunci keberhasilan dalam membangun ekosistem reka cipta,” papar Hutomo.

Misalnya, sinergi diaspora bersama LENA (Laboratory for Emerging Nanometrology) Jerman dalam membangun IG-NANO (Indonesian-German Center for Nano and Quantum Technologies).

“Begitupun research collaboration kami lakukan dengan LIPI dan perguruan tinggi dalam negeri seperti ITB, ITS, dan UGM,” ujarnya.

Professor of Information System Departement of Management Science Lancaster University Inggris Juliana Sutanto mengatakan, dalam proses penelitian harus melibatkan stakeholder terkait. Alasannya, karena terkadang banyak core permasalahan yang tidak dapat dipahami oleh peneliti dan hanya diketahui oleh stakeholder yang bersangkutan.

Begitupun dengan fokus riset yang harus dapaat menyasar pada dampak yang dihasilkan dan bermanfaat bagi masyarakat luas.

"Maka dari itu Indonesia sebagai negara berkembang sebaiknya memfokuskan pada frugal and reserve innovation, bukan pada conventional innovation yang telah banyak dilakukan oleh negara maju,” jelas Juliana. Lalu pada prosesnya harus berorientasi pada user-centric innovation serta melakukan pengembangan inter-disciplinary innovation.

“Ketiga hal tersebut sangatlah penting dalam proses penelitian, dengan tujuan menghasilkan dampak yang besar serta menjadi solusi terhadap sebuah persoalan,” jelasnya.

Project Assistant Professor National Taiwan University of Science and Technology Iman Adipurnama menyebutkan, Taiwan memiliki platform bernama GLORIA (Global Research and Industry Alliance) yang memiliki kemiripan dengan platform Kedai Reka yang sedang digagas Ditjen Dikti. Gloria merupakan ekosistem reka cipta yang dikembangkan oleh Kementerian Riset Taiwan.

Baca juga : Program Australia-RI Dorong Cegah Pernikahan Anak di Tanah Air

Dalam proses implementasinya pemerintah Taiwan juga memiliki enam pilar strategi industri yang berhasil menekan 1,5% pertumbuhan ekonomi pada kuartal 1. Keenam pilar tersebut diantaranya adalah mengembangkan industri digital informasi, cyber security, medis dan bioteknologi, pertahanan nasional, energi hijau terbarukan, dan stockpile industries.

“Global market, permintaan industri, dan talenta kampus menjadi kunci keberhasilan Gloria sebagai ekosistem reka cipta di Taiwan yang mana memiliki keterkaitan dengan visi Kampus Merdeka Kemendikbud RI,” ujarnya.

Direktur Pengembangan Usaha dan Inkubasi Universitas Gadjah Mada ( UGM) Hargo Utomo menjelaskan, situasi saat ini menjadi situasi anomali yang tidak pernah diduga oleh masyarakat. Kondisi kedaruratan skala global mendorong bandul kehidupan masyarakat menuju keseimbangan baru dimana isu kesehatan dan ekonomi bergerak secara cepat dalam ekosistem yang dinamis.

Reka cipta dilakukan untuk tujuan peningkatan daya saing (competitiveness) dan daya tangguh (resilience) bangsa, sebagai rujukan untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa produsen, dan bukan sekedar dijadikan pasar hasil reka cipta. Pengembangan basis industri yang bernilai tambah serta peningkatan skills dan kompetensi modal insani harus menjadi prioritas strategis.

“Semangat gotong royong harus dibawa dalam membangun engagement, sehingga reka cipta tidak hanya sebagai sebuah kebaharuan melainkan sebagai sebuah dampak,” jelasnya. (OL-7)

Baca Juga

Antara/Rizal Hanafi.

Abu Bakr bin Al-Liban yang Sabar Terima Celaan Istri

👤Meilani Teniwut 🕔Jumat 31 Maret 2023, 16:30 WIB
Dikisahkan bahwa pada suatu hari ini si istri mengatakan kepada beliau yang sangat ter...la...lu. "Hei tukang zina!" teriak sang...
MI/Agus

Ketersediaan Tenaga Pengajar yang Kompeten Harus Konsisten

👤Mediaindonesia.com 🕔Jumat 31 Maret 2023, 16:00 WIB
WAKIL Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat mendorong pemenuhan ketersediaan guru di Tanah Air dengan berbagai upaya untuk mengatasi kekurangan...
ANTARA/ARNAS PADDA

UGM Lepas Varietas Padi Gamagora 7 ke Publik

👤Ardi Teristi 🕔Jumat 31 Maret 2023, 14:57 WIB
Gamagora 7 memiliki ketahanan terhadap hama wereng batang cokelat biotipe 2 dan memiliki ketahanan terhadap penyakit hawar daun bakteri...

E-Paper Media Indonesia

Baca E-Paper

Berita Terkini

Selengkapnya

Top Tags

BenihBaik.com

Selengkapnya

MG News

Selengkapnya

Berita Populer

Selengkapnya

Berita Weekend

Selengkapnya