Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

UGM: Jangan Mudah Percaya Klaim Penemuan Obat Covid-19

Atikah Ishmah Winahyu
06/8/2020 14:04
UGM: Jangan Mudah Percaya Klaim Penemuan Obat Covid-19
eniliti LIPI sedang memisahkan ekstrak daun ketepeng untuk mendapatkan senyawa murni untuk obat herbal covid-19(MI/FRANSISCO CAROLIO HUTAMA GANI.)

Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Zullies Ikawati meminta masyarakat agar tidak mudah percaya terhadap klaim penemuan antibodi yang disebut dapat mencegah serta menyembuhkan pasien covid-19 yang ramai diperbincangkan publik belakangan ini. Hal tersebut dikarenakan penemuan obat bukanlah sesuatu yang mudah.

“Jika ada berita-berita yang mengklaim penemuan obat covid-19, jangan cepat percaya karena penemuan obat covid-19 tidak semudah itu. Carilah info-info berimbang pada lembaga-lembaga yang tepercaya seperti Badan POM,” kata Zullies dalam pernyataan tertulis, Kamis (6/8).

Lebih lanjut dia menerangkan pernyataan penemuan antibodi covid-19 yang berasal dari herbal merupakan istilah yang tidak tepat, karena antibodi sendiri adalah suatu protein yang dibentuk oleh sistem imun ketika menghadapi paparan antigen/patogen, bisa berupa virus, bakteri, jamur, dan lainnya, termasuk terhadap virus covid-19.

“Jadi, kalau ada orang yang mengklaim menemukan atau menciptakan antibodi, tentu itu hal yang sangat tidak tepat,” tegasnya.

Antibodi, imbuh Zullies, adalah senyawa yang dihasilkan oleh sel-sel imun, yaitu oleh sel limfosit B yang bekerja melawan antigen. Dalam hal covid-19, yang bisa disebut sebagai produk antibodi adalah plasma convalescent yang berasal dari pasien covid-19 yang sudah sembuh.

Baca juga: BPOM: Belum Ada Obat Herbal untuk Sembuhkan Covid-19

“Pasien covid-19 yang sudah sembuh akan memiliki antibodi terhadap covid-19. Nah, ini yang kemudian diisolasi plasma darahnya lalu ditransfusikan kepada pasien sakit, di mana plasma darah ini mengandung antibodi covid-19,” jelas Zullies.

Dalam konteks lain, suatu antibodi bisa diisolasi dari makhluk hidup dan mungkin dikemas menjadi satu sediaan, misalnya anti bisa ular (ABU). Serum anti bisa ular dibuat dengan cara memberikan bisa ular ke dalam tubuh hewan, yakni kuda atau domba.

Zullies menerangkan proses penemuan vaksin dan obat adalah proses yang berbeda. Obat bisa berasal dari senyawa kimia atau diisolasi dari herbal atau sumber lain. Obat memiliki target tertentu pada tubuh manusia.

Namun sebelum dicobakan ke manusia, calon obat harus menjalani dulu serangkaian uji pre-klinik pada hewan atau pada sel. Selain itu, calon obat juga harus diuji keamanannya.

Vaksin, kata Zullies, bukanlah obat. "Vaksin adalah suatu senyawa berupa antigen yang lemah yang bekerja memicu produksi antibodi pada tubuh orang yang divaksin," paparnya.

Menurutnya, vaksin covid-19 dapat dibuat antigen berupa keseluruhan virus yang dilemahkan atau bagian dari virus yang kemudian ditempelkan pada virus pembawa lain, atau berupa mRNA virus SARSCoV2. "Orang yang menerima vaksin ini akan menghasilkan antibodi terhadap virus covid, sehingga menjadi lebih kebal dan tidak mudah terinfeksi," pungkasnya. (OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Bude
Berita Lainnya