Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Perhatikan Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja saat Pandemi

Atalya Puspa
05/8/2020 15:40
Perhatikan Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja saat Pandemi
Sejumlah pelajar mengikuti pembelajaran di halaman rumah warga di dusun Kapuhan, Majaksingi, Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Selasa (4/8).(ANTARA/ANIS EFIZUDIN )

Kesehatan jiwa anak dan remaja selama pandemi covid-19 perlu mendapatkan perhatian khusus. Pasalnya, keterbatasan ruang gerak di tengah adaptasi kebiasaan baru berpotensi menimbulkan masalah pada kejiwaan anak dan remaja.

Dikatakan Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa Kemenkes, Fidiansjah, terdapat sejumlah faktor risiko terjadinya masalah kesehatan jiwa dan gangguan jiwa anak saat pandemi. Di antaranya, minimnya fasilitas pendukung untuk pembelajaran jarak jauh.

Baca juga: Pandemi, Ketergantungan terhadap Internet Meningkat 5 Kali Lipat

"Sebanyak 68% anak memiliki akses belajar, 32% tidak mendapatkan program belajar dalam bentuk apapun," kata Fidiansjah dalam Temu Media Kesehatan Jiwa yang dilaksanakan secara daring oleh Kementerian Kesehatan, Rabu (5/8).

Selain itu, PJJ juga membuat anak harus melakukan adaptasi cepat dalam proses pembelajarannya. Dikatakan Fidiansjah, 37% anak tidak bisa mengatur waktu belajar, 30% anak sulit memahami pelajaran, dan 21% anak tidak memahami instruksi guru.

"Berikutnya, meningkatnya tekanan psikososial selama pandemi. Berdasarkan catatan Kemenkes, 47% anak merasa bosan tinggal di rumah, 34% merasa terinfeksi covid-19, 35% anak merasa khawatir ketinggalan pelajaran, dan 20% anak merindukan teman-temannya," bebernya.

Masalah lainnya yang berpotensi mengganggu kesehatan jiwa anak yakni keluarga. Berdasarkan pantauan Kemenkes, 15% anak merasa tidak aman, 10% merasa khawatir tentang penghasilan orang tua, dan kekurangan makan, 11% anak mengalami kekerasan fisik, dan 63% anak mengalami kekerasan verbal.

Untuk mencegah masalah kejiwaan pada anak dan remaja selama pandemi covid-19, Fidiansjah menyatakan pihak pemerintah telah melakukan berbagai upaya, salah satunya penguatan pelayanan kesehatan dan pengaduan masalah kesehatan jiwa.

"Layanan kesehatan jiwa melibatkan Kementerian Sosial, Kementerian Agama, dengan upaya pembelajaran yang harus sudah muali kita siapkan. Dari sini tentu Dinas Kesehatan menyiapkan bantuan. Puskemas, RS, sudah siap mengakomodir hal-hal yang dibutuhkan," beber Fidiansjah.

"Kita juga berharap kesehtaan jiwa berbasis pada kekuatan masyarakat sebagai subjek bukan hanya sebagai objek. Dukungan paling tinggi tentu harus datang dari masyarakat," tandasnya.

Pada kesempatan yang sama, Perwakilan UNICEF Ali Aulia Ramly mengungkapkan, orang tua harus memahami gejala-gejala gangguan kesehatan jiwa yang muncul dalam diri anak dari perilakunya.

"Mislalnya ada anak yang tadinya aktif, jadi lebih banyak diam. Anak diam, jadi lebih banyak aktif. Lalu mudah marah, kemudian juga memancing kemarahan. Atau lebih banyak tidur, kehilangan nafsu makan, atau perhatikan gejala fisik seperti tiba-tiba flu, diare, dan sebagainya," beber Ali.

Dirinya menyarankan, orang tua harus menciptakan lingkungan yang nyaman namun tetap mengontrol perilaku anak di rumah agar anak terhindar dari stres.

"Apa yag bisa dilakukan? Kita harus membuat struktur. Jam berapa dia isturahat, nonton TV, bermain gadget. Struktur itu harus dibuat, agar memberikan kenyamaman bagi anak," pungkasnya. (H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : HUMANIORA
Berita Lainnya