Headline
KPK akan telusuri pemerasan di Kemenaker sejak 2019.
Momen kelahiran bayi merupakan fase krusial untuk memberikan vaksinasi hepatitis B. Pasalnya, penularan hepatitis B pada anak 95% terjadi pada saat kelahiran, sementara sisanya sebanyak 5% terjadi di dalam kandungan.
Hal tersebut diungkapkan Dokter Spesialis Kesehatan Anak dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Hanifah Oswari dalam webinar peringatan Hari Hepatitis Sedunia 2020, Selasa (28/7).
Baca juga: 79 Kabupaten/Kota Langgar SKB 4 Menteri Kegiatan Belajar Mengajar
"95% itu bisa kita cegah untuk terjadi penularan dari ibu ke bayi kalau kita sejak dini melakukan pencegahan. Jadi pada saat lahir ini, kita menghadapi saat yang paling penting untuk bertindak segera agar menyelamatkan bayi-bayi dari hepatitis B," kata dr. Hanifah.
"Berikanlah vaksinasi hepatitis B sejak bayi baru lahir, lakukan itu kurang dari 24 jam. Berikan vitamin K injeksi lebih dulu, kemudian setengah jam berikan vaksinasi. Jangan tunggu sampai 24 jam tapi sedini mungkin saat keadaan bayi sudah stabil," imbuhnya.
Dengan pemberian vaksinasi ini, katanya, 95% bayi dan anak membentuk respon antibodi. Sementara 5% di antaranya sudah terjadi infeksi di dalam kandungan sehingga respon antibodi tidak berhasil.
Sementara itu, ibu dengan hepatitis B yang melahirkan bayi tidak cukup diberikan vaksinasi. Pasalnya, efek yang dihasilkan hanya sekitar 80% yang menimbulkan antibodi.
"Tetapi kalau diberikan pada bayi tersebut vaksin ditambah HBIg immunoglobulin, maka kita bisa menyelamatkan sampai dengan 95% bayi tersebut. Yang 5% lagi sudah terjadi di dalam kandungan sehingga vaksin dan HBIg tidak berhasil menolong bayi tersebut," jelasnya.
dr. Hanifah mengingatkan bahwa kita bisa menciptakan generasi bebas hepatitis B sejak lahir bila kita mau memberikan vaksin dan HBIg untuk bayi yang lahir dari ibu HBsAg positif. Dengan catatan tidak terlambat dan dengan dosis pemberian yang tepat.
Virus hepatitis sendiri merupakan virus yang sangat infeksius, terutama hepatitis B dan C. Ia dapat menyebabkan sirosis hati, kanker hati, bahkan kematian.
Sementara penyebaran virus hepatitis B mempunyai karakteristik tersendiri, yakni penularan vertikal dari ibu ke anak yang sangat tinggi. Jika bayi terinfeksi pada usia sangat dini, ini akan mengakibatkan komplikasi berupa sirosis dan kanker hati pada usia yang masih muda. (H-3)
Dokter sekaligus pemerhati kesehatan, Reisa Broto Asmoro, dalam diskusi daring bertajuk ASI dan Imunisasi, menyebutkan bahwa ASI dan imunisasi dua hal yang tidak bisa saling menggantikan.
Imunisasi tidak dapat diberikan kepada anak berkebutuhan khusus apabila dia memiliki gangguan medis kontra indikasi.
Sebanyak 13 provinsi belum mencapai target cakupan imunisasi bayi lengkap 90% dalam tiga tahun terakhir dan tren anak yang belum mendapatkan imunisasi dasar meningkat signifikan.
Akses layanan imunisasi yang terbatas, pasokan vaksin yang terganggu, konflik, situasi kemanusiaan yang sulit menjadi faktot bayi belum diimunisasi.
Vaksinasi influenza memang tidak menjamin anak bebas dari flu sepenuhnya, namun dapat mencegah gejala menjadi berat atau komplikasi serius.
PBB memperingatkan kesenjangan imunisasi semakin melebar, karena maraknya misinformasi dan pemangkasan drastis bantuan internasional.
Saat ibunya diimunisasi maka zat antibodi-nya akan bisa masuk melalui plasenta dan saluran tali pusar ke si bayi
Hepatitis B merupakan infeksi virus yang menyerang hati dan dapat bersifat akut maupun kronis.
Selain vaksin primer, yang wajib diberikan, orangtua juga bisa mempertimbangkan memberikan vaksinasi tambahan, misalnya vaksin influenza.
Di dua lokasi uji coba yaitu Kabupaten Bogor dan Kabupaten Banjar, cakupan vaksin PCV1 untuk pencegahan pneumonia meningkat.
Hal itu terjadi karena pemerintah Indonesia melaporkan adanya kasus Vaksin Derived Polio Virus (VDPV).
Vaksin influenza untuk anak bisa diberikan pada anak berusia lebih dari 3 bulan. Selain anak, vaksin flu juga perlu diberikan untuk kelompok rentan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved