Headline
BANGSA ini punya pengalaman sejarah sangat pahit dan traumatis perihal kekerasan massal, kerusuhan sipil, dan pelanggaran hak asasi manusia
BANGSA ini punya pengalaman sejarah sangat pahit dan traumatis perihal kekerasan massal, kerusuhan sipil, dan pelanggaran hak asasi manusia
PANDEMI virus korona (covid-19) menyebabkan perubahan perilaku masyarakat. Saat ini, masyarakat bersiap memasuki new normal life atau pola hidup normal baru akibat pandemi dalam dua bulan terakhir.
Ini merupakan tahapan resiliensi atau tahapan ketiga dari proses penerimaan masyarakat terhadap pandemi covid-19. Berikut, segala hal yang terjadi selama pandemi, seperti perubahan kebijakan hingga berbagi informasi.
“Sekarang sebenarnya kita sudah mulai masuk pada tahap resiliensi. Kita sudah mulai berpikir, merencanakan, lalu bertindak, step by step untuk resiliensi untuk menghadapi what’s the next?” ujar psikolog Ratih Ibrahim, saat dihubungi, Kamis (7/5).
Baca juga: Masyarakat Harus Selektif Pilih Informasi Saat Pandemi Covid-19
“Kita sudah beradaptasi. Jadi kita menemukan new normal. Oh ternyata work from home, kita harus menyesuaikan diri bekerja dari rumah,” imbuhnya.
Ratih menjelaskan setidaknya ada tiga tahapan perubahan perilaku masyarakat selama pandemi. Tahap pertama, social panic/kepanikan sosial di mana awalnya masyarakat tidak paham tentang covid-19. Kemudian, masyarakat dikejutkan penyebaran virus yang masif dalam waktu singkat.
“Ketika kasus covid-19 muncul, karena masyarakat tidak mengerti, cuek saja. Lalu pemerintah juga seolah-olah menganggap enteng karena ini benar-benar virus baru. Tapi kemudian ternyata penyebarannya sangat masif, orang kaget,” pungkas Ratih.
Baca juga: Hindari Covid-19, Warga Diminta Jaga Jarak Fisik di Supermarket
“Maka dilakukan banyak intervensi. Bukan hanya intervensi mikro, tapi juga masuk ke makro. Lalu WHO menetapkan sebagai pandemi. Ketika dalam waktu kemudian booming bahwa ini bahaya banget. Itu menimbulkan social panic,” jelasnya.
Sosial panic berpengaruh pada perilaku masyarakat. Ada yang melakukan panic buying, bahkan menunjukkan indikasi gangguan kejiwaan. Namun ada juga yang terlihat tenang. “Ini yang dimaksud tahap satu, di mana orang tidak tahu, jadi tahu, lalu panic. Jadi mereka sangat gelisah, paranoid, rigid, kesejahteraan jiwanya terganggu. Perilakunya juga terganggu, ada banyak hal yang kemudian terganggu dan menjadi goncang,” tutur Ratih.
Pada tahap kedua, masyarakat mulai mampu beradaptasi dengan situasi, meski masih ada rasa cemas, sedih dan panik. Melalui berbagai informasi yang beredar, masyarakat mulai mengetahui langkah untuk mengantisipasi penyebaran covid-19. Seperti, rajin cuci tangan, physical distancing, hingga melakukan kegiatan di rumah saja.
Baca juga: Anies: Masyarakat Bisa Beli Produk Pangan dari Pedagang Pasar
“Tahap kedua sedihnya ada, cemasnya ada, paranoidnya ada, tapi level paniknya berkurang. Orang-orang mulai sadar dengan apa yang terjadi sama mereka. Terbukti, jumlah orang yang melakukan konseling mulai turun pada April dibandingkan bulan sebelumnya,” ungkapnya.
Sedangkan tahap ketiga yang sekarang kita hadapi. Masyarakat sudah bersiap untuk menghadapi hal baru di masa mendatang. Bahkan, mulai bermunculan kesempatan baru di tengah pandemi covid-19.
“Orang-orang sangat kreatif. Mereka membuat sesuatu yang baru dari adanya pandemi. Penjual tanaman misalnya. Mereka bilang karena masyarakat pada di rumah, jadi banyak yang belanja tanaman. Ada sektor industri yang kemudian tumbuh. Jadi kita bicara tentang new normal,” tutupnya.(OL-11)
Wamenkum Sebut RUU KUHAP Berasal dari Usulan Masyarakat
KANTOR Kontras di Jalan Kramat II, Kwitang, Jakarta Pusat didatangi tiga orang tidak dikenal pada Minggu (16/3) dini hari, sekitar pukul 00.16 WIB
KETUA Komisi I DPR RI Utut Adianto menyikapi adanya kritik dan aksi protes yang disampaikan Koalisi Masyarakat Sipil, khususnya KontraS terhadap revisi UU TNI.
PENURUNAN skor dan peringkat Indonesia dalam indeks demokrasi 2024 yang dirilis Economist Intelligence Unit (EIU) menunjukkan adanya proses otoritarianisasi.
MENTERI Hak Asasi Manusia (HAM) Natalius Pigai mengatakan Presiden Prabowo Subianto selama 100 hari menjabat tak mengekang kebebasan masyarakat sipil.
WAKIL Ketua Komisi II DPR RI, Aria mengungkapkan tantangan demokrasi Indonesia pada pemerintahan Prabowo ke depan semakin berat, khususnya dalam memulihkan integritas kelembagaan
Campak lebih menular empat hingga lima kali lipat dibanding covid-19. Karenanya, cakupan imunisasi harus amat tinggi supada ada herd imunity.
Penelitian terbaru mengungkap infeksi flu biasa atau rhinovirus mampu memberi perlindungan jangka pendek terhadap covid-19.
PASCAPANDEMI, penggunaan masker saat ini mungkin sudah tidak menjadi kewajiban. Namun demikian, penggunaan masker nyatanya menjadi salah satu benda penting untuk melindungi diri.
Pengurus IDI, Iqbal Mochtar menilai bahwa kekhawatiran masyarakat terhadap vaksin berbasis Messenger Ribonucleic Acid (mRNA) untuk covid-19 merupakan hal yang wajar.
Teknologi vaksin mRNA, yang pernah menyelamatkan dunia dari pandemi covid-19, kini menghadapi ancaman.
Menteri Kesahatan AS Robert F. Kennedy Jr. membuat gebrakan besar dengan mencabut kontrak dan membatalkan pendanaan proyek vaksin berbasis teknologi mRNA, termasuk untuk covid-19.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved