Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Perpustakaan Dongkrak Kemampuan Literasi Masyarakat

Atikah Ishmah Winahyu
25/2/2020 17:33
Perpustakaan Dongkrak Kemampuan Literasi Masyarakat
Mendagri Tito Karnavian (kanan) berbicara dengan Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando (kiri) di Rakornas Perpustakaan Nasional(MI/MOHAMAD IRFAN)

KEPALA Perpustakaan Nasional, Muhammad Syarif Bando, mengatakan kemampuan literasi berkaitan erat dengan tingkat pengetahuan suatu bangsa dalam mengimplementasikan dan mengeksplorasi sumber daya alam yang melimpah untuk kesejahteraan masyarakat. Dia mengungkapkan, suatu negara bisa punah apabila masyarakatnya tidak menguasai literasi.

Oleh sebab itu, perpustakaan nasional mengambil kebijakan utama tentang cara meningkatkan indeks literasi bangsa Indonesia yang saat ini di masih di bawah negara lain. 

Namun, Syarif meminta agar masyarakat tidak terjebak pada opini tentang rendahnya budaya baca di Tanah Air.

"Indonesia budaya bacanya bukan rendah, tapi yang mau dibaca tidak cukup. Saat ini untuk kebutuhan buku-buku ilmu terapan, 1 buku ditunggu 5 ribu orang yang artinya dibutuhkan waktu 13 tahun bagi setiap orang untuk mendapatkan akses buku. Kita jangan terjebak pada opini tentang rendahnya budaya baca, tetapi mari kita perbaiki," kata Muhammad Syarif Bando dalam sambutannya di acara Rakornas Perpustakaan Nasional di Hotel Bidakara, Jakarta, Selasa (25/2).

Selain itu, menurut Syarif, berdasarkan standar UNESCO, untuk meningkatkan kemampuan literasi setiap orang seharusnya membaca paling sedikit tiga buku setiap tahunnya.

"Kalau jumlah warga Indonesia 270 juta, berarti kita butuh 710 juta eksemplar buku setiap tahun," imbuhnya.

Baca juga: Wisata Literasi di Grhatama Pustaka

Kemudian, masyarakat juga harus bisa menciptakan ide atau gagasan baru dari buku-buku yang dibacanya. Tidak cukup hanya sekedar memahami apa yang tersirat dan tersurat. Dia menegaskan bahwa pendidikan dan perpustakaan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan.

"Pendidikan dan perpustakaan tidak bisa dipisahkan karena perpustakaan merupakan jantung dari sebuah pendidikan," imbuhnya.

Syarif berharap, pemerintah daerah dan pemerintah pusat bisa bekerja sama untuk menciptakan taman bacaan yang layak sesuai kebutuhan masyatakat.

"Paradigma perpystakaan bukan persoalan bagaimana anda datang ke perpustakaan tapi bagaomana perpustakaan datang ke masyarakat," tandasnya.

Saat ini Indonesia telah memiliki tiga aplikasi perpustakaan yang dapat diakses melalui telepon genggam yaitu, Indonesia One Search yang menyediakan sekitar 3 miliar artikel, i-pusnas perpustakaan digital yang menyediakan jutaan buku yang dapat dibaca secara online, dan Khastara (Khasanah Nusantara) yang menyimpan ratusan ribu dokumen kuno. (A-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani
Berita Lainnya