Headline
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
BADAN Meteorologi, Klimatoligi dan Geofisika (BMKG) memprediksi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat akan terjadi hingga April 2020.
Berkaitan dengan itu, Kepala Pusat Meteorologi Publik Fachri Rajab menyatakan adanya potensi bencana yang ditimbulkan sepanjang musim penghujan.
"Kondisi curah hujan lebat ini berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor dan banjir bandang," kata Fachri kepada Media Indonesia, Rabu (25/12).
Fachri menyebut, adapun hujan dengan intensitas sedang hingga lebat berpotensi terjadi di wilayah Sumatera Barat, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Papua bagian Tengah hingga sepekan ke depan.
"Daerah-daerah dengan potensi hujan lebat itu perlu diwaspadai terjadinya bencana hidrometeorologi," imbuh Fachri.
Baca juga : Sebagian Wilayah DKI Diprediksi Hujan Siang Ini
Untuk mengantisipasi bencana tersebut, ia mengimbau agar masyarakaf terus memantau info cuaca dari BMKG.
"Pastikan lingkungan rumah dan saluran air dalam kondisi bersih sehingga siap untuk menerima, menyerap dan mengalirkan air hujan," ungkapnya.
"Kalau ada pohon-pohon yang sudah tua dan rindang agar dipangkas, untuk menghindari dahan roboh akibat angin kencang," imbuh Fachri.
Terpisah, dalam rilis resmi BMKG, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengimbau sejumlah wilayah perlu mewaspadai potensi cuaca ekstrem dan hujan lebat pada periode libur natal 2019 dan tahun baru 2020.
Adapun wilayah tersebut yakni Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Kep. Bangka Belitung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Maluku, Papua Barat, dan Papua.
"Umumnya, hujan terjadi dimulai pada saat menjelang siang hingga sore hari," kata Dwikorita.
Baca juga : Curah Hujan Februari Bisa Meningkat 4 Kali Lipat
Lebih lanjut, Dwikorita menjelaskan bagi masyarakat pesisir, nelayan, dan wisatawan pun perlu mewaspadai potensi gelombang tinggi hingga 4 meter di beberapa wilayah perairan Indonesia, terutama periode 23-28 Desember 2019.
Gelombang setinggi 1.25 - 2.5 meter (Moderate Sea) berpeluang terjadi di Perairan utara Sabang, Perairan barat Aceh hingga Kep. Mentawai, Perairan Enggano-Bengkulu, Perairan barat Lampung, Selat Sunda bagian selatan, Perairan selatan Jawa hingga P. Sumba, Samudra Hindia selatan Jawa hingga NTB, Selat Bali-Selat Lombok-Selat Alas bagian selatan, Laut Sawu bagian selatan, Perairan selatan P. Sawu hingga P. Rotte, Samudra Hindia barat Sumatra, Laut Natuna Utara, Perairan Kep. Anambas-Kep. Natuna, Laut Natuna, Perairan timur Bintan hingga Lingga, Laut Sulawesi, Perairan Kep. Sangihe-Talaud, Laut Maluku, Perairan utara Halmahera, Laut Halmahera, Perairan utara Papua Barat hingga Papua.
"Sementara untuk tanggal 27 & 28 Desember 2019 terjadi peningkatan gelombang laut setinggi 2,5-4 meter berpeluang terjadi di Perairan Selatan Jawa Tengah hingga Sumbawa, Samudra Hindia selatan Jawa Tengah hingga Sumba dan Laut Natuna Utara," tambah Dwikorita.
Dwikorita mengimbau masyarakat agar tetap waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi yang dapat terjadi. Selain itu, masyarakat juga harus waspada terhadap kemungkinan hujan disertai angin kencang yang dapat menyebabkan pohon maupun baliho tumbang/roboh.
"Tidak berlindung di bawah pohon jika hujan disertai kilat/petir, Waspada kenaikan tinggi gelombang, dan Menunda kegiatan penangkapan ikan secara tradisional hingga gelombang tinggi mereda," tutupnya. (Ol-7)
Ketinggian gelombang terjadi di perairan Jawa Tengah tersebut cukup berisiko terhadap kegiatan pelayaran.
"Tim melalukan pemantauan sekaligus menyampaikan sosialisasi secara langsung kepada warga pesisir untuk meningkatkan kewaspadaan,"
Badan Meteorologi BMKG memperkirakan cuaca ekstrem akan melanda sebagian besar wilayah Indonesia pada Minggu, 13 Juli 2025.
Program 100 Hari Pramono – Rano, salah satunya adalah program pengerukan sungai untuk penanganan banjir.
BMKG memperingatkan bahwa cuaca ekstrem masih berpotensi terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia, meskipun musim kemarau secara klimatologis telah dimulai.
Kabar gembira datang dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Ravidho Ramadhan menempuh program Doktoral di Program Studi Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UGM itu menjadi doktor termuda
BRIN melalui Pusat Riset Geoinformatika bersama PT. Urban Spasial Indonesia mengembangkan pemanfaatan teknologi Light Decection and Ranging (LiDAR) untuk pemetaan kebencanaan.
Bencana hidrometeorologi merupakan peristiwa yang disebabkan oleh proses atmosfer, hidrologi, atau oseanografi, seperti banjir, angin topan, badai, gelombang badai, dan hujan deras.
Masyarakat yang mudik di periode ini diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan dan memperoleh informasi terkait peta bencana.
BNPB menyampaikan peringatan dini agar masyarakat mewaspadai potensi bencana hidrometeorologi berupa banjir, tanah longsor dan gelombang tinggi di kawasan Jawa
Sejumlah bencana hidrometeorologi terjadi di Jawa Tengah karena cuaca ekstrem.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved