SALAH satu masalah sosial di Indonesia yang perlu mendapatkan perhatian berkaitan dengan keberlimpahan informasi adalah pornografi.
Pornografi mengakibatkan kerusakan pada lima bagian otak, terutama pada pre frontal cortex atau bagian otak yang tepat berada di belakang dahi ß otak logika.
Hal tersebut diungkapkan dalam Seminar Sehari Pencegahan Kecanduan Pornografi Remaja di Jakarta, pada awal Desember 2019.
Pada siaran persnya, Minggu (8/12), Salah satu narasumber, Dr. Inge Hutagalung, M.Si, Kepala Pusat Pengabdian Pada Masyarakat Universitas Mercu Buana, mengatakan akibat menonton pornografi bagian otak yang bertanggung jawab untuk logika akan mengalami cacat.
"Karena hiperstimulasi tanpa filter atau otak hanya mencari kesenangan tanpa adanya konsekuensi," kata Inge dalam seminar yang digelar Koalisi Kependudukan Indonesia (KKI) Provinsi DKI Jakarta.
Menurut Ingge, rusaknya otak akan mengakibatkan korban akan mudah mengalami bosan, merasa sendiri, marah, tertekan dan lelah.
"Selain itu, dampak yang paling mengkhawatirkan adalah penurunan prestasi akademik dan kemampuan belajar, serta berkurangnya kemampuan pengambilan keputusan," jelas Inge.
Dalam seminar yang dihadiri sekitar 100 guru bimbingan konseling (BK) dan kepala serta wakil kepala sekolah di DKI Jakarta itu, Inge menyatakan bahwa informasi seks bagi remaja hingga saat ini masih merupakan masalah yang tidak henti-hentinya diperdebatkan.
"Argumen pertama memandang perbincangan tentang topik seks dianggap tabu atau tidak lazim untuk dibicarakan dalam budaya bangsa, karena seks adalah masalah yang terlalu pribadi atau dianggap sebagai persoalan 'dalam selimut'," papar Inge.
Inge menjelaskan ada asumsi bahwa bila remaja mendapat informasi tentang seks, khususnya masalah pelayanan kesehatan reproduksi, justru akan mendorong remaja melakukan aktivitas seksual dan promiskuitas lebih dini.
Ia juga menegaskan bahwa untuk menyikapi pencarian yang tak berujung dari remaja terkait informasi tentang pornografi, yang salah satunya disebabkan oleh dorongan hasrat seksualitas (pubertas) maupun dorongan teman sebaya.
"Sudah saatnya untuk dipikirkan dan dipertimbangkan kebijakan pemerintah terkait pemberian pendidikan kesehatan reproduksi dalam kurikulum pendidikan sekolah sebagai solusi pemberian pengetahuan yang lebih memadai tentang seks kepada remaja," paparnya.
Sementera itu Ketua KKI DKI Jakarta, Dr. Margani menegaskan KKI DKI Jakarta akan menjalin kerja sama dengan para kepala atau wakil kepala sekolah serta para guru bimbingan konseling BK di DKI Jakarta untuk menanggulangi kecanduan pornografi di kalangan remaja, khususnya para pelajar. (OL-09)