Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Kualitas Kurang, Daya Saing Indonesia Turun

Atikah Ismah Wahyu
03/12/2019 11:40
Kualitas Kurang, Daya Saing Indonesia Turun
Menristek Bambang Brodjonegoro.(MI/ADAM DWI)

DATA Global Competitiveness Index dari World Economic Forum menunjukkan, pada 2019 daya saing Indonesia turun lima peringkat menjadi posisi 50 dari 141 negara. Padahal, Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro menegaskan untuk dapat menjadi negara maju, Indonesia harus menjaga daya saing melalui penelitian, pengembangan, dan inovasi.

"Daya saing Indonesia turun akibat kurangnya kualitas SDM serta rendahnya perhatian terhadap penelitan dan pengembangan," jelas Bambang dalam acara Apresiasi Lembaga Litbang 2019 di kantor Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta, Senin (2/12).

Oleh karena itu, dia meminta para peneliti agar tak cepat puas atas kinerja yang mereka capai dengan masuk dalam Pusat Unggulan Iptek (PUI), tetapi harus naik ke level internasional.

"Pusat Unggulan Ilmiah  harus naik kelas nenjadi science techno park. Mereka harus makin giat melakukan inovasi dan tentu melahirkan produk yang meningkatkan daya saing," kata Bambang.

Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) menetapkan 18 PUI baru dalam acara Apresiasi Lembaga Litbang 2019. Bambang mengungkapkan, saat ini terdapat 329 lembaga penelitian dan pengembangan (litbang) pemerintah, yang telah dikategorikan PUI berjumlah 137. Lalu, 101 litbang di antaranya merupakan lembaga pemerintah nonkementerian, seperti BPPT, LIPI, Batan, dan Lapan, sedangkan 228  berada di kementerian.

Bambang juga menekankan Indonesia harus proaktif melakukan lompatan dalam bidang teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) untuk mengejar negara lain yang selangkah lebih maju.

"Untuk AI, Indonesia terus terang harus melakukan lompatan karena sekarang kita baru memahami bahwa AI adalah bagian dari revolusi industri keempat. Tapi kita belum memprioritaskannya untuk apa," jelasnya.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menyatakan keinginannya untuk mengganti birokrat dengan kecerdasan buatan demi mencapai kecepatan kerja. Presiden juga mengatakan sudah memerintahkan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan-Rebiro) Tjahjo Kumolo untuk mengganti birokrat dengan AI, meski rencana itu harus mendapat dukungan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk mengesahkan omnibus law.

 

Inovasi unggulan

Dewan Riset Nasional (DRN) mengajukan sembilan usulan pengembangan inovasi unggulan kepada Menristek dalam Sidang Paripurna DRN di Hotel Aryaduta, Jakarta, kemarin.

Ketua DRN Bambang Setiadi memaparkan sembilan hal itu ialah bidang kesehatan dan obat, hukum dan keamanan, pertanian pangan, material maju, sosial humaniora, energi, transportasi, serta lingkungan kebencanaan.

Sebelumnya, pemerintah telah menetapkan 49 agenda prioritas riset nasional (PRN) dalam lima tahun ke depan sebagai fokus kegiatan penelitian, pengembangan, dan pengkajian. (Aiw/Ant/H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya