Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
UNIVERSITAS Andalas (Unand) Padang, Sumatra Barat, melesat ke posisi empat mengalahkan Universitas Indonesia (UI) dan Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk penilaian kinerja penelitian dalam tiga tahun terakhir versi Kementerian Riset Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
"Universitas Andalas loncat tinggi sekali. Ini surprise!," kata Menristek/Kepala BRIN, Bambang Brodjonegoro, saat mengumumkan hasil Evaluasi dan Klasterisasi Perguruan Tinggi Berbasis Kinerja Penelitian 2018 di Jakarta, kemarin. Pada evaluasi dan klasterisasi universitas berbasis kinerja penelitian yang dikeluarkan per tiga tahunan, Unand yang pada 2016 di peringkat 12 kini berada di urutan empat. ITB yang tiga tahun lalu berada di urutan ketiga, kini turun ke urutan lima.
Sementara itu, UI yang merupakan almamater Menristek yang pada 2016 di peringkat dua, kini justru turun ke urutan 12 menggantikan posisi Unand. Sejumlah catatan yang menggembirakan pada periode penilaian 2016-2018, menurut Bambang, jika biasanya didominasi perguruan tinggi negeri di Pulau Jawa, kini jumlah perguruan tinggi swasta (PTS) yang masuk klaster mandiri meningkat.
Selain itu, PTN luar Jawa yang masuk klaster mandiri pun naik. "Artinya, pemerataan PTN/PTS dan perguruan tinggi di Jawa dan luar Jawa semakin baik. Itu karena talenta (bakat) dan objek penelitian itu menyebar di seluruh Indonesia dan universitas harus bisa juga mengangkat talenta-talenta itu," imbuh Bambang.
Mantan Kepala Bappenas ini mengatakan, pemeringkatan itu mungkin belum sempurna, tapi paling tidak setiap universitas harus mulai berani membandingkan posisinya masing-masing. "Jangan hanya pikirkan yang terbaik di universitasnya sendiri, lihat juga perguruan tinggi lain. Pemeringkatan itu konsekuensi logis untuk penelitian secara umum," cetus Bambang.
Selain sebagai ranking universitas, disebutkan Bambang, pemeringkatan ini akan mempermudah pemerintah untuk memberi penugasan penelitian nasional, baik yang cocok untuk lima tahunan maupun tahunan.
Deputi Pengembangan Riset dan Pengembangan Kemenristek/BRIN Muhammad Dimyati menambahkan, komponen yang menentukan pemeringkatan, yakni sumber daya peneliti, manajemen penelitian, output, dan revenue generating dikelola dengan baik. Kemenristek/BRIN menghitung dari jumlah sumber daya peneliti, seperti doktor, rektor, atau guru besar yang semakin banyak, lalu output-nya juga semakin banyak.
10 besar
Dari analisis terhadap data yang telah diverifikasi, terdapat 47 perguruan tinggi yang masuk dalam kelompok mandiri, 146 perguruan tinggi kelompok utama, 479 perguruan tinggi kelompok madya, dan sebanyak 1.308 perguruan tinggi kelompok binaan. Jumlah kontributor sebanyak 1.977 perguruan tinggi, meningkat dari periode 2013-2015 yang hanya mencapai 1.447 perguruan.
Sementara itu, 10 besar perguruan tinggi dengan kinerja penelitian tertinggi, yakni Universitas Gadjah Mada, Institut Pertanian Bogor, Universitas Diponegoro, Universitas Andalas, Institut Teknologi Bandung, Universitas Airlangga, Universitas Padjadjaran, Universitas Hasanuddin, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, dan Universitas Udayana. (Ant/H-1)
Langkah yang menggambarkan etika itu mestinya diikuti menteri lain yang mencalonkan diri di (Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
BAMBANG Brodjonegoro diangkat sebagai Komisaris Utama Bukalapak, beberapa hari setelah ia mundur sebagai Menteri Riset dan Teknologi/ Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Saat dilantik sebagai Menristek pada 2019 silam, Bambang kunjungan perdana ke Unhas. Entah kebetulan atau tidak, kali ini, Bambang melakukan kunjungan terakhirnya sebagai Menristek ke Unhas.
Menristek Bambang PS Brodjonegoro mendorong hilirisasi riset ekonomi sirkular dalam mencapai bauran energi nasional di 2025.
MENRISTEK Bambang Brodjonegoro menegaskan meski dinilai lambat, upaya pengembangan vaksin Covid-19 harus terus didukung supaya bisa mencapai target kemandirian vaksin di masa depan.
Predatory journals adalah model bisnis penerbitan akademis yang mengenakan biaya penerbitan tulisan kepada penulis dan tidak memeriksa mutu dan keabsahan dari tulisan
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved