Headline
Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.
SEBAGAI perguruan tinggi pencetak guru, kualitas Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) harus diperbaiki. Tidak hanya kurikulum, melainkan juga perbaikan kualitas dosen yang mengajar di dalamnya.
Hal itu disampaikan oleh pengamat pendidikan Indra Charismiadji. Menurutnya, dosen LPTK harus memiliki kemampuan untuk membuat mahasiswanya menjadi guru yang bisa menjadikan muridnya inovator.
"Harus bisa menyiapkan tenaga pendidik yang mengerti cara mendesain anak menjadi seorang inovator. Untuk itu, melatih guru yang bisa menjadikan anak inovator," kata Indra di Jakarta, Senin (11/11).
Indra menilai, hal tersebut belum ada di LPTK saat ini. Karenanya, kualitas dosen menjadi poin penting untuk diperbaiki selain perbaikan LPTK itu sendiri sebagai sebuah institusi.
Indra pun menyarankan, agar dosen mendapatkan pelatihan lagi, mulai dari dasar pendidikan dan penyesuaian pengajaran di era revolusi industri 4.0.
"Dosennya harus di-training dulu. Karena LPTK dosennya parah, itulah sumbernya. Kalau dosennya enggak bisa mengerti pedagogi andragogi bagaimana mendidik anak era sekarang, dan itu sumber masalahnya," tegasnya.
Baca juga: Sertifikasi Pernikahan, Upaya Tekan Stunting
Indra juga menyebut, untuk mendapatkan guru yang mumpuni di pendidikan era sekarang, perlu pelatihan guru yang mempunyai kemampuan early adopters.
"Early adopters itu yang terbuka terhadap semua hal, tidak skeptis, belajar. Dihitung guru Indonesia ada 3 juta, berarti 400 ribu melatih 400 ribu guru selesai," terang pria kelahiran Bandung ini.
Ia pun meyakini, jika hal tersebut benar-benar dilakukan secara serius, lima tahun ke depan target tersebut dapat dipenuhi, dan sekolah-sekolah akan diisi oleh guru yang sudah mendapatkan pelatihan tersebut.
Sementara itu, terkait kebutuhan guru pada 2020 yang akan dipenuhi melalui Pendidikan Profesi Guru (PPG) Prajabatan Mandiri yang akan digelar mulai tahun ini, ia memandang seharusnya guru bukan disiapkan untuk menambal kekurangan guru dengan menambahkan jumlah guru. Namun bagaimana meningkatkan kemampuan guru yang tidak hanya menguasai satu mata pelajaran (mapel) tapi multi-mapel.
"Guru era sekarang enggak harus sebanyak sekarang. Masalahnya kan murid harus menguasai semua pelajaran tapi guru hanya menguasai satu mata pelajaran. Makanya kita butuh guru yang banyak. Kalau gurunya hanya menguasai satu atau dua pelajaran, tapi murid harus menguasai semua mata pelajaran itu hal aneh. Ini bukan perguruan tinggi ini, dikdasmen (Pendidikan dasar dan menengah)," terangnya. (Medcom/OL-1)
Konferensi ini beraspirasi untuk memberikan kontribusi berarti terhadap pengembangan kebijakan berbasis bukti dan tindakan transformatif
Profesor di Indonesia memiliki waktu yang sedikit untuk melakukan riset atau penelitian karena waktunya dihabiskan untuk mengajar di kampus.
Program ini bisa dijadikan momentum bagi perguruan tinggi guna membangun sinergi lintas negara dalam bentuk kerja sama akademik internasional.
Perguruan tinggi di Indonesia didorong meningkatkan upayanya dalam internasionalisasi. Ini diwujudkan Fakultas Farmasi Universitas Pancasila dengan universitas dari Filipina.
STIH Adhyaksa telah menjalin kerja sama pula dengan Pemerintah Daerah Probolinggo dan dalam waktu akan menjalan kerja sama dengan Pemerintah Daerah Lahat.
Infrastruktur kampus harus mendukung proses belajar yang adaptif, berbasis teknologi, dan kolaboratif sehingga mampu mencetak lulusan yang siap bersaing secara global.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved