Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Pemuda Perlu Antisipasi Radikalisme Jenis Baru

Citra Larasati
28/10/2019 21:52
Pemuda Perlu Antisipasi Radikalisme Jenis Baru
Upacara peringatan Hari Sumpah Pemuda di Untar(Dok. Universitas Tarumanagara)

PERINGATAN Hari Sumpah Pemuda tahun ini menjadi momentum untuk mengingatkan bangsa Indonesia untuk kembali ke masa 91 tahun lalu, 28 Oktober 1928. Saat itu, pemuda berkumpul, mendeklarasikan sesuatu yang luar biasa untuk membuat Indonesia merdeka.

"Pada setiap zaman, pemuda memiliki peran penting untuk membuat Indonesia lebih baik," ujar Rektor Universitas Tarumanagara, Agustinus Purna Irawan, usai upacara bendera Peringatan Hari Sumpah Pemuda di Kampus Untar, Jakarta, Senin, 28 Oktober 2019.

Menurutnya dengan segala fasilitas dan kemudahan pemuda era hari ini memiliki lebih banyak kesempatan untuk memajukan Indonesia. "Waktu pemuda jadi pemimpin yang hebat itu sudah dekat," seru guru besar Fakultas Teknik Untar itu

Namun untuk menjadi pemimpin yang hebat, menurut Agustinus, tidaklah mudah. Siapapun, terutama pemuda harus menghadapi tantangan radikalisme jenis baru, yakni sifat individualistis, pragmatis, dan materialistis.

"Tantangan individualistis, salah satunya karena semua orang mau hebat sendirian, di-follow sekian banyak masyarakat.Contoh baik itu Gojek, meski itu ide individualistik tapi ia bisa memberi dampak untuk komunitas yang lebih besar.Kesadaran untuk berbagi juga sama pentingnya," kata Agustinus.

Baca juga : Tingkatkan Literasi Medsos Pemuda untuk Jaga Persatuan

Jika sampai pemuda terpapar ketiga sifat itu, maka dapat membuat pemuda terkungkung dan itu sama bahayanya dengan terpapar radikalisme.

"Ibaratnya punya kemampuan komputer, tapi digunakan untuk nge-hackatau menyebarkan hoaks, itu akibatnya bisa memecah bela bangsa," papar penerima penghargaan Academic Leader 2019 ini.

Untuk itu, tantangan zaman yang dihadapi saat ini adalah masalah nilai-nilai kepancasilaan. Nilai ini juga yang menjadi tugas institusi pendidikan, termasuk perguruan tinggi.

Perguruan tinggi ditantang unuk menanamkan kesadaran adanya kebutuhan riil bahwa persatuan dan kesatuan dan inklusifitas sangat penting.

"Kalau di kami (Untar) nilai-nilai ini dikemas lewat berbagai macam pembelajaran. Jadi misalkan ada 50 mata kuliah, maka nilai-nilai itu perlu dimasukkan dalam pembelajaran selain tentu saja nilai entrepreneur yang menjadi kekhasan kampus kami," tutup Agustinus. (Medcom.id/OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya