Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

KHDTK Didorong Gabungkan Riset dan Wisata Ilmiah

Dhika Kusuma Winata
02/5/2019 19:17
KHDTK Didorong Gabungkan Riset dan Wisata Ilmiah
Pengunjung bisa ikut ngangon dan memandikan gajah(MI/Dhika Kusuma Winata)

PENGELOLAAN Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) perlu menggabungkan antara riset dan jasa wisata ilmiah. Hal itu dinilai bisa menjembatani kegiatan penelitian dan inovasi dengan masyarakat luas.

Hal itu disampaikan Sekretaris Badan Litbang dan Inovasi (BLI) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Sylvana Ratina dalam kegiatan media visit di KHDTK Aek Nauli, Sumatra Utara, Kamis (2/5).

"Pengelolaan KHDTK dengan baik mutlak diperlukan. Dulu KHDTK atau penelitian di hutan kurang mendapat perhatian. Sekarang telah berubah paradigmanya, hasil litbang harus bermanfaat dan bisa menjadi daya tarik bagi masyarakat," ujar Sylvana.

BLI KLHK tercatat mengelola 35 KHDTK dengan total luas sekitar 37 ribu hektare. KHDTK Aek Nauli dicanangkan menjadi model pengembangan bagi kawasan lain karena menawarkan wisata ilmiah. KHDTK Aek Nauli juga merupakan kawasan strategis pariwisata nasional dengan target peningkatan nilai tambah dan efisiensi jasa produktif karena letaknya berdampingan dengan destinasi unggulan Danau Toba.

Salah satu wisata ilmiah yang ditawarkan ialah panen lebah madu spesies Trigona. Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Aek Nauli membuat sistem budi daya lebah madu yang disebut Aeknauli Beecosystem.

Di kawasan seluas 1.900 hektare tersebut terdapat taman nektar dan tanaman hutan sumber pakan lebah. Pengunjung juga disuguhkan atraksi pemanenan dan bisa mencicipi madu langsung dari topping sarang madu.

Di samping itu, ada pula wisata konservasi gajah yang berlokasi di Aek Nauli Elephant Conservation Camp (ANECC). Pengembangan konservasi gajah jinak dilakukan untuk mendukung wisata Danau Toba.

Selain diberi edukasi mengenai seluk beluk konservasi mamalia besar tersebut, masyarakat bisa berinteraksi langsung sambil ikut ngangon dan memandikan gajah. Hal itu bisa menumbuhkan empati pentingnya menjaga hutan dan satwa langka.

Ada pula kegiatan memanggil primata kera hitam siamang, beruk dan kera ekor panjang yang hidup pada pohon-pohon di lanskap hutan Aek Nauli. Pemanggilan kera-kera dilakukan pawang lokal menggunakan terompet dari tanduk kerbau. Ratusan kera bisa berkumpul dalam satu lokasi. Kegiatan lainnya ialah memanen getah pinus dan penyadapan pohon kemenyan.

"Pola pengelolaan KHDTK Aek Nauli untuk mencapai tujuan peruntukannya serta mendukung pengembangan pariwisata Danau Toba, maka digunakan pola pengelolaan yang memadukan potensi wisata ekologi, hasil-hasil riset, dan unsur pendidikan menyenangkan atau edutainment," imbuh Sylvana.

Kepala Pusat Litbang Hasil Hutan KLHK Dwi Sudarto mengatakan pengembangan KHDTK Aek Nauli yang menawarkan sejumlah wisata ilmiah penting sebagai pendukung destinasi wisata Toba. Pasalnya, selama ini masyarakat hanya mengenal wisata Toba hanya pemandangan danau. Wisata ilmiah KHDTK Aek Nauli diharapkan juga bisa mempromosikan hasil litbang kepada masyarakat luas.

Tahun lalu, KHDTK Aek Nauli tercatat menyumbang Penerimaan Negara Bukan Pajak (BNBP) sekitar Rp5 juta. Tahun ini, promosi telah digencarkan dan ditargetkan PNBP mencapai Rp50 juta.(OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya