Headline
Pelaku perusakan dan penganiayaan harus diproses hukum.
Pelaku perusakan dan penganiayaan harus diproses hukum.
MULAI 1 Maret 2019, peserta program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang menjalani pengobatan kanker kolorektal jenis tertentu, tidak lagi mendapatkan cetuximab, terapi antibodi dalam penanganan kanker kolorektal. Obat itu sudah tidak lagi dijamin oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, karena dihapus dari daftar Formularium Nasional (Fornas) oleh Keputusan Kementerian Kesehatan.
Hingga kini belum diputuskan pengganti terapi cetuximab. Namun, BPJS Kesehatan mengklaim ada terapi lain dalam Fornas yang bisa diberikan pada pasien kanker kolorektal.
"Ada penggantinya tergantung dokter ahli bedah onkologi. Di rumah sakit, ada onkologi board yang memutuskan obat sesuai jenis kanker yang ada pada Fornas dan banyak jenis obat-obatnya yang sesuai dengan tipe dan tempat organ," tutur Kepala Departemen Manajemen Anti Fraud Pelayanan Kesehatan Rujukan BPJS Kesehatan Elsa Novelia ketika ditemui beberapa waktu lalu.
Elsa menjelaskan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 707/2018 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Kesehatan No 659/2017 tentang Formularium Nasional, ada dua jenis obat kanker yang dikeluarkan dari daftar tersebut yaitu bevasizumab dan cetuximab.
Baca juga: Dua Obat Kanker Kolorektal tidak lagi Dijamin BPJS
Untuk cetuximab, ada perubahan restriksi, obat itu boleh diberikan pada pasien terapi lini kedua kanker kepala dan leher dikombinasikan dengan kemoterapi dan radiasi. Tetapi tidak digunakan untuk nasofaring dan kolorektal.
Ia menambahkan, pasien kanker kolorektal yang sudah metastatik (bermutasi) dengan hasil pemeriksaan gen K-RAS wild tipe positif, tidak lagi diberikan obat cetuximab. Akan dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu untuk melihat jenis mutasi kanker dan menentukan pengobatan yang bisa diberikan.
"Kalau sebelum Permenkes dikeluarkan, pasien kolorektal dengan pemeriksaan K-RAS wild tipe positif atau negatif tetap diberikan cetuximab," tuturnya.
Bagi pasien kanker kolorektal yang sudah mendapatkan terapi cetuximab sebelum aturan itu diberlakukan pada 1 Maret, Elsa menyampaikan obat itu tetap dijamin oleh BPJS Kesehatan sampai sesi terapi pemberian selama 12 kali selesai. Tetapi untuk pasien kanker kolorektal baru, tidak lagi dijamin oleh BPJS Kesehatan jika harus mendapatkan terapi cetuximab. Selain cetuximab, obat terapi kanker kolorektal lain yang dikeluarkan dari Fornas ialah bevasizumab.
Terkait alasan kedua obat tersebut dikeluarkan dari Fornas, Elsa menjelaskan, Kemekes mengeluarkan aturan itu dengan dasar rekomendasi Komite Formularium Nasional yang terdiri dari tim ahli, tim evaluasi dan tim pelaksana. Komite tersebut menetapkan obat apa saja yang harus tersedia dalam Fornas melalui Keputusan Menteri Kesehatan. Sementara BPJS Kesehatan, imbuhnya, hanya operator yang menjalankan aturan tersebut.
"Setelah menerima Keputusan Menteri Kesehatan mengenai perubahan Fornas, kami sudah menginformasikan ke seluruh wilayah kantor cabang BPJS Kesehatan. Mereka pun diminta menginformasikan ke semua fasilitas kesehatan yang bekerja sama," tukasnya.
Seperti yang diberikan Media Indonesia, Menteri Kesehatan Nila F Moeloek mengatakan tim health technology asessment (HTA) bentukan Kemenkes yang mengkaji efektivitas dan keefisienan dua obat tersebut masih bekerja. Ia menyebut jika dua obat tersebut akhirnya tidak lagi dijamin BPJS Kesehatan, penggantinya dijamin memiliki mutu yang sama dengan obat sebelumnya.(OL-5)
Perlunya kolaborasi menyeluruh dalam membangun ekosistem layanan kanker payudara yang lebih manusiawi, menyentuh aspek medis, dan psikososial.
Para ilmuwan mengembangkan sistem kecerdasan buatan yang merevolusi imunoterapi kanker.
Menurut data GLOBOCAN 2022, Indonesia termasuk dalam 10 besar negara dengan jumlah kasus kanker ovarium tertinggi di dunia.
Penelitian terbaru menunjukkan kombinasi radioterapi dan imunoterapi dapat “membangunkan” tumor paru-paru yang sebelumnya kebal pengobatan.
Banyak tantangan yang dihadapi pasien kanker anak dan keluarga, terutama yang berasal dari latar belakang keluarga prasejahtera.
MENILAI prevalensi gangguan tidur di antara pasien kanker sangat penting untuk memahami gejala dan mengidentifikasi strategi manajemen yang tepat.
Kesehatan generasi muda adalah dasar utama untuk kemajuan Jakarta.
Sebagai langkah nyata mendukung tumbuhnya industri beauty and wellness nasional, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menginisiasi pameran wellness terbesar di Tanah Air.
Monk fruit adalah pemanis alami bebas kalori yang cocok untuk penderita diabetes dan diet rendah gula. Simak manfaatnya sebagai antioksidan, antiinflamasi, dan solusi manis sehat.
MENU kopi hitam dan singkong rebus seringkali menjadi kombinasi yang cocok untuk santap pagi hari atau sebagai cemilan mengobrol dengan kerabat.
Vaksin memiliki beragam manfaat, antara lain untuk melindungi anak dari berbagai macam penyakit berbahaya seperti polio serta mencegah komplikasi berat yang dapat menyebabkan kecacatan.
Untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045, dibutuhkan generasi yang tidak hanya cerdas dan kreatif, tetapi juga sehat secara fisik dan mental, memiliki ketahanan terhadap tantangan global.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved