Headline

RI-AS membuat protokol keamanan data lintas negara.

Fokus

F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.

Radioterapi Bantu “Menghangatkan” Tumor yang Kebal Imunoterapi

Thalatie K Yani
24/7/2025 08:58
Radioterapi Bantu “Menghangatkan” Tumor yang Kebal Imunoterapi
Ilustrasi(freepik)

RADIOTERAPI, yang selama ini dikenal sebagai perawatan lokal untuk kanker, kini terbukti mampu memicu respons imun tubuh secara luas. Penelitian terbaru menunjukkan kombinasi radioterapi dan imunoterapi dapat “membangunkan” tumor paru-paru yang sebelumnya kebal terhadap pengobatan, terutama jenis tumor “dingin” yang biasanya tidak merespons imunoterapi.

Efek ini terjadi melalui fenomena langka yang disebut abscopal effect, di mana radiasi pada satu area tumor memicu sistem kekebalan tubuh menyerang tumor lain yang jauh dari lokasi radiasi. Hasilnya, pasien dengan tumor yang “menghangat” setelah kombinasi terapi ini mengalami perbaikan yang signifikan.

Penelitian ini dilakukan tim Johns Hopkins Kimmel Cancer Center bekerja sama dengan Netherlands Cancer Institute. Penelitian ini juga didukung  National Institutes of Health. Hasilnya dipublikasikan di Nature Cancer.

Bagaimana Radiasi Membantu Imunoterapi Bekerja

Imunoterapi bekerja dengan memanfaatkan sistem kekebalan tubuh untuk menyerang sel kanker. Namun, sebagian tumor “dingin” tidak menimbulkan respons imun karena memiliki ciri tertentu, seperti mutasi rendah, tidak mengekspresikan protein PD-L1, atau adanya mutasi pada jalur sinyal Wnt.

Radioterapi memicu sel tumor di lokasi utama mati dan melepaskan “jejak molekuler” yang dikenali sistem imun. Jejak ini membantu tubuh mempelajari karakter tumor, sehingga sel imun dapat menyerang kanker di lokasi lain.

“Pada sebagian tumor paru yang diperkirakan tidak merespons pengobatan, radiasi terbukti membantu mengatasi resistensi awal terhadap imunoterapi. Bahkan, mungkin juga bermanfaat untuk resistensi yang muncul belakangan,” jelas Dr. Valsamo “Elsa” Anagnostou, peneliti utama dari Johns Hopkins.

Penelitian pada Pasien Kanker Paru

Dalam uji klinis fase II, peneliti menganalisis 293 sampel darah dan jaringan tumor dari 72 pasien kanker paru-paru. Separuh pasien mendapat imunoterapi saja, sementara sisanya menerima kombinasi radioterapi diikuti imunoterapi (obat PD-1 inhibitor pembrolizumab).

Hasilnya, tumor “dingin” yang tidak terkena radiasi langsung mengalami perubahan besar pada lingkungan mikrotumor. Setelah kombinasi terapi, area ini berubah menjadi lebih “hangat”. Hal itu ditandai dengan peningkatan aktivitas sel T yang berperan melawan kanker.

Tim peneliti juga menemukan pasien dengan tumor “dingin” yang berhasil “menghangat” melalui radioterapi memiliki hasil pengobatan yang lebih baik dibanding mereka yang hanya menjalani imunoterapi.

“Temuan ini menunjukkan bagaimana radiasi dapat memperkuat respons imun sistemik pada kanker paru yang sebelumnya tidak merespons imunoterapi,” kata Justin Huang, penulis utama studi ini, yang juga menerima Paul Ehrlich Research Award 2025 atas penelitiannya.

Harapan Baru untuk Kanker yang Sulit Diobati

Selain meningkatkan efektivitas imunoterapi, penelitian ini membuka peluang untuk memprediksi pasien mana yang akan merespons lebih baik terhadap kombinasi terapi.

“Ini sangat menarik karena kami tidak hanya menangkap efek abscopal, tetapi juga menghubungkan respons imun dengan hasil klinis pada tumor yang awalnya kebal imunoterapi,” tambah Anagnostou.

Langkah selanjutnya, tim akan memantau respons tubuh melalui deteksi circulating tumor DNA (ctDNA) di darah pasien, guna memahami lebih jauh bagaimana kombinasi terapi ini bekerja. (Science Daily/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya