Headline
Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.
Dari namanya, kanker kolorektal mungkin belum familiar di telinga sebagian besar masyarakat awam. Namun, sebenarnya, ini adalah salah satu jenis kanker dengan angka kematian tertinggi di Indonesia. Kanker kolorektal adalah kanker yang menyerang jaringan usus besar (kolon) dan usus paling bawah sampai anus (rektum).
Biasanya masyarakat lebih mengenak kanker kolorektal dengan sebutan kanker usus besar. Kanker kolorektal sebagian besar dimulai dari pertumbuhan polip pada lapisan dalam usus besar atau rektum.
Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia (YKI), Profesor Aru W. Sudoyo, mengatakan di Indonesia saat ini angka kasus kanker kolorektal semakin meningkat. Karena itu sangat penting untuk mengedukasi masyarakat tentang jenis kanker ini.
Baca juga: Waspada, Sembelit Ternyata Bisa Sebabkan Kanker Usus
Berdasarkan data dari The Global Cancer Observatory (Globocan) tahun 2020, diketahui kanker kolorektal menjadi kanker penyebab kematian nomor dua tertinggi di dunia. Di dunia, kanker kolorektal menjadi jenis kanker dengan angka kematian tertinggi kelima. Khusus pada pria, kanker tersebut merupakan tertinggi kedua jumlah kasusnya setelah kanker paru-paru.
“Masalahnya, kata Aru, 70 persen dari pasien kanker kolorektal baru berkonsultasi ke dokter ketika mereka sudah memasuki stadium tiga bahkan empat. Padahal, penanganan kanker kolorektal akan semakin mudah dan efektif jika ditemukan lebih awal melalui deteksi dini,” ujar Aru, Rabu, (12/4).
Baca juga: Ini Beda Antara Wasir dan Kanker Usus Besar
Untuk meningkatkan kewaspadaan, berikut ini gejala, penyebab, dan cara pengobatan kanker kolorektal yang perllu diketahui.
1. Gejala
Dokter Aru mengatakan ada beberapa gejala umum yang muncul pada penderita kanker kolorektal. Di antaranya adalah nyeri pada perut, berat badan turun, merasa lemah berlebihan, buang air besar berdarah, dan adanya perubahan pola buang air besar. Selain itu, diare kronik juga bisa menjadi tanda seseorang menderita kanker kolorektal.
2. Penyebab
Sama dengan jenis kanker lainnya, salah satu penyebab kanker kolorektal adalah gaya hidup yang tidak sehat. Mulai dari kebiasaan konsumsi daging merah berlebihan, diet tidak seimbang, kurangnya aktivitas fisik, merokok, hingga konsumsi alkohol berlebihan.
Selain karena gaya hidup, kanker kolorektal juga bisa disebabkan karena faktor genetik, akibat gangguan pencernaan berulang, riwayat infeksi usus besar, hingga riwayat diabetes melitus tipe 2.
3. Pengobatan
Pada tahap awal, dokter akan melakukan beberapa tahap pemeriksaan seperti kondisi anus, DNA feses, kadar CEA dalam darah, tes darah samar pada feses, dan penapis tumor M2-PK dari feses. Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui tingkat keparahan dan metode apa yang nantinya paling tepat dilakukan untuk pengobatan.
Setelah tahap pemeriksaan selesai, dokter akan menyarankan jenis pengobatan. Pengobatan kanker kolorektal yang tersedia di Indonesia saat ini meliputi kemoterapi konvensional, terapi target, dan imunoterapi.
Pengobatan kemoterapi dilakukan untuk mencegah dan memperlambat pertumbuhan sel kanker. Sementara itu, terapi target adalah terapi yang menargetkan protein yang mengatur pertumbuhan, pembelahan, dan penyebaran sel kanker. Terakhir imunoterapi adalah metode terapi terbaru dilakukan untuk membantu sistem kekebalan tubuh melawan kanker.
Dokter Aru mengatakan kanker kolorektal merupakan salah satu jenis kanker dengan metode pengobatan yang paling maju di dunia di Indonesia. Dengan kata lain kanker kolorektal memiliki potensi kesembuhan yang tinggi jika diobati dengan terapi yang tepat dan tidak terlambat penganannya.
(Ant/Z-9)
Untuk menurunkan risiko kanker usus besar, menjaga pola makan sehat sangat penting, termasuk rutin mengonsumsi buah-buahan tertentu.
Yogurt bukan hanya lezat dan menyegarkan, tetapi juga memiliki manfaat luar biasa bagi kesehatan saluran cerna.
Penelitian terbaru dari Mass General Brigham menunjukkan mengonsumsi yogurt secara rutin dapat menurunkan risiko beberapa jenis kanker usus besar, khususnya kanker kolon proksimal.
Diet vegan kaya akan serat yang berasal dari buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian. Serat berperan krusial dalam mendukung pencernaan yang sehat.
metode skrining kanker usus besar yang menjadi standar emas ialah kolonoskopi, karena penyedia layanan kesehatan benar-benar dapat mengangkat polip yang ada di sel usus besar
Kanker usus besar dapat dicegah, salah satunya menerapkan pola hidup sehat guna menurunkan faktor risiko.
Para dokter menekankan pentingnya deteksi dini melalui pemeriksaan kolonoskopi, terutama bagi yang memiliki riwayat keluarga kanker kolorektal atau gejala mencurigakan.
Dari sekitar 25.000 kasus kanker kolorektal di Indonesia, sekitar 1.400 pasien berusia di bawah 40 tahun, termasuk 446 kasus pada rentang usia 20 hingga 29 tahun.
Kanker kolorektal kini semakin sering menyerang orang di usia muda, menurut para ahli di Yale Medicine. Simak gejalanya berikut.
Kanker kolorektal mengakibatkan lebih dari 900.000 orang meninggal dunia per tahun, menjadikannya penyebab kematian kedua di dunia setelah kanker paru-paru.
Gejala awal kanker kolorektal meliputi perubahan pola buang air besar, darah dalam feses, nyeri atau kram pada perut, penurunan berat badan tanpa penyebab yang jelas, dan kelelahan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved