Headline
Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.
Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
FILM panjang debut Tumpal Tampubolon berjudul Crocodile Tears (Air Mata Buaya) akhirnya tayang secara perdana di bioskop Indonesia dalam rangkaian festival film internasional JAFF 2024. Crocodile Tears tayang dua kali di JAFF, pada Kamis (5/12) dan Jumat (6/12).
Mengisahkan Johan (Yusuf Mahardika) dan Mama (Marissa Anita) yang tinggal di sebuah penangkaran buaya yang kumuh. Ayah Johan tidak terlihat, tetapi Mama memanggil buaya putih di taman sebagai ayah Johan. Mama melindungi Johan dari dunia luar. Dengan kemunculan perempuan muda, Arumi (Zulfa Maharani), keseimbangan dalam hubungan Johan dan Mama menjadi goyah. Mama tidak menyetujui hubungan tersebut, dan ketidaksetujuannya termanifestasi dalam perilaku yang aneh.
Produser Crocodile Tears Mandy Marahimin mengatakan ide cerita yang naskahnya juga ditulis Tumpal Tampubolon itu bermula ketika Tumpal menyaksikan dokumenter tentang buaya di National Geographic. Ketika itu, ada adegan induk buaya yang membunuh bison. Di adegan tersebut, sang induk membawa anakan buaya dengan mulut, dan mulutnya ditutup dengan lembut untuk memproteksi sang anak.
“Dari adegan itu, Tumpal mendapatkan inspirasi tentang cinta seorang ibu. Dari situ dia mulai menggali ceritanya. Kami waktu itu mengembangkan ceritanya melalui beberapa lab. Mulai dari lab di Thailand, lalu berlanjut ke Torino di Italia, dan beberapa negara lain. Selama perjalanan itu, masing-masing lab durasinya setahun. Sehingga menghasilkan draf naskah yang cukup banyak (ada 17),” kata Mandy Marahimin kepada Media Indonesia seusai pemutaran Crocodile Tears di JAFF 2024 di XXI Empire, Yogyakarta, Jumat (6/12).
Mandy melanjutkan, dalam pengembangan naskah di berbagai lab tersebut, yang menjadi fokus utama salah satunya tentang gagasan apa yang mau disampaikan sang sutradara. Selanjutnya, Mandy bersama Tumpal dan tim Crocodile Tears banyak mencari tahu tentang buaya. Mulai dari kebiasaan binatang tersebut, hingga mitosnya. Selain tentang buaya, yang juga dicari tahu adalah tentang psikologi seorang ibu.
“Kami juga banyak baca buku tentang psikologi ibu. Jadi ada satu buku, kumpulan esai tentang motherhood. Itu kami baca bersama-sama. Jadi memang dari awal kami pengen fokus ke hubungan ibu dan anak yang ter-disrupt dengan ada perempuan lain yang tiba-tiba datang,” lanjut Mandy.
Crocodile Tears mengambil lokasi syuting di sebuah penangkaran buaya di Cikarang, Jawa Barat. Ada banyak persyaratan yang harus dipenuhi ketika Mandy dan timnya akan menggunakan lokasi penangkaran buaya tersebut.
“Itu ketat dan kami harus ikuti. Ada adegan-adegan yang tidak memungkinkan kami ambil. Berdasarkan riset, harus kami ganti akhirnya. Selama syuting, pemilik lokasi penangkaran dan timnya terus-menerus bersama kami ikut menjaga. Kami juga punya animal wrangler sendiri. Jadi sebenarnya safety memang menjadi concern utama kami saat syuting.”
Di film itu, Marissa Anita dan Yusuf Mahardika yang tinggal selama berpuluh-puluh tahun di penangkaran buaya juga harus bergerak layaknya buaya. Untuk itu, keduanya pun mendapat pelatihan koreografi dari aktor Muhammad Khan, yang juga turut bermain di film itu.
“Sebelum dikasih waktu observasi, saya juga hubungi teman yang merupakan konservasionis Chanee Kalaweit. Ada beberapa pertanyaan ke Chanee tentang sifat buaya, jadi rasa takut itu sudah tidak ada,” kata Marissa Anita.
Saat ini, film Crocodile Tears masih menunggu jadwal rilis di bioskop. Selain tayang di JAFF, Crocodile Tears juga tengah tayang di Singapore International Film Festival (SGIFF), dan akan ada beberapa festival film internasional lain mendatang.(M-2)
Dilansir dari The Atlantic, pareidolia merupakan fenomena psikologi saat setiap orang dapat melihat bentuk tertentu pada gambar biasa, namun persepsinya cenderung berbeda dengan orang lain.
Perasaan sedih dan stres saat harus kembali ke rutinitas usai liburan dalam dunia psikologi disebut dengan istilah post holiday blues.
Pondok Pesantren Darunnajah menghadirkan Darunnajah Assessment and Development Center (DADC), sebuah pusat asesmen dan pengembangan psikologis bagi santri, pendidik, dan masyarakat umum.
Pentingnya peran psikologi sebagai disiplin ilmu dan praktik dalam mendukung pembangunan bangsa, terutama dalam menciptakan masyarakat yang sehat secara mental dan berdaya saing.
Saat ini, timnas U-20 sedang menjalani pemusatan latihan di Jakarta, yang dijadwalkan berlangsung sejak 5-30 Januari sebelum tampil di Piala Asia U-20 di Tiongkok.
Layanan curhat yang diberikan Mega Salsabilah memang tidak memberikan solusi seperti seorang ahli, namun setidaknya memberikan kebahagiaan bagi orang yang bercerita kepadanya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved