Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Muhadkly Acho: Sekarang Komedi Harus Peka Isu Sosial

Fathurrozak
02/12/2024 15:05
Muhadkly Acho: Sekarang Komedi Harus Peka Isu Sosial
Muhadkly Acho di JAFF 2024, DIY.(MI/ Fathurrozak)

SELAIN genre horor, film-film komedi cukup sukses di pasar layar lebar Indonesia. Film Agak Laen, contohnya, menjadi fenomena dengan lebih dari 9 juta penonton dan film Kang Mak: from Pee Mak meraih lebih dari 4,8 juta penonton.

 

Kedua film komedi itu juga masuk dalam daftar Top 15 film Indonesia terlaris sepanjang masa dalam catatan filmindonesia.or.id. Selain itu, pada tahun ini film komedia Sekawan Limo juga cukup sukses dengan lebih dari 2,5 juta penonton.

 

Film-film komedi masa kini Indonesia juga tampak memiliki cerita, karakter, dan pendalaman yang tidak kalah dengan film genre lainnya. Candaan tidak lagi dengan gaya slapstick atau lelucon kasar seperti yang menjadi gaya di era 80-an dan 90-an, yang menempatkan karakter tertentu menjadi ‘korban’ candaan. Begitu pula, film komedi sekarang ini tidak lagi menempatkan perempuan sebagai objek.

 

Sutradara Agak Laen yang juga komika, Muhadkly Acho, mengungkapkan bahwa perkembangan zaman saat ini memang sudah tidak relevan dengan komedi slapstick.

 

“Penting bagi kreator atau komedian paham mengenai isu yang diangkat. Sekarang tidak bisa lagi kita berkomedi selayaknya pada masa dulu seperti objektifikasi perempuan misalnya. Harus bisa berevolusi bagaimana membuat komedi tanpa menggunakan elemen-elemen yang seperti itu, dan kita bisa. Secara zaman sudah tidak relevan lagi candaan seperti itu. Biar bagaimanapun komedi itu erat dengan fenomena sosialnya. Jadi perlu lebih peka sama isu sosial,” kata Acho saat dijumpai Media Indonesia seusai mengisi sesi diskusi panel Between Tension and Comedy; The Dynamic Duo Film Recipe (Agak Laen) yang menjadi rangkaian Jogja – Netpac Asian Film Festival (JAFF) 2024, di LPP, Yogyakarta, Senin, (2/12).

 

Menurut Acho, film komedi yang juga telah mengalami perkembangan format dan bentuk, disebutnya karena tak lepas dari bentuk dasar film itu sendiri. Sehingga genre komedi, sejatinya juga tak lepas dari konflik dan drama. Sehingga, meski secara kemasan komedi, harus tetap jelas subyek dan penceritaan yang diangkat. Baginya, genre komedi juga membutuhkan kesolidan skenario.

 

“Sehingga komedi itu medium untuk menyampaikan isi filmnya. Dan berjalan sesuai dengan struktur skenario pada umumnya. Harus ada cerita yang kuat. Karena ini soal rasa, bagi saya yang paling penting, orang nonton meski genre komedi tapi ada sesuatu yang memang minimal menimbulkan pertanyaan dalam kepalanya. Ada momen refleksi, sehingga sebagai film, itu utuh. Namun secara kemasan menghibur karena komedi,” lanjut Acho.

 

Di sisi lain, produser Dipa Andika berpendapat bahwa format genre komedi yang saat ini hadir, juga tak bisa dijamin akan berlangsung selamanya. Pasalnya, film tak terlepas dari bisnis. Ketika misalnya ada satu judul film yang muncul dengan format lain dan laku keras di bioskop maka format tersebut akan diikuti film-film berikutnya.

 

“Industri film juga masih ada tarikannya dengan bisnis. Mau tidak mau, ketika misalnya ada horor-komedi slapstick yang dapat 10 juta penonton, maka akan ada 3-4 film lain yang akan mengikuti. Namun, sekarang penonton Indonesia sudah lebih pintar. Jadi mereka tahu mana yang filmnya punya production value-nya mahal, skenario bagus, itu yang layak ditonton,” kata Dipa Andika.

 

Bagi Dipa, film komedi akan menemukan penontonnya sendiri. Penonton sudah bisa menilai film mana yang lebih cocok ditonton, serta mana yang bagus dan kualitasnya buruk. (M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Bintang Krisanti
Berita Lainnya