Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
PRILLY Latuconsina menjalani dua peran untuk film Bolehkah Saja Ku Menangis yang akan tayang 17 Oktober 2024. Tidak hanya menjadi pemeran utama, Prilly juga menjadi produser bersama dengan Yahni Damayanti dan Umay Shahab.
Prilly berperan sebagai Tari, gadis yang berjuang sendirian untuk menyelamatkan Ibunya (Dominique Sanda) dari perlakuan KDRT sang ayah (Surya Saputra). Prilly juga beradu akting dengan Pradikta Wicaksono, yang berperan sebagai Baskara, seorang pria temperamental yang bergabung di support group yang sama dengan Tari.
Baca juga : Prilly dan Dikta Eksplorasi Karakter Berbeda di Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis
Dalam acara Content Day di Jakarta, Kamis (19/9), Prilly mengaku jika film itu bukan merayakan kesedihan. Di sisi lain, film garapan sutradara Reka Wijaya Kusuma itu juga menggunakan inspirasi dari pengalaman Prilly. Namun, ia bukan menjadi korban KDRT.
Baca juga : Prilly dan Dikta Kembali Adu Akting di Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis
"Film ini memang bukan mengglorifikasi kesedihan sama sekali. Ini memang jujur nyata adanya di kehidupan sehari-hari, dan terinspirasi sedikit banyaknya dari kehidupan aku juga. Ada momen di mana mau keluar mobil tarik nafas dulu, supaya bisa senyum. Itu nyata adanya. banyak banget orang yang mengalami hal tersebut walaupun profesinya bukan publik figur pun mengalami itu," kata perempuan berusia 27 tahun itu.
Prilly berharap melalui film yang diproduksi di bawah bendera Sinemaku Pictures ini penonton dapat mengambil pelajaran untuk mengungkapkan kesedihan dan ketidaknyamanan yang sedang dirasakan.
"Banyak orang yang tidak mau ngomong soal hal yang tidak nyaman buat diri dia, padahal kadang kita harus ngomongin itu untuk ornag tahu apa yang kita rasain, banyak banget antara anak orang tua atau sama pasangan. Menurut aku film ini semoga menginspirasi orang untuk ngomongin hal yang tidak nyaman tapi itu sebenarnya fundamental dan penting," pungkasnya. (M-1)
Menurut Surya Saputra, banyak orang yang masih belum terbiasa menceritakan dirinya maupun masalahnya kepada orang lain.
Prilly Latuconsina mencoba menuangkan keresahannya terhadap isu kesehatan mental melalui film barunya, Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis.
Dalam hal membangun chemistry di layar antara Baskara dan Tari, Dikta dan Prilly mengakui prosesnya lebih mudah karena mereka sudah memiliki dasar komunikasi yang baik.
Peran Dominique Sanda dan Surya Saputra sebagai ibu dan ayah membawa tantangan tersendiri, mengingat beratnya cerita yang dibawa oleh kedua karakter tersebut.
Junisya Aurelita tidak hanya mengandalkan imajinasi, tetapi melakukan riset langsung dengan support group yang menjadi inspirasi utama untuk film Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis.
Menangis, dalam konteks film Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis, bukan hanya dianggap sebagai tindakan emosional, tetapi juga merupakan bentuk pelepasan yang penting untuk kesehatan mental.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved