Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
NOVELIS, penyanyi, penulis lagu, dan aktris, Dee Lestari dikenal sebagai sosok multitalenta. Dee mengatakan semua pekerjaan tersebut ia sukai, tetapi menghabiskan waktu dengan menulis merupakan waktu sendiri yang berkualitas untuk dirinya.
“Bagiku sebenarnya ketika aku bekerja, nulis itu me time sih karena memang benar-benar aku bersama diriku sendiri dan mengerjakan apa yang kucinta. Jadi aku tidak merasa harus ada satu waktu khusus dimana aku harus pengen menyendiri karena anyway pekerjaanku membawaku itu termasuk juga kayak misalnya nih jadi pembicara ke mana. Itu udah aku jadikan juga sebagai me time,” kata perempuan bernama lengkap Dewi Lestari Simangunsong kepada Media Indonesia di Bali, Sabtu (20/7).
Selain itu, penulis salah satu buku terlaris di Indonesia berjudul Supernova ini juga mengatakan menulis memiliki derajat kebebasan yang tinggi. Kebebasan berkarya sesuai dengan kreativitas penulis. Tak hanya itu, dengan menulis, penerima penghargaan 5 Besar Khatulistiwa Literary Award 2001 - Supernova 1: Kesatria, Putri, & Bintang Jatuh (Khatulistiwa Literary Award 2001) ini merasa masih bisa melakukan banyak hal lainnya.
Baca juga : Meningkatkan Kemampuan Literasi Anak lewat Kelas Menulis
“(Menulis itu) fleksibel, aku masih bisa melakukan banyak hal yang menjadi kewajibanku lah yang ngurus rumah, ngurus anak-anak dan sebagainya. Lewat menulis, aku bisa menjadi diri sendiri. Di dalam buku, yang orang lihat adalah akhir tapi bagaimana aku berproses itu betul-betul menjadi ruang privat bagiku dan itu aku sangat nikmati,” ucap penerima penghargaan penghargaan Sastra Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa 2006 sebagai karya sastra terbaik - Filosofi Kopi (Kementerian Pendidikan & Kebudayaan Indonesia) ini.
Sebagai orangtua tunggal dan perempuan karier, Dee harus bisa membagi waktu dengan baik antara pekerjaan dan menyediakan waktu untuk kedua anaknya.
“Waktu itu ya hanya 24 jam bagi setiap orang di bumi. Nggak ada yang bisa punya lebih, gak ada yang juga punya kurang. Jadi kalau prinsipku adalah berapa banyak yang mau kita masukkan ke dalam piring dan apa saja yang paling penting. Sehingga otomatis nih misalnya kalau aku lagi nulis buku kan itu prosesnya intensif setiap hari. Jadi aku harus rela melepaskan hal-hal yang sifatnya tidak menjadi prioritas saatitu,” ujarnya.
Baca juga : Ingin Buat Storynomics? Simak Yuk Kiat dari Dee Lestari
“Seperti misalnya undangan bicara, nongkrong, undangan ini undangan itu sebisa mungkin ya aku tiadakan karena piringku muatnya hanya itu aja. Karena di luar dari pekerjaan yang harus ada di piring itu dan gak pernah lepas kan misalnya mengurus rumah, mengurus anak-anak, mengurus keluarga itu udah nggak akan bisa copot dari piring aku tuh harus ada di situ terus. Jadi seberapa ruang sisa aku punya itulah yang aku masukkan gitu,” lanjutnya.
Setelah proses menulis selesai, Dee pun punya ruang untuk kegiatan yang lebih sosialdan menghabiskan waktu dengan kegiatan yang ia ingin lakukan. “Jadi kuncinya adalah rela untuk sementara melepaskan hal-hal yang tidak prioritas. Kalau mau semua itulah yang membuat akhirnya kerjaanku juga kualitasnya menurun atau kelarnya lama,” paparnya.
Terkait waktu berkualitas bersama kedua anaknya, penerima penghargaan Anugerah Pembaca Indonesia 2015 untuk kategori "Buku Fiksi Terfavorit" - Supernova 5: Gelombang (Festival Pembaca Indonesia 2015) ini memiliki waktu khusus yang rutin bersama anaknya.
Baca juga : Kebiasaan Menulis Esai Mampu Asah Kemampuan Kritis dan Kreatif
“Biasanya malam hari, kalau malam kami ada ritual ngumpul di kamar saya. Jadi mau sesibukapapun itu walaupun cuma 5-10 menit tapi anak-anak pasti ngumpul di kamar. Dan itu ya udahlah mereka cerita, hari itu udah ngapain aja apa segala macam. Terus weekend ya aku usahakan itu jadi momenku sama anak-anak juga. Misalnya kita keluar bareng, makan bareng keluar. Jadi ada family time,” ucapnya.
Dee yang pertama kali dikenal masyarakat sebagai anggota trio vokal Rida Sita Dewi ini sudah lama menerapkan gaya hidup sehat. “Karena dengan berbagai macam tempaan hidup, wah memang kesehatan itu aset nomor satu plus sekarang single mom, kayak ada semacam motivasi ekstra untuk ayo harus fit, harus bugar. Danaku lihat juga sebetulnya definisi sehat itu sendiri sebetulnya kan sangat menyeluruh, sangat holistik. Kadang-kadang tidak cukup tidak sakit. Banyak orang yang pokoknya asal gue gak sakit berarti gue sehat. Tapi bagaimana dengan bugar?,” tuturnya.
“Bagiku itu juga definisi sehat. Artinya kalau cuma nggak sakit doang kayaknya nggak cukup deh. Kita harus bugar juga. Lalu mental. Bagiku mental kita juga harus punya resiliensi. Kita harus tabah dan punya daya juang gitu. Tidak gampang down, nggak gampang stress. Itu juga menurut aku juga bagian dari kesehatan itu. Artinya kalau kita mau mempersenjatai diri harus meliputi itu semua,” lanjutnya.
Beberapa olahraga dilakukan Dee mulai dari tai chi, zumba, hingga berenang. Tak hanya itu, Dee juga konsisten menjalankan intermittent fasting. “Aku biasanya off (olahraga) cuma dua hari. Jadi lima kali seminggu (olahraga),” pungkasnya. (Z-3)
Me time atau meluangkan waktu untuk diri sendiri memiliki peran penting bagi kaum perempuan, terutama dalam menjaga keseimbangan emosional, mental, dan fisik atau meningkatkan kualitas hidup
Bagi aktris Nabila Syakieb, berkuda bukan hanya sekadar olahraga, melainkan juga waktu untuk dirinya sendiri.
Raisa membagikan beberapa tips 'me time' yang Ia lakukan. Biasanya Raisa menggunakan waktu mandi untuk 'healing' dan juga 'me time.'
'Me time' bisa diartikan meluang waktu dengan melakukan perawatan tubuh. Memanjakan diri sendiri juga bisa menjadi bagian 'self healing'.
Biasanya di Rotten Tomatoes, ada perbedaan besar antara skor kritikus dan penonton. Tetapi tidak demikian halnya dengan Me Time. Pada saat penulisan, skor penonton film ini adalah 29%.
Para konsultan ini sebenarnya memiliki opini-opini, terlebih saat diskusi. Namun, untuk menuangkannya ke dalam bentuk tulisan tetap perlu diasah.
Citra Scholastika mengatakan ketertarikannya terhadap dunia tulis dimulai sejak menyadari bahwa kegiatan tersebut lebih menyenangkan dari sekadar membaca buku.
TOKOH politik sekaligus mantan Ketua DPRD Buleleng, Dewa Nyoman Sukrawan, menyebut Buleleng kebobolan di rumahnya sendiri.
MELIBATKAN anak dalam berbagai aktivitas sehari-hari sejak usia anak masih kecil akan memberikan dampak yang baik pada perkembangan anak, salah satunya mencuci piring.
SEBUAH kisah yang mengesankan tentang John Mulligan, pria keturunan Skotlandia.
Masalah utama saat menulis biasanya datang dari munculnya rasa jenuh, merasa lelah dan kecapaian. Kemudian terkait dengan teknis bisa jadi berupa adanya logika yang salah.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved