Headline

Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.

Fokus

Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.

Buku-Buku yang Dilarang Edar: Mengapa Mereka Dilarang?

Nur Amalina
14/7/2024 10:25
Buku-Buku yang Dilarang Edar: Mengapa Mereka Dilarang?
Ilustrasi - Berikut beberapa buku dilarang peredarannya karena kontennya yang kontroversial atau dianggap berbahaya.(Freepik)

BUKU adalah jendela dunia, itulah slogan yang mungkin Anda ketahui selama ini. Dengan buku, kita dapat menjelajahi dunia tanpa harus kemana-mana. Dengan membacanya, kita bisa mendapatkan berbagai macam informasi dari manapun. Bisa dikatakan, buku adalah sumber ilmu pengetahuan.

Tahukah Anda ada beberapa buku yang dilarang peredarannya dan dianggap tidak layak untuk dibaca. Buku memiliki kekuatan besar untuk menyebarkan ide dan informasi. 

Tidak semua buku diterima masyarakat atau pemerintah karena berbagai alasan. Buku-buku apa saja yang dilarang edar dan yang menyebabkan buku-buku tersebut tidak boleh dibaca? Mari kita bahas.

Baca juga : Pengacara : Buku Hitam Sambo Itu Catatan Harian Sejak Pangkat Kombes

Buku yang dilarang

1. The Satanic Verses 

Buku yang ditulis Rushdie adalah sebuah karya ambisius dalam genre realisme magis yang menerima salah satu reaksi paling keras dan bertahan lama dalam sejarah sastra karena perlakuannya terhadap pengetahuan Islam. Ketika dirilis pada 1988, buku ini disambut dengan demonstrasi, kerusuhan, dan pelarangan di negara-negara mayoritas Muslim. Buku ini dilarang di beberapa negara, termasuk India dan Iran, karena dianggap menghina agama Islam. Kontroversi yang timbul dari buku ini menyebabkan penulisnya menerima ancaman pembunuhan dan fatwa dari pemimpin tertinggi Iran.

2. Wawancara Imajiner dengan Bung Karno

Buku karya Christanto Wibisono yang diterbitkan Yayasan Manajemen Informasi Jakarta tahun 1997 ini dilarang edar oleh Kejaksaan Agung tahun 1978. Dalam buku ini Wibisono menghadirkan sosok Soekarno yang imajiner, bercerita, dan mengutarakan pendapat-pendapatnya atas kondisi yang terjadi pada bangsa ini. Buku yang dicetak ulang pada 2012 ini adalah revisi dari buku dengan judul yang sama yang pertama kali diterbitkan tahun 1977. Dalam buku ini, Wibisono menekankan pentingnya bagi para pemimpin untuk mengambil pelajaran dari sejarah masa lalu.

3. Lolita 

Buku karya Vladimir Nabokov yang terbit pada 1955 banyak menuai kontroversi. Cerita Nabokov tentang obsesi seorang pedofil terhadap seorang gadis muda dianggap melanggar sensor di Inggris. Penerbit Prancis, Maurice Girodias, yang terkenal dengan karyanya dalam menerbitkan karya-karya terlarang dan spesialisasi dalam erotika, mencetak edisi pertama buku tersebut.

Baca juga : 12 Rekomendasi Buku Psikologi yang Wajib Dibaca

4. Mein Kampf

Buku yang ditulis Adolf Hilter ini banyak dilarang banyak negara pasca-Perang Dunia II, karena isinya yang mempromosikan ideology Nazi dan anti semitisme. Buku ini dianggap berbahaya dan bisa memicu kebencian rasial

5. Lentera Merah

Buku karya Soe Hok Gie ini menggambarkan satu periode penting dalam sejarah Indonesia, di mana gagasan kebangsaan mulai tumbuh melalui kegiatan berorganisasi. Soe Hok Gie mengajak pembacanya untuk menelusuri jejak-jejak pergerakan Indonesia pada era 1917-1920-an, serta mencoba menghidupkan kembali semangat perjuangan bangsa. Ia juga mengajak pembaca untuk memahami bagaimana tokoh-tokoh pergerakan tradisionalis Indonesia menghadapi perubahan pada abad ke-20. Buku yang sempat dilarang Kejaksaan Agung pada  1991 ini masih beredar dan menjadi bacaan penting bagi para mahasiswa.

Penyebab Larangan Buku

Ada beberapa alasan utama mengapa sebuah buku bisa dilarang peredarannya:

  • Konten yang Kontroversial: Buku yang membahas topik-topik sensitif seperti seksualitas, agama, politik, atau rasisme sering kali menjadi target larangan.
  • Pengaruh Terhadap Keamanan Nasional: Buku yang dianggap mengancam stabilitas politik atau keamanan nasional dapat dilarang untuk mencegah kerusuhan atau pemberontakan.
  • Perlindungan Moralitas Publik: Buku yang dianggap tidak pantas atau vulgar sering kali dilarang untuk melindungi moralitas masyarakat, terutama anak-anak dan remaja.
  • Perlindungan terhadap Kelompok Tertentu: Buku yang mengandung kebencian rasial, etnis, atau agama dapat dilarang untuk melindungi kelompok-kelompok tersebut dari diskriminasi dan kekerasan.

Larangan terhadap buku sering kali memicu perdebatan mengenai kebebasan berekspresi dan sensor. Sementara beberapa orang mendukung larangan untuk melindungi masyarakat, yang lain berpendapat setiap orang harus memiliki hak untuk membaca dan menilai konten buku sendiri. 

Terlepas dari pandangan Anda, penting untuk memahami alasan di balik larangan ini dan dampaknya terhadap masyarakat. (Z-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya