Slowdive Rilis Album Everything Is Alive

Basuki Eka Purnama
05/9/2023 10:15
Slowdive Rilis Album Everything Is Alive
Slowdive(MI/HO)

SLOWDIVE merilis album terbaru mereka, Everything Is Alive lewat label musik Dead oceans. Band asal Inggris tersebut turut merilis video dari single terbaru mereka, Alife

Reverb membanjiri suara Rachel Goswell di lagu Alife, yang sekaligus membuat para pendengarnya semakin memahami hasratnya seraya ia menyanyi Two Lives Are Hard Lives With You, yang terdengar serasi dengan penampilan vokal Neil Halstead. 

Paste Magazine bahkan menyebut penampilan vokal Rachel sebagai, "Penampilan harmoni terbaik dari Goswell selama 30 tahun terakhir ini."

Baca juga: Vokalis Smash Mouth Tutup Usia

Tentang single Alife, Neil mengatakan, "Alife adalah salah lagu yang kami selesaikan terlebih dahulu untuk album ini. Hasil mixing dari Shawn Everett di lagu ini sangat bagus. Berkali-kali kami mencoba untuk menemukan mix yang bagus dari kami sendiri namun kami tidak berhasil. Hal itu membuat kami merasa terkalahkan sampai akhirnya Shawn hadir. Kami lalu memutuskan untuk memercayakan proses mixing album ini kepada Shawn. Teman kami Jake Nelson membuat animasi yang bagus untuk lagu ini yang mengambil elemen dari artwork lagu ini yang kemudian digali lebih dalam lagi."

 

Album Everything Is Alive menjadi album ke-5 dalam katalog musik Slowdive yang telah menjadi sosok penting di skena musik shoegaze. Mengandung dualitas bahasa internal yang familiar digabungkan dengan euforia akan awal mula yang baru, Everything Is Alive' adalah karya musik yang bersifat transportif dan berkilauan. Album ini menjadi sebuah karya seni band klasik yang terus membawa identitas musiknya ke masa depan. 

Dirilis enam tahun setelah album self-titled mereka, Everything Is Alive adalah momen Slowdive membawa sound dan elemen musik yang lebih imersif. 

Baca juga: Celine Dion Terus Berjuang untuk Sembuh dari Penyakitnya

Perjalanan album ini dimulai di rumah Neil tempat ia sebagai penulis dan produser mulai mengerjakan berbagai demo. Bereksperimen dengan synth-synth modular, Neil awalnya membuat album ini sebagai sebuah album elektronik yang lebih minimal. 

Kekompakan Slowdive dalam mengambil keputusan membawa mereka kembali ke sound gitar yang penuh reverb. Namun, konsep awal album ini juga dapat didengar di celah-celah album ini. 

"Sebagai sebuah band, saat kami merasa sangat senang dengan sesuatu, hal itu menghasilkan materi yang lebih kuat," ujar Neil. "Kami selalu datang dari berbagai arah, dan hal terbaik adalah saat kami semua bertemu di tengah." 

Hasilnya adalah sound khas Slowdive yang menyatukan keunikan masing-masing dari lima orang di band ini yaitu Rachel Goswell (vokalis dan gitaris), Neil Halstead (vokalis dan gitaris), Christian Savill (gitaris), Nick Chaplin (bassist), dan Simon Scott (drummer). 

Sesi studio yang dijadwalkan untuk April 2020 terpaksa tidak berjalan. Saat mereka akhirnya bertatap muka secara langsung, enam bulan kemudian, di studio legendaris Courtyard Studio, suasana yang hadir penuh suka cita, sebab mereka akhirnya memiliki alasan yang kuat untuk keluar dari rumah masing-masing. 

Itu menjadi awal dari proses rekaman bertahun-tahun yang pindah dari Oxfordshire ke Lincolnshire Wolds, dan akhirnya ke studio Neil di Cornish. 

Prosesnya berjalan hingga Februari 2022 saat mereka membawa Shawn Everett, yang telah berkolaborasi dengan The War On Drugs, SZA, dan Alvvays, untuk melakukan proses mixing delapan lagu di album ini.

Dengan sejarah perjalanan musik yang panjang, ada energi kekeluargaan yang dipancarkan dari Slowdive di 2023. Album Everything Is Alive didedikasikan kepada ibunda Rachel dan ayahanda Simon yang meninggal pada 2020. 

"Ada pergeseran yang besar dari kita semua secara personal," ujar Rachel. 

Persimpangan-persimpangan tersebut ditampilkan lewat beragam lapisan emosi di musik Slowdive. Album ini penuh dengan pengalaman, di mana tiap not terdengar sigap, bijak, dan penuh harapan. Kesedihan dan rasa syukur, keteguhan dan semangat, semuanya bersatu padu di album ini. 

Tentang lagu Kisses, yang bisa dibilang sebagai lagu paling pop dari Slowdive, Neil mengatakan, "Rasanya tidak tepat jika kami saat ini membuat album yang bernuansa gelap. Album ini cukup eklektik dari segi emosional, namun tetap penuh harapan." 

Sesuai dengan judulnya, Everything Is Alive adalah sebuah eksplorasi terhadap keindahan di dunia ini serta hal-hal yang bersifat universal di dalamnya. 

Diwarnai dengan soundscape psikedelik, denyut musik elektronik khas 80-an, dan sentuhan perjalanan musisi legendaris John Cale, album ini seakan-akan dibuat untuk masa depan. Hal tersebut berjalan selaras dengan fanbase mereka yang usianya semakin muda dan pengaruh mereka terhadap musisi-musisi dengan visi yang besar.

Meski genre yang mereka bawa sering dianggap memecah belah dan seringkali membutuhkan momen introspeksi, di album ini, Slowdive mendorong berbagai batasan dan berdiri sebagai sosok yang menguasai genre ini. 

Hasilnya adalah sebuah karya musik yang penuh emosi, pelepasan, dan terdengar optimistik. Indonesia saat ini masuk ke daftar negara-negara yang paling sering mendengarkan musik mereka secara global. (RO/Z-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya