Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
GOL A Gong, penulis novel Balada Si Roy, mengaku senang karena karyanya akhirnya diadaptasi menjadi film dan akan ditayangkan pada hari ini, Rabu (18/1).
"Fajar itu datang tahun 98, syutingnya 2021. Saya hampir pesimistis juga. Kayaknya kutukan Roy ini memang akan terus berlangsung. Tapi hari ini akhirnya kita di sini," ujar Gong, dikutip Rabu (18/1).
Menurut Gong sendiri, mengadaptasi novelnya menjadi sebuah film cukup berisiko. Oleh sebab itu, kini, Gong merasa sangat bersyukur kisah Roy bisa diadaptasi dengan baik menjadi sebuah film oleh Fajar Nugros dan IDN Pictures.
Baca juga: Perjuangan Fajar Nugros Merayu Gol A Gong demi Film Balada Si Roy
"Membuat Balada Si Roy itu berisiko. Karena di situ ada bullying. Istilahnya Roy itu nggak suka sekolah. Itu memang terjadi. Kenapa Roy dihentikan, karena mempengaruhi anak-anak saat itu. Nggak mau sekolah. Banyak protes dari emak-emak. Terutama di Kalimantan dan Sulawesi," jelas Gong.
Di sisi lain, sutradara Fajar Nugros menjelaskan istilah 'kutukan' sendiri diucapkan oleh Gol A Gong. Namun, meski demikian, Fajar memang sangat tertarik dengan cerita Balada Si Roy dan sudah lama ingin mengangkat ceritanya menjadi sebuah film.
"Kalau soal kutukan, itu istilahnya Mas Gong sebenarnya. Tapi kalau bagi saya, kadang sebagai sutradara itu kan punya keinginan kayak jenjang karier saya nyampe nggak ya untuk mengangkat cerita-cerita yang dulu saya baca," terang Fajar.
"Sebenarnya terlintasnya itu ketika Mas Gong lagi posting di Twitter dia sedang ada di Kamboja. Saya DM Balada Si Roy masih available nggak untuk saya filmkan. Terus katanya kalau tertarik ke rumah saja. Akhirnya saya sama Santi ke Serang," imbuhnya.
Namun ternyata, menggarap Balada Si Roy memang tidaklah mudah. Fajar sendiri mengaku mengalami beberapa kendala saat prosesnya.
Menanggapi hal tersebut, Gong tetap bersyukur Fajar menggarapnya dengan serius. Sehingga Fajar pun dapat menyelamatkan kisah Balada Si Roy.
"Tapi, setelah dia mengatakan iya, baru bisa difilmkan 2 tahun kemudian. Ketika mau difilmin, pandemi. Jadi kita mundur lagi. Setelah pandeminya agak reda di awal 2021, baru bisa kita syuting pertama kali. Pas mau dirilis, mundur 2 kali atau 3 kali," ungkap Fajar.
"Ketika Fajar dan Santi datang, saya pikir kayaknya ini deh yang akan mencabut kutukannya. Karena mereka serius," timpal Gong. (Ant/OL-1)
Prof Agus telah menulis dan menerbitkan 11 buku yang membahas berbagai topik seputar politik, keamanan, dan hubungan internasional.
Penulis tiga novel berusia 30 tahun itu tidak dapat bermitra dengan penerbit Ibrani yang tidak menjauhkan diri dari apartheid dan mendukung hak-hak rakyat Palestina yang ditetapkan PBB.
Para penulis tidak dapat pergi sampai pekerjaan mereka selesai.
Seorang advokat untuk Palestina dan yang mendukung partai sayap kiri Israel, Yehoshua juga anggota dewan publik kelompok hak asasi Israel terkemuka B'tselem.
Rushdie, keturunan India beragama Islam, yang memproklamirkan dirinya sebagai “Ateis garis keras”, menjadi terkenal setelah penerbitan bukunya berjudul The Satanic Verse.
"Dia kehilangan penglihatan di salah satu matanya. Dia mengalami tiga luka serius pada leher. Salah satu tangannya tidak berfungsi karena syarafnya terpotong."
Sutradara Fajar Nugros memilih Abidzar Al-Ghifari sebagai pemeran Roy dalam film Balada Si Roy karena mendengar sapaan Assalamualaikum dari sang aktor.
"Ketika film ini rilis pada 2023 dan orang mulai bertanya, keluarga muslim punya anjing emang boleh? Apalagi pemainnya anak ustaz."
Pipik mengatakan dirinya sudah berpesan kepada Abizar untuk menjadikan dunia hiburan sebagai jalan dakwah.
"Gitaris band Edane dan salah satu gitaris terbaik di Indonesia. Ternyata, beliau kan mengisi part gitar lagu yang saya buat. Waktu itu, otak saya sampai nge-hang lama banget."
Butuh dua tahun hingga akhirnya film bisa dibuat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved