Headline
Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.
Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
Sutradara Wregas Bhanuteja mengatakan pandemi COVID-19 jangan sampai membuat perfilman mati suri, sebab sebelumnya Indonesia sedang berada di masa keemasan.
Tahun 2019 bisa disebut sebagai masa keemasan film Indonesia, baik yang komersil ataupun yang mendistribusikannya melalui jalur festival internasional.
Bagi Wregas, hal tersebut merupakan momentum yang sangat kuat untuk meneruskannya meski dalam kondisi pandemi sekalipun.
"Kalau kita biarkan apinya padam, kita akan kehilangan semua yang sudah kita bangun dari 2019 dan satu dekade sebelumnya. Jadi kita harus bikin, tidak hanya untuk bangsa ini tapi bagaimana kita mendistribusikan film ini ke internasional, karena negara-negara lain tetap beroperasi, berjalan, tetap syuting," kata Wregas dalam jumpa pers virtual film "Penyalin Cahaya" pada Kamis (2/9).
Wregas mengatakan dalam keadaan yang serba terbatas, sineas tanah air diharapkan tidak putus asa dan mencari cara untuk tetap dapat berkarya. Jika tidak, industri film Indonesia bisa mengalami mati suri.
"Korea, Jepang, Denmark, Prancis tetap jalan, kita pun juga harus menggulirkan apa yang sudah kita bangun supaya tidak terjadi lagi mati suri seperti tahun 1990-an," kata Wregas.
Sementara itu, Wregas baru saja mengumumkan karya terbarunya yang berjudul "Penyalin Cahaya". Film tersebut masuk dalam program kompetisi utama New Currents di ajang Busan International Film Festival (BIFF) 2021 dan akan melakukan World Premiere di salah satu festival film terbesar di Asia tersebut.
New Currents sendiri merupakan satu-satunya program kompetisi internasional film panjang di BIFF yang akan digelar pada 6 hingga 15 Oktober 2021.
Proses syuting "Penyalin Cahaya" dilakukan dengan pembatasan sosial. Wregas mengatakan pengalaman produksi ini sangat berbeda dengan keadaan ketika sebelum pandemi.
"Tapi dengan adanya batasan, ada batasan kreatif yang dikompromikan. Persiapa dari para pemain dan kru jadi double energinya untuk ditingkatkan, ini agar pada saat syuting tidak terjadi kesalahan yang begitu banyak sehingga diulang-ulang terus maupun tidak terjadi aspek estetik yang tidak sesuai keinginan," ujar Wregas.
"Penyalin Cahaya" merupakan debut film panjang Wregas Bhanuteja. Sebelumnya, Wregas sudah melahirkan film-film pendek yang berhasil masuk kompetisi festival film internasional di antaranya "Lemantun" (pemenang Film Pendek Terbaik di XXI Short Film Festival 2015), "Lembusura" (berkompetisi di Berlin International Film Festival 2015), "Prenjak" (pemenang Film Pendek Terbaik di Semaine de la Critique-Cannes Film Festival 2016 dan Piala Citra FFI 2016), serta "Tak Ada yang Gila di Kota Ini" (pemenang Piala Citra FFI 2019 dan berkompetisi di Sundance Film Festival 2020). (Ant/OL-12)
Film Kampung Jabang Mayit: Ritual Maut diadaptasi dari cerita original Kampung Jabang Mayit, yang ditulis oleh Qwertyping (Teguh Faluvie) yang menjadi sebuah thread viral pada 2022.
Angga Dwimas Sasongko percaya bahwa cerita bermuatan lokal dan inovasi dengan cerita tersebut adalah kunci yang dibutuhkan untuk membuka pintu peluang perfilman nasional menembus global.
KABAR gembira bagi para penggemar film Superman. Meski film terbarunya belum dirilis, kelanjutan dari film Superman sudah mulai dibahas.
Lebih dari sekadar karakter super hero, Patrion pun hadir sebagai gerakan baru bertajuk Pergerakan Patriot Nusantara atau Patrion Movement.
TRAILER dan poster dari film horor Kampung Jabang Mayit : Ritual Maut resmi di rilis, kemarin.
Lagu Tinggal dari Mawar de Jongh akan menjadi jembatan antara rasa penyesalan, rasa takut akan ditinggal, dan berbagai lapisan emosi manusia lainnya yang cukup kompleks.
Saat audisi film Tinggal Meninggal, aktor Omara Esteghlal terlihat berbeda dengan kebiasaannya mengemut lemon, yang menurut Kristo Immanuel adalah tingkah laku yang tidak umum.
Kristo Immanuel dan Jessica Tjiu mengusung cerita yang lahir dari keresahan akan realitas sosial yang dibalut unsur komedi getir dan pakem penyutradaraan breaking the fourth wall.
Film Tinggal Meninggal produksi Imajinari tersebut akan tayang d bioskop mulai 14 Agustus.
Memproduksi film GJLS: Ibuku Ibu-Ibu memberikan tantangan yang signifikan bagi Monty Tiwa.
Rizal Mantovani juga membangun nuansa horor melalui memori kolektif tentang sebuah imajinasi apa yang terjadi ketika sebuah televisi sudah tak menyala lagi di malam hari.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved