Headline
Pansus belum pastikan potensi pemakzulan bupati.
KEPALA Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dian Ediana Rae menegaskan kinerja intermediasi perbankan tetap stabil dengan profil risiko yang terjaga. Pada Juni 2025, kredit perbankan tumbuh 7,77% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp8.059,79 triliun.
Kredit berdasarkan kategori debitur juga menunjukkan tren positif, terutama pada segmen korporasi yang tumbuh 10,78% yoy. Sementara itu, kredit kepada sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) tumbuh lebih moderat sebesar 2,18% yoy, mencerminkan fokus perbankan dalam memperbaiki kualitas kredit di segmen ini.
“Pertumbuhan kredit pada Juni 2025 tetap tinggi dengan kualitas yang terjaga,” ujarnya dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) OJK Juli 2025 secara daring, Senin (2/6).
“Pertumbuhan kredit pada Juni 2025 tetap tinggi dengan kualitas yang terjaga,” ujarnya dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) OJK Juli 2025 secara daring, Senin (2/6).
Kualitas aset perbankan tercatat membaik. Rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) gross berada di level 2,22%, sementara NPL net di 0,84%. Loan at Risk (LAR) juga turun menjadi 9,73%, kembali mendekati kondisi pra-pandemi. Penurunan rasio NPL ini cukup signifikan dibandingkan bulan sebelumnya, sejalan dengan stabilitas nilai tukar rupiah, yang menunjukkan kinerja sektor perbankan yang memadai.
Kendati risiko kredit saat ini terkendali, Dian mengatakan perbankan tetap memperkuat mitigasi melalui pembentukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) sesuai PSAK 71. Langkah ini menjadi bagian dari prinsip kehati-hatian (prudential banking) untuk menjaga kualitas kredit dan ketahanan sektor perbankan terhadap potensi perubahan kondisi eksternal. Secara industri, tren pembentukan CKPN pada Juni 2025 tercatat menurun, namun masih berada pada tingkat yang memadai.
"Ini mencerminkan optimisme perbankan terhadap prospek debitur di masa depan," terang Dian.
Sebagai lembaga intermediasi, lanjutnya, perbankan memegang peranan penting sebagai agen pembangunan nasional melalui penyaluran kredit. OJK terus mendorong industri perbankan untuk meningkatkan ekspansi kredit dengan tetap menerapkan prinsip kehati-hatian, tata kelola yang baik, serta manajemen risiko yang memadai.
Selain itu, sejak terbitnya POJK Nomor 17 Tahun 2023 tentang Tata Kelola dan Kebijakan Climate Risk Management and Scenario Analysis (CRMS), OJK mewajibkan perbankan mengintegrasikan tata kelola, strategi, dan manajemen risiko terkait iklim dalam kegiatan usaha.
Langkah tersebut menjadi fondasi penting bagi industri perbankan untuk tetap kokoh menghadapi dinamika ekonomi global, sekaligus berkontribusi terhadap pembangunan yang berkelanjutan.
Dalam Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 30 Juli 2025 menilai stabilitas Sektor Jasa Keuangan (SJK) tetap terjaga.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menuturkan, dalam laporan terbarunya, International Monetary Fund (IMF) meningkatkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global, termasuk pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2025 dan 2026.
"Peningkatan ini didorong oleh aktivitas ekonomi pada semester pertama 2025 yang lebih baik dari proyeksi awal," ungkapnya.
Faktor lainnya ialah tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) lebih rendah dari yang diumumkan sebelumnya, perbaikan likuiditas global, serta kebijakan fiskal yang akomodatif. Kemudian, tensi perang dagang mereda seiring dengan kesepakatan tarif antara AS dengan beberapa negara mitra utama.
Sejalan dengan itu, indikator ekonomi global menunjukkan tren membaik dan tercatat di atas ekspektasi, ditunjukkan oleh kinerja manufaktur dan perdagangan global yang meningkat serta rilis pertumbuhan beberapa negara utama di kuartal II-2025 seperti AS dan Tiongkok yang lebih baik dari ekspektasi.
Pasar keuangan global secara umum menguat, dengan investor melakukan risk on atau mengambil risiko besar, dan volatilitas yang juga menurun. "Hal ini diikuti berlanjutnya aliran modal ke emerging market termasuk Indonesia," imbuh Mahendra.
Di tengah perkembangan itu, The Fed, bank sentral di Amerika Serikat, mengisyaratkan mempertahankan suku bunga lebih panjang atau fed fund rate (FFR) high for longer, yang menunggu kepastian dari kebijakan tarif dan dampaknya terhadap beberapa indikator perekonomian.
Ia melanjutkan dengan adanya kesepakatan Indonesia dengan AS untuk menurunkan tarif menjadi 19%, diharapkan akan menciptakan peluang untuk meningkatkan daya saing Indonesia, terutama dibandingkan dengan negara lain yang menghadapi tarif yang lebih tinggi dari AS.
Di sisi perekonomian domestik, indikator permintaan masih terjaga stabil terlihat dari laju inflasi yang rendah dan pertumbuhan uang beredar dalam tren meningkat. Indikator sisi penawaran masih mixed atau beragam dengan surplus neraca perdagangan yang persisten dan cadangan devisa di level yang tinggi, meskipun PMI manufaktur masih di zona kontraksi.
Terpisah, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) mencatatkan kinerja positif sepanjang semester I-2025. Penyaluran kredit tumbuh 5,97% secara tahunan (yoy) menjadi Rp1.416,62 triliun. Pertumbuhan ini terjadi di seluruh segmen pinjaman, dengan dominasi pada sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). BRI juga membukukan laba bersih sebesar Rp26,53 triliun hingga akhir kuartal II-2025
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) Hery Gunardi menyampaikan porsi pembiayaan ke UMKM paling besar dengan mencapai 80,32% dari total kredit atau sebesar Rp1.137,83 triliun.
“Hal ini merupakan wujud komitmen BRI dalam memperkuat fondasi perekonomian nasional dari level paling bawah atau ekonomi grassroot,” ujarnya dalam konferensi pers Paparan Kinerja Keuangan BRI Kuartal II secara daring, Kamis (31/7).
Kualitas kredit BRI juga menunjukkan perbaikan. Rasio kredit bermasalah (NPL) gross turun menjadi 3,23%, sementara NPL net berada di level 0,99%. Perbaikan ini mencerminkan keberhasilan BRI dalam menjaga kualitas aset di tengah ekspansi pembiayaan.
Dari sisi pendanaan, BRI menghimpun dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp1.482,12 triliun, tumbuh 6,7% yoy. Porsi dana murah (Current Account Saving Account/CASA) meningkat signifikan menjadi 65,51%, naik 5,5% dari total DPK. Pertumbuhan CASA mencapai 10,6% yoy, ditopang kenaikan giro sebesar 16,1% yoy dan tabungan sebesar 6,8% yoy.
Dari hasil kinerja tersebut, BRI membukukan laba bersih sebesar Rp26,53 triliun hingga akhir kuartal II-2025. (E-4)
Amnesti-abolisi mempertimbangkan kepentingan publik serta stabilitas politik. Presiden bisa memberi amnesti tanpa ada permohonan dari terpidana.
Tangkal kejahatan transnasional sejak dini di pintu gerbang negara. Perlu kolaborasi dalam pengawasan orang asing. Ditjen Imigrasi memanfaatkan teknologi guna meningkatkan mutu pelayanan.
Narasi tandingan tentang nasionalisme dan kebhinekaan masih disajikan secara monoton. “Anak-anak tidak bisa menerima narasi kebangsaan yang membosankan
Kami mengajak masyarakat untuk terus aktif mengawal kinerja DPR. Partisipasi publik yang kuat memperkuat legitimasi dan kualitas kebijakan. Kritik yang konstruktif sangat kami butuhkan.
Hukum acara pidana tidak semata-mata untuk menghukum tersangka, tetapi untuk memastikan tidak terjadinya kesewenang-wenangan negara terhadap warga negaranya.
Partai NasDem mendesak dialog konstitusional untuk menyikapi pemisahan pemilu nasional-lokal. DPR dan Pemerintah didesak untuk tidak lagi membenturkan putusan MK dengan UUD.
KEPALA Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dian Ediana Rae menyampaikan kinerja intermediasi perbankan dalam posisi stabil dan tangguh.
OJK menegaskan stabilitas sektor jasa keuangan tetap terjaga di tengah tensi perdagangan global. Hal ini tercermin dari pertumbuhan kredit perbankan pada April 2025 yang tumbuh 8,88%.
KETUA Dewan Komisioner (DK) OJK Mahendra Siregar menegaskan bahwa pihaknya memiliki tingkat keyakinan terkait pertumbuhan kredit di tahun ini bisa mencapai 9 sampai 11 persen.
BANK Indonesia memproyeksikan pertumbuhan kredit perbankan tahun ini tumbuh di kisaran 11% hingga 13%. Persentase itu lebih tinggi dari realisasi di 2024 yang tercatat tumbuh 10,39%.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengungkapkan kinerja intermediasi perbankan masih tumbuh positif dengan kredit perbankan tumbuh double digit.
Banyak pelaku usaha tak bisa dapat kredit bank karena bank masih memiliki hak tagih meski utang tersebut telah dihapusbukukan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved