Headline
Pansus belum pastikan potensi pemakzulan bupati.
KEPALA Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komisaris Jenderal Eddy Hartono mengatakan pentingnya menitikberatkan fokus pencegahan terorisme di tingkat desa. Perlu kolaborasi semua pihak untuk menciptakan desa yang mempunyai ketahanan, daya cegah, dan daya tangkal terhadap paham radikal.
Salah satu program pencegahan yang digagas BNPT, kata dia, adalah Desa Siap Siaga dan sudah berjalan selama tiga tahun. Terdapat lima desa/kelurahan dari lima provinsi (Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Lampung, dan Nusa Tenggara Barat/NTB) yang menjadi pilot project. Kemudian pada 2024 dilaksanakan di 50 desa/kelurahan di lima provinsi (Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Lampung).
"Sesuai dengan Asta Cita Bapak Presiden Prabowo, kemudian diwujudkan dalam RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) 2025-2029 di mana salah satunya adalah berangkat dari desa untuk melakukan pencegahan dan membangun kesejahteraan," ujarnya saat dikonfirmasi, di Jakarta, Selasa (12/8).
Pada tahun ini, pembentukan Desa Siap Siaga dilakukan di dua provinsi, yakni Banten dan Jawa Barat. Sebelumnya, dia mengatakan kolaborasi lintas sektoral antara pemerintah, DPR, dan masyarakat, adalah kunci pencegahan terhadap intoleransi serta radikalisme.
Dia menyebut berdasarkan riset Setara Institute pada 2023, salah satu penyebab utama tumbuhnya intoleransi adalah minimnya ruang dialog dan diskusi antarwarga. "Karena itu, forum seperti ini harus terus diperbanyak. Dialog dapat menjadi sarana untuk mengatasi hambatan informasi dan mencegah permasalahan sejak dini," terangnya.
Direktur Pencegahan BNPT Irfan Idris menambahkan bahwa kearifan lokal berfungsi sebagai benteng dalam menghadapi paham radikal serta terorisme. "Kita harus memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa serta budaya, agar tidak mudah tergerus oleh pengaruh negatif dari luar," imbuhnya.
ANCAMAN BARU
Sementara mantan narapidana terorisme Suryadi Masud mengingatkan bahwa Indonesia masih menghadapi ancaman intoleransi, radikalisme, dan terorisme yang kini bertransformasi dalam bentuk-bentuk baru. Padahal, kata dia, perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-80 RI seharusnya menjadi momentum untuk mengingat pengorbanan para pahlawan yang berjuang merebut dan mempertahankan kemerdekaan.
"Delapan dekade merdeka, Indonesia masih menghadapi tantangan serius dalam menjaga persatuan dan keamanan bangsa. Ancaman intoleransi, radikalisme, dan terorisme, meski tak selalu tampak di permukaan, tetap mengintai dan beradaptasi dalam bentuk baru," kata Suryadi dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Selasa (12/8).
Suryadi merupakan residifis kasus terorisme yang sudah tiga kali keluar masuk penjara, pernah bergabung dengan Al Qaeda di Moro, Filipina, terlibat dalam Bom Bali I sebagai pengirim bahan baku, Bom McDonald Makassar, hingga serangan teroris di Sarinah, Thamrin, Jakarta.
DAERAH RAWAN
Dia mengingatkan beberapa daerah di Indonesia masih menjadi tempat tumbuhnya kelompok radikal yang mengancam stabilitas nasional. Dia menegaskan kedaulatan sejati baru tercapai jika Indonesia mampu lepas sepenuhnya dari ancaman ideologi yang memecah belah.
Dia pun menyayangkan masih adanya narasi kelompok radikal yang seolah mendapat pembenaran dari sebagian pihak sehingga membelokkan persepsi masyarakat. Menurut dia, banyak orang terjerumus ke paham radikal karena minim pengetahuan sejarah bangsa dan hanya mendengar narasi sepihak.
Dia juga menyoroti masifnya penyebaran propaganda radikal di dunia maya dengan kemasan menarik dan kreatif yang menargetkan generasi muda, khususnya Gen Z.
NARASI TANDINGAN
Di sisi lain, lanjut dia, narasi tandingan tentang nasionalisme dan kebhinekaan masih disajikan secara monoton. “Anak-anak tidak bisa menerima narasi kebangsaan yang membosankan. Gaya penyampaiannya harus sesuai zaman. Kisah para pahlawan harus diangkat agar generasi muda mengerti pentingnya menjaga keutuhan bangsa,” ujarnya.
Dia mengingatkan pentingnya menyesuaikan pesan pencegahan radikalisme dengan kondisi budaya setempat. “Jangan memaksakan narasi umum yang tidak sesuai dengan lingkungan sasaran. Sayang sekali jika sumber daya sudah keluar, tapi pesannya tidak mengena,” pungkasnya. (Mir/Ant/P-3)
KEPALA Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Eddy Hartono mengunjungi dan berdialog dengan masyarakat di 4 titik Desa Siap Siaga Kecamatan Jamblang.
SEORANG Aparatur Sipil Negara (ASN) Kementerian Agama (Kemenag) Aceh, MZ alias KS, 40, ditangkap oleh Densus 88 Antiteror karena diduga terlibat dalam kelompok Negara Islam Indonesia (NII).
BNPT bersama FKPT Provinsi Bali menyelenggarakan Lomba Gelar Budaya bertajuk Suara Damai Nusantara (SUDARA) guna memperkuat ketahanan siswa-siswi tingkat SMP dan SMA/sederajat
INDONESIA mencatatkan nihil kasus serangan terorisme sejak tahun 2023 hingga saat ini, pertengahan tahun 2025. Hal itu disebut berkat peran dari berbagai pihak.
PAKAR terorisme Solahudin menyebut Indonesia saat ini berada di era terbaik dalam penanganan terorisme berkat strategi kolaboratif antara soft approach dan hard approach.
EKS narapidana terorisme (napiter) Haris Amir Falah mengungkapkan desa sering menjadi sasaran utama kelompok radikal dalam merekrut anggota baru.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved