Headline
Pelaku perusakan dan penganiayaan harus diproses hukum.
Pelaku perusakan dan penganiayaan harus diproses hukum.
ASOSIASI Pengusaha Indonesia (Apindo) merespons Keputusan Bank Indonesia (BI) untuk menahan suku bunga acuan di level 5,50%. Meskipun dunia usaha memahami pentingnya menjaga stabilitas makroekonomi, tingginya suku bunga disebut menjadi penghambat utama ekspansi dan penciptaan lapangan kerja.
Ketua Umum Apindo Shinta Widjaja Kamdanimenyebut langkah BI sebagai bentuk kehati-hatian yang dapat dimengerti, terutama dalam konteks tekanan global dan ketegangan geopolitik. Namun ia menekankan, stabilitas saja tidak cukup untuk menggerakkan sektor riil.
"Keputusan Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 5,50% kami pandang sebagai langkah yang hati-hati dan prudent dalam menjaga stabilitas nilai tukar dan merespons ketidakpastian global serta eskalasi tensi geopolitik," ujarnya saat dihubungi, Kamis (19/8).
"Tetapi perlu ditekankan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak bisa hanya bertumpu pada stabilitas makro, melainkan juga membutuhkan dorongan konkret terhadap sektor riil dan investasi produktif," tambah Shinta.
Dia menerangkan, dalam kondisi suku bunga tinggi, biaya pendanaan menjadi mahal, memperlambat investasi baru dan membatasi kapasitas usaha untuk tumbuh. Terlebih lagi, suku bunga kebijakan BI tidak selalu langsung diterjemahkan menjadi suku bunga pinjaman yang terjangkau di lapangan.
"BI Rate tidak selalu langsung terefleksikan dalam suku bunga pinjaman riil yang diterima pelaku usaha sehari-hari, terutama jika tren pelonggaran suku bunga tidak berlanjut, atau jika tidak ada insentif dari pemerintah untuk mendorong sektor keuangan menurunkan bunga pinjaman atau mempercepat distribusi kredit ke sektor riil," tutut Shinta.
Menurutnya, kondisi dunia usaha saat ini ibarat menghadapi tekanan ganda: lemahnya permintaan karena daya beli masyarakat yang tertekan, dan mahalnya biaya pendanaan. Dalam kondisi seperti ini, efisiensi menjadi kewajiban, tetapi inovasi dan ekspansi sulit diwujudkan.
"Dunia usaha butuh oksigen untuk tumbuh, dan oksigen itu adalah likuiditas yang terjangkau, kepastian regulasi, serta kemudahan berusaha. Jika tidak ada keberanian untuk mendorong permintaan domestik dan menurunkan beban dunia usaha, maka pertumbuhan kita akan terus di bawah potensi yang ada," jelas Shinta.
Sebagai solusi, Apindo mengusulkan sejumlah langkah konkret kepada otoritas moneter dan pemerintah. (H-4)
IHSG berpotensi melanjutkan penguatan pada perdagangan Kamis, 17 Juli 2025. Hal ini didorong oleh sentimen positif dari kebijakan suku bunga acuan BI dan tarif impor AS.
Pemangkasan suku bunga acuan BI dari 5,5% menjadi 5,25% pada Juli 2025 adalah langkah tepat untuk menggerakkan konsumsi domestik dan investasi.
Bank Indonesia (BI) pada Selasa-Rabu, 15-16 Juli 2025 memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan atau BI-Rate sebesar 25 basis points (bps) menjadi 5,25%
Sudah saatnya Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan. Pasalnya, kesepakatan tarif antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS) sudah terjadi.
Inflasi pada Juni 2025 tercatat sebesar 1,87% (yoy), naik dari 1,60% pada Mei 2025, namun masih berada dalam target Bank Indonesia sebesar 1,5%–3,5%.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Selasa 15 Juli 2025, diperkirakan mengalami koreksi sementara atau pullback ke kisaran 7.055.
Kegiatan tersebut menjadi bagian dari komitmen terutama mendorong literasi rupiah yang inklusif dan kontekstual di tingkat daerah.
Jadi, sebutnya, kegiatan ini sangat penting agar ke depan perumusan kebijakan di daerah secara umum terkait ekonomi, terutama terkait inflasi dapat dilakukan akurat.
PT Dupoin Futures Indonesia secara resmi terdaftar sebagai Pelaku Derivatif Pasar Uang dan Pasar Valuta Asing (PUVA) di bawah pengawasan Bank Indonesia.
Pelaksanaan ERB 2025 secara resmi ditandai dengan pelepasan KRI Hasan Basri-382 dari Pelabuhan Batu Ampar, Batam, Senin (22/7).
GUBERNUR Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan pihaknya melihat ruang untuk melanjutkan penurunan suku bunga acuan (BI Rate) guna mendorong pertumbuhan kredit.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved