Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Konflik Iran vs Israel Diyakini Koreksi IHSG dalam Jangka Pendek

Insi Nantika Jelita
16/6/2025 11:06
Konflik Iran vs Israel Diyakini Koreksi IHSG dalam Jangka Pendek
Ilustrasi(Antara)

Eskalasi konflik Israel vs Iran berpotensi mengoreksi pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG). Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) Imam Gunadi mengungkapkan, akibat ketegangan di Timur Tengah, IHSG diproyeksikan bergerak melemah dalam jangka pendek. 

"Kami memproyeksikan IHSG akan melemah dengan support 6.994 dan resistance di 7.239," ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (16/6).

Konflik ini menimbulkan kekhawatiran akan eskalasi regional yang lebih luas, dengan potensi keterlibatan kelompok bersenjata seperti Hezbollah (Lebanon), Houthi (Yaman), dan militer Suriah. Bahkan negara-negara besar seperti Amerika Serikat dapat terlibat lebih jauh jika situasi terus memanas.

Di tengah konflik tersebut, harga komoditas langsung merespons. Head of Research & Chief Economist Mirae Asset Rully Arya Wisnubroto menyebut harga minyak melonjak tajam, dengan minyak brent naik 7,3% ke level US$73,0 per barel. 

"Seperti biasanya saat terjadi ketegangan di Timur Tengah, harga minyak melonjak tajam," ucapnya. 

Dia menuturkan aset safe haven seperti emas juga mengalami kenaikan, dengan harga emas meningkat 1,4% menjadi US$3.432 per troy ons.

Rully menyebut volatilitas jangka pendek hingga menengah kemungkinan akan tetap tinggi. Harga energi yang meningkat dan tingginya permintaan terhadap aset safe haven dapat memicu arus keluar dana asing dari pasar saham Indonesia, terutama pada saham-saham yang banyak dimiliki oleh investor global.

Lebih lanjut, Rully menyoroti dampak negatif eskalasi perang Israel-Iran juga terasa di pasar saham global. Bursa saham Amerika Serikat mengalami tekanan tajam. Dow Jones Industrial Average turun 1,8% ke 42.197,8 dan S&P 500 terkoreksi 1,1% ke 5.977,0. Aksi jual dipicu oleh kekhawatiran pasar terhadap pergeseran konflik dari perang proxy menjadi konfrontasi militer langsung antara Israel dan Iran.

Selain konflik Iran vs Israel, pelaku pasar juga akan mencermati satu agenda lain, yakni keputusan Federal Open Market Committee (FOMC) atau rapat dewan kebijakan bank sentral Amerika Serikat, terkait suku bunga acuan federal funds rate (FFR) yang kemungkinan masih ditahan. (E-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Andhika
Berita Lainnya