Headline
Pansus belum pastikan potensi pemakzulan bupati.
DIREKTUR Eksekutif Center of Reform on Economics (CoRE), Mohammad Faisal mengatakan bahwa dampak dari paket-paket stimulus yang akan diberikan pemerintah untuk mendongkrak daya beli baru akan terlihat di kuartal III tahun ini.
"Jadi kalau mau ke kuartal kedua, ini kan baru Juni (pemberian stimulus), sementara kuartal dua kan berakhir di Juni, jadi menurut saya ini dampaknya paling di kuartal berikutnya. Makanya pertanyaannya seberapa lama ini (stimulus) akan diberikan, itu juga menjadi sangat penting karena pelemahan daya beli ini kan bukan cuma terjadi dalam waktu singkat, tapi dalam jangka waktu durasi yang panjang," kata Faisal saat dihubungi, Minggu (25/5).
Di antara 6 paket stimulus itu, Faisal menilai bahwa Bantyan Subsidi Upah (BSU) untuk pekerja bergaji di bawah Rp3,5 juta dan diskon tarif listrik 1.300 ampere kebawah merupakan stimulus yang akan berdampak langsung terhadap penambahan income dan membantu biaya hidup.
"Lalu, yang tarif tol, ini juga membantu terutama untuk yang terutama untuk kalau dia kendaraan umum dan untuk barang, untuk yang logistik.
Sementara yang lainnya itu relatif sebetulnya sudah ada sebelumnya, dan menurut saya itu akan bisa efektif untuk mendorong konsumsi sepanjang itu dilakukan secara konsisten dan dalam jangka waktu yang cukup panjang, jadi bukan hanya beberapa bulan saja," tutur Faisal.
Dihubungi secara terpisah, Direktur Ekonomi Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda mengungkapkan bahwa pertumbuhan konsumsi rumah tangga akan melambat pada triwulan II dan III yang diakibatkan pemutusan hak kerja (PHK) dan menyebabkan permintaan barang secara agregat akan semakin melemah.
"Untuk mencapai pertumbuhan 5,2% tahun ini pun perlu effort lebih dari pemerintah mengingat kondisi perekonomian domestik maupun global masih cukup rentan. Konsumsi rumah tangga, yang jadi andalan, akan cukup tertekan akibat adanya kasus PHK akhir-akhir ini. Padahal, faktor domestik ini yang menjadi kunci pertumbuhan ekonomi yang tinggi," beber Huda.
Dirinya menilai, BSU bagi pekerja akan berdampak terbatas untuk pekerja yang bergerak di sektor formal saja, walaupun kebijakan ini mampu meningkatkan daya beli.
"Saya melihat dampak dari BSU ini sangat terbatas terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan III. Triwulan II nampaknya belum terlihat sama sekali dampak program BSU ini. Sedangkan dampak diskon barang atau jasa akan sangat terbatas karena masyarakat tidak bepergian jauh disebabkan pendapatan yang terbatas dan pengeluaran yang membengkak," pungkasnya. (Fal/M-3)
Hal itu dapat dibuktikan ditandai dengan perolehan prestasi lewat penghargaaan atas kinerjanya dari tahun 2024 hingga saat ini.
Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menyampaikan setidaknya ada empat hal yang harus dilakukan agar pertumbuhan ekonomi bisa sustain sampai dengan akhir tahun.
Rojali dan Rohana merupakan bentuk reaksi alami dari masyarakat yang tengah mengalami pelemahan daya beli.
Di tengah kabar baik turunnya angka kemiskinan nasional, pemerintah kini menghadapi tantangan baru: daya beli masyarakat yang belum sepenuhnya pulih.
PENURUNAN daya beli masyarakat tidak hanya ditunjukkan dengan adanya kalangan 'rojali', atau rombongan jarang beli. Tetapi kini muncul kalangan bernama 'rohana' atau rombongan hanya nanya.
Cek status penerima BSU 2025 Rp600.000 dengan NIK KTP di link resmi Kemnaker & BPJS. Simak panduan lengkap cek bantuan secara online dan jadwal pencairannya.
capaian pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat menjadi 5,12 persen. Itu dinilai ekonom didorong oleh investasi dan konsumsi rumah tangga
Tulus Abadi menuding angka pertumbuhan ekonomi yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) tidak tidak mencerminkan kondisi masyarakat di lapangan.
Data pertumbuhan ekonomi triwulan II 2025 yang baru dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) penuh kejanggalan dan tanda tanya.
MENTERI Sekretaris Negara Prasetyo Hadi menyampaikan, capaian pertumbuhan ekonomi sebesar 5,12% pada triwulan II 2025 tak lepas dari campur tangan pemerintah.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, Indonesia membutuhkan pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan investasi yang tinggi guna mencapai target pertumbuhan ekonomi.
KEPALA Pusat Makroekonomi dan Keuangan Institute for Development of Economics and Finance (Indef) M. Rizal Taufikurahman mengungkapkan rumah tangga Indonesia semakin tertekan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved