Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Disambut Pasar, Penjualan Karbon PLN NP Raup Rp12 Miliar

Insi Nantika Jelita
29/4/2025 00:44
Disambut Pasar, Penjualan Karbon PLN NP Raup Rp12 Miliar
Direktur Operasi Pembangkit sekaligus Plt. Direktur Manajemen Human Capital dan Administrasi PLN Nusantara Power (NP) Komang Parmita (tengah).(MI/Insi Nantika Jelita)

DIREKTUR Operasi Pembangkit sekaligus Plt. Direktur Manajemen Human Capital dan Administrasi PLN Nusantara Power (NP) Komang Parmita mengungkapkan respons pasar terhadap pasar karbon sangat positif. Pada triwulan I 2025, pihaknya berhasil menjual emisi karbon sebesar 336 ribu ton CO2 (tCO2e) dengan nilai Rp12 miliar.

Melalui Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Blok 3 Muara Karang, Jakarta, PLN NP telah aktif berpartisipasi dalam perdagangan karbon di Bursa Karbon Indonesia (IDXCarbon) sejak 2022. PLTGU ini telah berhasil memperoleh Sertifikat Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca (SPE-GRK) dari Kementerian Lingkungan.

"Penurunan emisi kami ini direspons positif oleh pasar. Kami adalah pionir dalam upaya penurunan emisi dan penerbitan sertifikat penurunan emisi," ujar Komang dalam seminar Strategi Upscaling Bisnis Karbon: Optimalisasi Peluang di Pasar Domestik dan Internasional di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (28/4).

Dijelaskannya, PLTGU Blok 3 Muara Karang menggunakan bahan bakar berupa gas alam yang berasal dari liquefied natural gas (LNG). Kemudian, LNG tersebut diubah kembali menjadi gas (diregasifikasi) di fasilitas yang disebut floating storage and regasification unit (FSRU). FSRU merupakan kapal yang berfungsi untuk menyimpan dan mengubah LNG menjadi gas yang bisa digunakan sebagai bahan bakar. PLTGU ini juga dilengkapi teknologi gas turbin terbaru yang efisien.

Komang menambahkan, saat peluncuran pertama di pasar karbon Indonesia, PLTGU Muara Karang Blok 3 Muara Karang berhasil menurunkan karbon dioksida lebih dari 900 ribu ton CO2 di 2022. Kemudian pada 2023, penjualan karbon PLN NP mencapai nilai Rp625 juta dengan volume emisi yang berhasil dijual sekitar 11 ribu ton CO2.

Sementara pada tahun lalu, PLN NP meningkatkan kinerjanya dengan menambah beberapa proyek baru selain Muara Karang Blok 3. Salah satunya melalui proses add-on atau penambahan combining cycle pada PLTG Muara Karang. Inisiatif ini mendapatkan respons pasar yang cukup baik, menghasilkan penjualan emisi sebesar 36 ribu ton CO2 dengan nilai penjualan mencapai Rp1,4 miliar.

"Jika melihat dari sisi pertumbuhan penjualan karbon, kami optimistis ke depan pasar karbon akan memberikan dampak yang signifikan, baik untuk keberlanjutan lingkungan maupun untuk bisnis kami," lanjut Komang.

Komang melanjutkan, di tengah ketidakpastian akibat perang dagang, pasar karbon secara umum masih stabil. Beberapa sertifikat penurunan emisi PLN NP, katanya, tetap laku dijual. Ini karena sejumlah perusahaan masih membutuhkan karbon kredit.

"Permintaan akan penurunan emisi ini berlaku tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di pasar global," pungkasnya.

Risiko dan peluang
Dalam kesempatan sama, Kepala Divisi Pengembangan Bisnis 2 Bursa Efek Indonesia (BEI) Ignatius Denny Wicaksono menyampaikan tentang risiko transisi energi yang dihadapi erusahaan-perusahaan di tengah upaya menuju net zero emission (NZE).

Risiko pertama terkait dengan kebijakan atau regulasi yang bisa berubah secara tiba-tiba. Misalnya, kebijakan baru yang melarang penggunaan batu bara. Ini dapat menyebabkan aset-aset yang berhubungan dengan batu bara menjadi stranded assets atau aset yang tidak lagi bernilai bahkan mungkin harus dihapuskan (write off).

Risiko pasar juga menjadi perhatian penting. Perubahan permintaan pasar dan kebijakan yang diterapkan oleh lembaga keuangan, seperti suku bunga yang lebih tinggi untuk proyek yang tidak ramah lingkungan.

Kemudian memberikan suku bunga yang lebih rendah untuk yang ramah lingkungan. "Hal ini pun berdampak besar pada kondisi  perusahaan," imbuhnya.

Kemudian, perusahaan yang tidak beradaptasi dengan tren keberlanjutan dapat menghadapi risiko reputasi yang merugikan pada akhirnya dapat mempengaruhi kinerja mereka di pasar.

Meskipun transisi ini membawa berbagai risiko, Denny juga menyoroti sejumlah peluang yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan dalam menghadapi perubahan ini. Perusahaan bisa meraih pasar baru, meningkatkan efisiensi sumber daya, serta memperoleh pendanaan yang lebih baik dari instrumen finansial yang mendukung keberlanjutan.

"Peluangnya perusahaan dapat meningkatkan revenue dan mengambil pasar baru," pungkasnya. (Ins/E-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Mirza
Berita Lainnya