Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
FAKUTAS Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) kembali sukses menggelar seminar internasional dalam rangkaian acara The 22nd Economix.
Seminar yang mengusung tema Reimagining the Global Economic Landscape amidst Technological Transformation ini berlangsung di Balai Purnomo Prawiro, FISIP UI, Depok, serta disiarkan langsung melalui kanal YouTube Economix FEB UI.
Acara ini mendapat dukungan penuh dari World Bank Group dan menghadirkan sejumlah pembicara terkemuka dari dalam dan luar negeri.
Sebagai acara tahunan terbesar yang diinisiasi oleh KANOPI FEB UI, Economix: Global Economic Challenges tahun ini menghadirkan seminar, kompetisi internasional, serta Model United Nations (MUN). Acara ini menjadi wadah bagi mahasiswa, akademisi, serta masyarakat umum dari berbagai negara untuk berdiskusi dan mencari solusi terhadap tantangan ekonomi global.
Seminar tahun ini dibuka dengan pemaparan dari Kishore Babu Yerraballa, perwakilan International Telecommunication Union (ITU) for Southeast Asia.
Dalam sambutannya, ia menyoroti bagaimana Revolusi Industri 5.0 membawa tantangan besar, terutama dalam kesenjangan digital dan ketidaksiapan tenaga kerja. Ia menyebut bahwa pada tahun 2025, otomatisasi diproyeksikan akan menghilangkan 85 juta pekerjaan, tetapi di sisi lain menciptakan 97 juta peran baru.
Sayangnya, World Bank mencatat bahwa sekitar 54% tenaga kerja global masih kekurangan keterampilan digital yang diperlukan untuk mengimbangi perubahan ini.
Perwakilan World Bank Group, Jonathan Marskell, menambahkan bahwa digitalisasi bukan sekadar membangun infrastruktur, tetapi juga harus menyelesaikan permasalahan akses dan sosial di Indonesia.
Ia menyoroti pentingnya penerapan E-KTP secara menyeluruh untuk meningkatkan efisiensi transaksi daring dan memperkuat sistem verifikasi identitas.
Plt. Direktur Jenderal Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3 Kementerian Ketenagakerjaan, Fahrurozi, menyoroti ketidaksesuaian antara lulusan pendidikan tinggi dan kebutuhan industri, terutama di sektor prioritas seperti manufaktur dan energi.
Ia mengungkapkan bahwa hanya 19% pekerja Indonesia memiliki keterampilan digital dasar, sementara pekerja dengan keahlian digital tingkat lanjut hanya mencapai 6%. Jika tidak segera diatasi, kekurangan talenta digital di Indonesia diprediksi mencapai 3 juta orang pada 2030.
Dalam sesi diskusi panel pertama yang dimoderatori oleh Dr. I Dewa Gede Karma Wisana dari Universitas Indonesia, berbagai perspektif tentang transformasi tenaga kerja dan otomatisasi disampaikan oleh panelis seperti Tari Lestari (Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional), Simrin Singh (ILO Indonesia dan Timor-Leste), serta Dr. Komang Budi Aryasa (Telkom Indonesia).
Mereka menyoroti pentingnya kebijakan strategis yang mendorong inovasi dan mengoptimalkan bonus demografi Indonesia dalam rangka mencapai visi Indonesia Emas 2045.
Sesi kedua dibuka oleh Wakil Menteri Perdagangan Indonesia, Dyah Roro Esti Widya Putri, yang membahas peran teknologi dalam perdagangan digital serta bagaimana hal ini dapat memperkuat hubungan bilateral Indonesia dengan mitra dagangnya.
Ia menyoroti pentingnya regulasi yang mendukung keamanan transaksi digital serta perlindungan konsumen agar ekonomi digital semakin berkembang.
Selain itu, Dr. Amin Mudzakir dari Kementerian Pemberdayaan Masyarakat menyoroti tantangan utama dalam revolusi digital Indonesia, termasuk ketimpangan akses teknologi dan risiko ketidaksetaraan ekonomi akibat otomatisasi.
Ia menekankan bahwa inklusivitas harus menjadi fokus utama agar teknologi tidak hanya menguntungkan segelintir kelompok tertentu.
Dari perspektif regional, Hazremi Hamid, perwakilan ASEAN Secretariat, menyoroti transformasi digital di kawasan Asia Tenggara yang menargetkan ASEAN menjadi ekonomi terbesar keempat dunia pada 2040. Namun, ia juga menekankan tantangan yang dihadapi, seperti kesenjangan infrastruktur digital, keamanan siber, serta kesiapan UMKM dalam ekosistem digital.
Sesi panel kedua, yang dimoderatori oleh Rahma Alia (SEA Today), menghadirkan Ilham Akbar Habibie (Presiden International Indonesia Chamber of Commerce), Niall Saville (Tony Blair Institute), dan Heru Sutadi (ICT Institute Indonesia).
Mereka membahas strategi peningkatan kerja sama digital antarnegara, kebijakan ekonomi yang inklusif, serta langkah-langkah untuk memastikan bahwa teknologi memberikan manfaat yang luas bagi masyarakat.
Dengan kehadiran para pembicara terkemuka dan diskusi yang kaya wawasan, The 22nd Economix International Seminar menegaskan bahwa tantangan digitalisasi global hanya dapat diatasi dengan kolaborasi dan inovasi yang inklusif. Diharapkan, gagasan yang telah dipaparkan dalam seminar ini dapat menjadi landasan bagi kebijakan dan langkah nyata dalam menghadapi era transformasi digital dan ekonomi masa depan. (RO/Z-10)
Hilirisasi bahkan menjadi prasyarat bagi sektor industri pengolahan untuk mendukung pencapaian Indonesia Emas 2045 jika dilakukan dan direalisasikan sesuai dengan rencana investasi
Kreativitas menjadi hal yang lebih penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia dibandingkan produktivitas guna mewujudkan Indonesia Emas 2045
Dalam jangka pendek, Dekan FEB UP yang baru, Dr Harnovinsah, akan menjalankan program fast track yakni mahasiswa dalam kuliah selama lima tahun mendapatkan dua ijazah S1 dan S2.
Penyelenggaraan konferensi internasional ini sekaligus menjadi simbol eratnya kerja sama lintas batas antara Indonesia dengan Malaysia.
BADAN Pusat Statistik (BPS) baru saja merilis bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan III 2023 secara year on year (yoy) ekonomi Indonesia tumbuh 4,94%.
Para konsultan ini sebenarnya memiliki opini-opini, terlebih saat diskusi. Namun, untuk menuangkannya ke dalam bentuk tulisan tetap perlu diasah.
Pemerintah didorong untuk lebih memperhatikan hal tersebut, sebab keberadaan kampus asing dapat menimbulkan risiko keluarnya devisa dalam bidang pendidikan tinggi.
TANTANGAN dalam mengatasi dan melakukan mitigasi bencana di dunia saat ini disebut semakin kompleks. Berbagai isu global seperti perubahan iklim hingga tekanan urbanisasi menjadi pemicunya.
Program kuliah gratis ini merupakan bentuk komitmen UI dalam memperluas akses pendidikan dan memberikan bantuan kepada tenaga kependidikan dan tenaga pendidik (dosen) di lingkungan UI.
ADVERTISING Week Festival (AWF) 2025 kembali hadir dengan rangkaian sesi AdTalks yang inspiratif dan menggugah semangat inovasi.
Kondisi perang dagang global membawa dampak signifikan bagi Indonesia, mulai rantai pasokan global, investasi hingga fluktiasi harga komoditas.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved