Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Menakar Untung Rugi dari Kepemimpinan Donald Trump

M Ilham Ramadhan Avisena
19/2/2025 12:54
Menakar Untung Rugi dari Kepemimpinan Donald Trump
Presiden AS Donald Trump(Instagram/Realdonaldtrump)

Kemudi Amerika Serikat di bawah kendali Donald Trump dinilai bakal menimbulkan tantangan bagi ekonomi di ASEAN. Namun di saat yang sama kepemimpinan Trump juga disebut bakal menghadirkan sejumlah peluang bagi negara-negara di kawasan ini. 

"ASEAN dapat mengimpor sumber alternatif untuk menggantikan produk Tiongkok. Kedua, Foreign Direct Investment (FDI) dari Tiongkok ke negara-negara Asia Tenggara Selatan. Ini imbas dari adanya perang dagang," ujar Secretary General of the International Economic Association (IEA) Lili Yan Ing dalam sesi panel acara Indonesia Economic Summit (IES) 2025, Jakarta, Rabu (19/2). 

Indonesia, lanjutnya, juga dipandang memiliki harapan dan peluang yang sama dengan negara ASEAN lainnya. Karenanya, penting bagi Indonesia untuk terus melakukan reformasi guna menarik FDI dan mendukung agenda pembangunan. FDI menjadi krusial dan memiliki potensi yang besar di Indonesia untuk dikembangkan. Pasalnya saat ini porsi FDI di Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) relatif masih rendah.

"Dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, Indonesia memiliki rasio FDI ke PDB yang paling rendah. Jadi, ini adalah pekerjaan rumah besar bagi Indonesia," kata Lili.

Di kesempatan yang sama Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Mari Elka Pangestu mengatakan, Indonesia perlu mewaspadai kebijakan nontarif dari AS. Menurutnya, itu akan menjadi salah satu tantangan yang menghantui dan memberi dampak ke perekonomian dalam negeri. 

Karenanya, penting  bagi Indonesia untuk bisa mengakali tantangan itu dengan memanfaatkan perjanjian kerja sama ekonomi baru dengan Negeri Paman Sam. "Jadi saya rasa kita harus memikirkan bagaimana untuk bergabung dengan AS, dan membuat jenis perjanjian yang tepat, termasuk menjanjikan untuk membeli lebih banyak dari AS," kata Mari.

Hal itu menurutnya masih memungkinkan untuk dilakukan kendati Indonesia telah bergabung ke dalam BRICS. "Kita merupakan anggota BRICS, tapi kita tidak meyakini de-dolarisasi. Jadi saya pikir kita benar-benar perlu melihat dengan baik kelebihan kompetitif kita, yang masih adalah sumber daya, dan sekarang kita memiliki downstream di atasnya," tambah Mari. (E-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Andhika
Berita Lainnya