Headline
RI-AS membuat protokol keamanan data lintas negara.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
KEPALA Pusat Makroekonomi dan Keuangan Institute for Development of Economics and Finance (Indef) M. Rizal Taufikurahman menilai penurunan impor Indonesia memberikan sinyal perlambatan industri manufaktur.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor Indonesia pada Januari 2025 mencapai US$18 miliar atau sekitar Rp291,816 triliun (kurs Rp16.212). Angka ini anjlok 15,18% secara month to month (mtm) dibandingkan Desember 2024 dan turun 2,67% secara tahunan atau year on year (yoy) dibandingkan Januari 2024.
"Penurunan impor mengindikasikan lemahnya permintaan domestik, yang bisa mencerminkan perlambatan aktivitas industri dan konsumsi," ujar Rizal kepada Media Indonesia, Senin (17/2).
Rizal menegaskan sektor manufaktur di dalam negeri belum sepenuhnya pulih. Ini terlihat dari penurunan nilai impor barang konsumsi dan impor bahan bahan baku/penolong pada bulan lalu.
"Ada sinyal bahwa sektor manufaktur belum menunjukkan pemulihan yang kuat, sekaligus menyoroti ketergantungan Indonesia pada bahan baku impor untuk proses produksi," ucapnya.
Selain masalah penurunan impor, ekspor Indonesia juga mengalami penyusutan. Rizal mengatakan faktor eksternal seperti ketegangan geopolitik dan kebijakan moneter ketat di negara maju memang memberikan berkontribusi terhadap tekanan ekonomi. Kendati demikian, tantangan internal seperti rendahnya nilai tambah ekspor dan kurangnya diversifikasi produk dianggap turut memperparah situasi.
"Penurunan ekspor komoditas utama seperti batu bara, minyak sawit, dan nikel menggarisbawahi kelemahan fundamental ekonomi yang terlalu bergantung pada sektor primer," imbuhnya.
Ke depan, pemerintah dimintah lebih fokus pada transformasi ekonomi, mendorong hilirisasi yang nyata, dan memperkuat daya saing produk-produk manufaktur. Jika tidak, kata Rizal, surplus perdagangan yang tercipta hanya bersifat semu. Hal ini lebih disebabkan oleh pelemahan impor daripada peningkatan kinerja ekspor yang berkelanjutan.
Pada Januari 2025, neraca perdagangan mencatat surplus sebesar US$3,45 miliar atau senilai Rp55,81 triliun (kurs Rp16.212). Angka ini naik sebesar US$1,21 miliar secara bulanan.
Dihubungi terpisah, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Mohammad Faisal menyebut sejumlah mitra dagang utama Indonesia masih menunjukan prospek perlambatan ekonomi. Sehingga, ada risiko permintaan negara mitra dagang bakal relatif melemah ke depannya.
"Kalau kita lihat prospek ekonomi Amerika Serikat ada potensi melambat. India juga dari waktu ke waktu semakin melemah. Artinya, potensi pelemahan global itu mempengaruhi prospek daripada ekspor kita," ucapnya.
Faisal juga menyoroti defisit perdagangan Indonesia dengan Tiongkok. Defisit dagang itu lantaran impor Indonesia dari Negeri Tirai Bambu lebih besar ketimbang ekspor ke Tiongkok. BPS mencatat defisit dagang Indonesia dengan Tiongkok mencapai US$1,77 miliar.
"Kita tahu bahwa secara permintaan dengan Tiongkok itu sudah rendah pada saat sekarang, meski ada oversupply," pungkasnya. (H-3)
Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan bahwa pada triwulan I 2025, sektor industri manufaktur memperoleh surplus pedagangan sebesar US$10,4 miliar atau sekitar Rp.163 triliun.
Keterbukaan terhadap ide dan kolaborasi lintas sektor merupakan kunci dalam mewujudkan visi Indonesia menuju 2045.
Pentingnya reindustrialisasi yang berfokus pada sektor-sektor padat karya.
Pameran ini menjadi ajang strategis bagi pelaku industri manufaktur, logistik, pengemasan, dan percetakan guna memperkenalkan inovasi, memperluas jaringan bisnis.
Industri manufaktur dalam negeri masih mengalami tekanan di tengah dinamika ekonomi global dan banjirnya impor produk jadi di pasar domestik.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkapkan Indeks Kepercayaan Industri (IKI) pada Mei 2025 masih berada di jalur ekspansi. IKI pada Mei ini tercatat di level 52,11 poin.
INDEF menilai meskipun tarif bea masuk ke Amerika Serikat turun, tidak menjamin ekspor dan impor produk tekstil Indonesia lebih kompetitif.
PADA 2024 pemerintah gagal membawa masuk investasi sebesar Rp1.500 triliun. Aturan yang tumpang tindih hingga bertumpuknya perizinan disebut menjadi faktor yang mempengaruhi.
Potensi zakat, misalnya, mencapai Rp327 triliun per tahun, tetapi realisasinya masih jauh di bawah angka tersebut.
Indef menegaskan tidak boleh ada rangkap jabatan dalam mengisi kursi pimpinan dalam pengelolaan Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara).
PERLU ada penguatan tata kelola dan audit rutin dalam pengelolaan BPI Daya Anagata Nusantara (Danantara). Hal tersebut dilakukan sebagai upaya agar Danantara terhindar dari penyimpangan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved