Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

BI Pangkas Suku Bunga Acuan Jadi 5,75 Persen

Insi Nantika Jelita
15/1/2025 15:21
BI Pangkas Suku Bunga Acuan Jadi 5,75 Persen
Refleksi warga antre mendaftar melalui aplikasi untuk pelayanan penukaran uang baru di halaman Gedung Memoribilia Bank Indonesia Muaro, Padang, Sumatra Barat, Selasa (19/3/2024).(Antara/Iggoy el Fitra)

RAPAT Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 14-15 Januari 2025 memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 25 basis points (bps) menjadi 5,75%. Suku bunga deposit facility atau penempatan dana rupiah tetap dipangkas menjadi 5,0% dan suku bunga lending facility atau penyediaan dana rupiah menyusut 25 bps menjadi 6,5%.  

"Keputusan ini konsisten dengan tetap rendahnya perkiraan inflasi 2025 dan 2026 yang terkendali dalam sasaran 2,5%±1% serta terjaganya nilai tukar rupiah untuk mengendalikan inflasi dalam sasarannya," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers RDG di Kantor BI, Jakarta, Rabu (15/1).

Gubernur BI menjelaskan keputusan penurunan BI Rate didasarkan atas indikator ekonomi global, terutama dari kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) dan domestik. Pada Desember 2024, The Fed memangkas suku bunga acuan Fed Fund Rate (FFR) 25 bps ke kisaran 4,25%-4,50%. 

"Kami terus mencermati arah kebijakan dari Bank Sentral AS. Ini menjadi dasar ruang untuk penurunan suku bunga BI Rate. Kemudian di dalam negeri kami melihat inflasi masih rendah dan rupiah yang masih stabil," ucapnya.
 
Ke depan, Bank Indonesia akan terus mengarahkan kebijakan moneter untuk menjaga inflasi dalam sasarannya dan nilai tukar yang sesuai fundamental, dengan tetap mencermati ruang untuk turut mendorong pertumbuhan ekonomi sesuai dinamika yang terjadi pada perekonomian global dan nasional. 

Sementara itu, kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran terus diarahkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Kebijakan makroprudensial longgar, lanjut Perry, ditempuh untuk meningkatkan kredit/pembiayaan perbankan kepada sektor-sektor prioritas pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja, termasuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

"Arah bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran untuk menjaga stabilitas dalam rangka memperkuat pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan tersebut didukung," tegas Perry. 

BI akan terus melakukan penguatan strategi operasi moneter pro-market untuk memperkuat efektivitas transmisi kebijakan moneter, mempercepat pendalaman pasar uang dan pasar valuta asing (valas), serta mendorong aliran masuk modal asing. BI juga akan mengoptimalkan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI) sebagai instrumen moneter pro-market. (Z-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya