Headline
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
PT Bank Danamon Indonesia meluncurkan episode ketujuh dari Danamon Financial Friday (DFF) yang bertujuan untuk membantu masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda, dalam meraih impian memiliki rumah dan kendaraan di tengah dinamika ekonomi yang dinamis. Dalam episode ketujuh ini, Danamon menawarkan panduan praktis dan solusi finansial bagi masyarakat, merespons tantangan ekonomi saat ini serta memanfaatkan berbagai peluang di bawah kebijakan ekonomi pemerintahan yang baru.
Saat ini, daya beli masyarakat sedang menghadapi berbagai tantangan, dengan penurunan signifikan yang dialami terutama di kalangan kelas menengah. Sejalan dengan perkembangan tersebut, terdapat tren penurunan rata-rata saldo tabungan dalam beberapa tahun terakhir, dari rata-rata tabungan sebesar Rp3 juta sebelum pandemi pada 2019 menjadi hanya Rp1,8 juta per April 2024.
Sementara itu, Survei BI pada 2019 dan 2024, menunjukkan perbandingan proporsi pengeluaran terhadap pendapatan mengalami peningkatan dari 68% menjadi 74%, proporsi simpanan terhadap pendapatan mengalami penurunan dari 20% menjadi 17%, dan proporsi pembayaran cicilan terhadap pendapatan mengalami penurunan dari 12% menjadi 9%.
Fenomena ini dikenal dengan istilah makan tabungan (Mantab), yaitu kondisi di mana masyarakat semakin mengandalkan tabungan untuk menutupi kebutuhan sehari-hari.
Guna mengatasi situasi tersebut, pemerintah saat ini mencanangkan berbagai langkah yang diharapkan dapat mendorong pertumbuhan kredit dan mempermudah masyarakat dalam mengakses pembiayaan, khususnya di sektor properti dan otomotif yang sangat dibutuhkan untuk mendorong pemulihan ekonomi.
Di sisi lain, BI juga berperan aktif dalam menjaga stabilitas ekonomi melalui kebijakan penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada September 2024, serta memperpanjang kebijakan pelonggaran Loan-to-Value (LTV) dan Financing-to-Value (FTV) hingga akhir 2025.
Ekonom PT Bank Danamon Indonesia, Hosianna Evalita Situmorang menilai kebijakan penurunan suku bunga oleh Bank Indonesia sebagai langkah positif untuk meningkatkan daya beli masyarakat.
"Penurunan suku bunga ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan kredit, yang pada gilirannya akan mendukung konsumsi dan investasi," ujar Hosianna dalam keterangannya, Kamis (21/11).
Kebijakan-kebijakan ini, sambungnya, sejalan dengan target pertumbuhan ekonomi yang optimistis, yakni hingga 8% pada 2029, dengan fokus pada kebijakan yang mendukung investasi, penciptaan lapangan kerja, serta berbagai kebijakan untuk mempermudah masyarakat dalam memiliki rumah dan kendaraan.
"Momen penurunan suku bunga oleh Bank Indonesia ini sangat tepat untuk dimanfaatkan, terutama untuk konsumsi yang produktif, seperti pembelian kendaraan atau pengambilan cicilan rumah. Insentif yang ditawarkan pemerintah juga sangat relevan, tidak hanya untuk mendukung daya beli masyarakat, tetapi juga untuk mendorong sektor-sektor padat karya, yang diharapkan dapat menyerap lebih banyak tenaga kerja dan, pada gilirannya, semakin meningkatkan daya beli masyarakat secara luas," terang dia.
Dengan demikian, Consumer Lending Business Head, PT Bank Danamon Indonesia menilai bahwa perkembangan tersebut berhasil menumbuhkan harapan baru di tengah masyarakat, sehingga sentimen pasar secara keseluruhan menjadi cukup positif.
"Danamon menyambut baik dan sepenuhnya mendukung inisiatif dari pemerintah agar semakin banyak masyarakat Indonesia bisa memiliki hunian yang layak dengan harga yang terjangkau. Kami optimis dapat membantu masyarakat memaksimalkan kesempatan untuk memiliki rumah impian dengan solusi keuangan holistik dari Danamon yang dapat disesuaikan bagi setiap nasabah,” ucap Enriko.
Oleh karena itu, pihaknya kembali menawarkan berbagai program finansial seperti program KPR Take Over yang memungkinkan nasabah memindahkan KPR dari bank lain ke Danamon dengan bunga kompetitif, tetap hingga lima tahun. Enriko menegaskan bahwa fleksibilitas ini sangat penting bagi nasabah.
"Dengan KPR Take Over, nasabah mendapatkan kemudahan dalam mengatur cash flow mereka dengan tenor yang lebih panjang, cicilan yang lebih ringan, atau opsi top up untuk kebutuhan tambahan,” jelasnya.
Selain itu, Danamon juga menghadirkan KPM Prima yang didukung oleh Adira Finance untuk pembiayaan kendaraan. Produk ini memungkinkan nasabah memiliki kendaraan baru maupun bekas dengan bunga flat dan perlindungan asuransi dari Zurich Asuransi Indonesia. Dengan KPM Prima, produk pembiayaan mobil penumpang baik baru maupun bekas, mobil komersil, motor premium (motor dengan kriteria OTR > 100 juta atau CC > 500), motor non-premium (motor di luar kriteria motor premium) dan Vespa yang ditawarkan kepada nasabah Danamon yang dikelola oleh Adira Finance (anak perusahaan Danamon), nasabah juga bisa mewujudkan mimpi untuk memiliki kendaraan baru, bahkan ketika cicilan rumah masih berjalan sekalipun.
Di kesempatan yang sama, Consumer Funding and Wealth Business Head PT Bank Danamon Indonesia Tbk, Ivan Jaya menyatakan, KPM Prima dibarapkan dapat membantu masyarakat memiliki kendaraan dengan cicilan yang terjangkau, sehingga mereka bisa mewujudkan kebutuhan transportasi dengan biaya yang lebih terstruktur.
"Dengan kolaborasi ini, Danamon memastikan bahwa masyarakat bisa mendapatkan dukungan finansial sesuai kebutuhan. Danamon memanfaatkan teknologi digital melalui aplikasi D-Bank PRO untuk memudahkan nasabah mengakses layanan perbankan. Dengan aplikasi ini, nasabah dapat melakukan simulasi cicilan, mengisi data secara otomatis, dan mengajukan pembiayaan dengan cepat. Hal ini menjadikan Danamon lebih relevan bagi masyarakat yang mengutamakan kepraktisan dan kecepatan dalam mengakses layanan perbankan di era digital saat ini,” tutur Ivan.
Danamon, lanjut dia, juga mendukung upaya pemerintah untuk membangun tiga juta rumah dalam satu tahun guna mengatasi backlog perumahan yang kini mencapai 12,7 juta unit. Inisiatif ini bertujuan menciptakan akses perumahan yang lebih terjangkau bagi masyarakat luas, dan Danamon berperan dalam menyediakan pembiayaan yang memungkinkan masyarakat memenuhi kebutuhan hunian layak.
"Dengan kolaborasi yang baik antara perbankan dan pemerintah, diharapkan daya beli masyarakat di sektor properti dapat meningkat, serta tercipta stabilitas ekonomi melalui pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat," pungkasnya.
Dengan dukungan dari Danamon, masyarakat diharapkan dapat meraih kesejahteraan finansial, memiliki hunian layak, serta kendaraan pribadi yang diimpikan dengan memanfaatkan berbagai peluang dari kebijakan insentif pemerintah yang ada saat ini. (Z-11)
PT Bank Danamon Indonesia dan PT Adira Dinamika Multi Finance, dengan dukungan MUFG Bank, kembali hadir mendukung penyelenggaraan IIMS Surabaya 2025.
PT Bank Danamon Indonesia Tbk (Danamon) mencatatkan pertumbuhan pada fungsi intermediasi bisnis, dengan total kredit dan trade finance konsolidasian sebesar Rp192,7 triliun.
Danamon membukukan pendapatan operasional sebesar Rp18,9 triliun, tumbuh 4% dibandingkan tahun sebelumnya.
PT Bank Danamon Indonesia bersama PT Adira Dinamika Multi Finance berpartisipasi dalam ajang Indonesia International Motor Show (IIMS) 2025.
Danamon ingin memberikan berbagai pilihan investasi untuk nasabah, dengan asumsi orang tidak menaruh seluruh dananya dalam satu instrumen investasi.
Apindo mendorong pemerintah fokus pada program jangka pendek, di antaranya mendorong stimulus konsumsi yang tepat sasaran, khususnya bagi kelas menengah.
Fenomena duck syndrome menggambarkan kondisi ketika seseorang tampak tenang di permukaan tetapi sebenarnya sedang berjuang keras di bawah tekanan yang berat.
EKONOM UGM, Wisnu Setiadi Nugroho, menyebutkan angka kemiskinan di Indonesia menunjukkan penurunan.
Penyebab terjadinya fenomena makan tabungan (mantab) adalah karena pertumbuhan pendapatan yang sangat tipis yang dibarengi kenaikan harga barang kebutuhan sehari-hari
Menurut dia, memang dampaknya temporer di waktu Ramadhan dan Lebaran saja. Pasca itu, biasanya daya beli akan kembali terkoreksi.
Selama sepuluh tahun ini GDP per kapita Indonesia hanya bergerak dari 4.000 USD ke 5.000 USD. Sehingga mengakibatkan pelemahan kelas menengah, yang dulu terbentuk di era tahun 2000-2010.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved