Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
PENELITI dari Center of Reform on Economic (CoRE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai, kinerja konsumsi rumah tangga dan industri pengolahan mendorong pelambatan pertumbuhan ekonomi triwulan III 2024.
"Beberapa indikator utama, terutama yang berkaitan dengan konsumsi rumah tangga, memang menunjukkan tanda-tanda perlambatan. Misalnya, deflasi yang terjadi selama lima bulan berturut-turut, kontraksi di sektor manufaktur, serta adanya pemutusan hubungan kerja (PHK) yang masih berlangsung di beberapa provinsi, semua ini menunjukkan kondisi ekonomi yang tidak begitu baik," ujarnya saat dihubungi, Senin (5/11).
Yusuf menjelaskan, dalam konteks konsumsi rumah tangga, mereka yang terkena PHK cenderung melakukan penyesuaian pengeluaran. Sementara itu, bagi mereka yang tidak terimbas PHK, belum ada stimulus yang cukup untuk mendorong konsumsi secara signifikan.
"Di triwulan ketiga, tidak ada pola maksimal yang bisa mendorong konsumsi lebih tinggi. Ini menjadi tantangan besar bagi perekonomian yang bergantung pada daya beli masyarakat," tutur Yusuf.
Selain faktor konsumsi rumah tangga, perlambatan juga terjadi di sektor industri pengolahan. Dia mengatakan, PMI manufaktur yang terkontraksi pada beberapa bulan di triwulan ketiga mengindikasikan sektor industri menahan produksi karena permintaan yang melambat.
"Ini juga tercermin dari laju pertumbuhan yang lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan pertama dan kedua," jelas Yusuf.
Namun demikian, Yusuf mendorong agar pemerintah bisa mengambil langkah untuk menopang perekonomian di triwulan IV 2024. Itu dapat dilakukan melalui percepatan realisasi belanja pemerintah.
"Pemerintah perlu mempercepat realisasi belanja, baik di level pusat maupun daerah, untuk mendorong aktivitas ekonomi. Selain itu, menjaga stabilitas inflasi juga sangat penting untuk menghindari penurunan daya beli masyarakat lebih lanjut," pungkas Yusuf. (Mir/M-4)
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, Indonesia membutuhkan pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan investasi yang tinggi guna mencapai target pertumbuhan ekonomi.
KEPALA Pusat Makroekonomi dan Keuangan Institute for Development of Economics and Finance (Indef) M. Rizal Taufikurahman mengungkapkan rumah tangga Indonesia semakin tertekan.
Direktur Ekonomi Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda menyatakan bahwa gaji ke-13 bagi ASN bisa mendorong konsumsi rumah tangga meskipun terbatas.
Pemerintahan Presiden terpilih Prabowo Subianto bersiap meluncurkan enam program bantuan dan insentif ekonomi mulai 5 Juni 2025.
PEMERINTAH berencana akan kembali menyalurkan Bantuan Subsidi Upah (BSU) kepada para pekerja mulai Juni 2025.
CoRE mengatakan bahwa dampak dari paket-paket stimulus yang akan diberikan pemerintah untuk mendongkrak daya beli baru akan terlihat di kuartal III tahun ini.
Dari sisi fiskal dan makroekonomi, Anggota Komisi XI DPR RI, Puteri Komarudin, mengingatkan bahwa kebijakan ini dapat menghambat target pertumbuhan ekonomi nasional.
Penghargaan ini diselenggarakan oleh La Tofi School of Social Responsibility, dengan fokus pada pencapaian ESG perusahaan dalam kerangka SDGs PBB.
PMI Manufaktur Indonesia pada Juni 2025 kembali mencatatkan kontraksi. Berdasarkan data S&P Global, PMI Indonesia turun 0,5 poin menjadi 46,9, dibandingkan Mei 2025 yang berada di level 47,4.
Strategi keamanan siber yang tangguh dimulai dengan visibilitas yang lengkap, mengetahui apa yang perlu dilindungi dan ketika risiko terbesar berada.
Selama ini, industri tekstil dalam negeri telah menyepakati skema nontarif dengan memprioritaskan penyerapan produksi lokal, dan hanya mengimpor sesuai kebutuhan.
IHGMA mendorong profesionalisme para GM hotel dengan memperkuat literasi digital sebagai bagian dari strategi jangka panjang.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved