Headline
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
Konsumsi rumah tangga masih menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi triwulan III 2024. Komponen tersebut berkontribusi sebesar 53,08% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) triwulan III. Namun mesin utama pertumbuhan itu justru tumbuh melambat menjadi 4,91% secara tahunan (year on year/yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang sebesar 4,93% (yoy).
Kendati angka itu menunjukkan pelambatan, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti mengungkapkan angka tersebut masih menggambarkan kuatnya daya beli masyarakat.
“Komponen pengeluaran yang memberikan kontribusi terbesar pada PDB adalah konsumsi rumah tangga dengan kontribusi sebesar 53,08% dan pada triwulan III 2024, komponen ini tumbuh 4,91% menunjukkan masih terjaganya tingkat konsumsi masyarakat,” ujarnya dalam konferensi pers di kantornya, Selasa (5/11).
Pertumbuhan konsumsi masyarakat di triwulan III 2024 itu, kata Amalia, banyak didorong oleh konsumsi masyarakat untuk restoran dan hotel. Hal itu disebut tercermin dari peningkatan tingkat penghunian kamar (TPK) dan peningkatan perjalanan wisatawan nusantara.
Selain itu, pertumbuhan konsumsi rumah tangga juga didukung oleh pengeluaran di sektor transportasi dan komunikasi yang mengalami pertumbuhan tinggi. Hal itu, kata Amalia, tercermin dari peningkatan penjualan sepeda motor dan peningkatan jumlah penumpang angkutan rel, laut, dan udara.
Realisasi pertumbuhan konsumsi rumah tangga triwulan III 2024 itu disebut tetap mengalami pertumbuhan kendati angkanya melambat. “Perlu kita lihat, meski konsumsi rumah tangga melambat, tetapi masih tumbuh relatif terjaga dibandingkan triwulan II 2024 yang tumbuh 4,93%. Konsumsi rumah tangga ini, nilai konsumsinya tetap lebih tinggi karena mengalami pertumbuhan,” kata dia.
“Kalau kita lihat nominal harga berlaku sebesar Rp2.993 triliun, kalau kita bandingkan dengan triwulan III 2023, ini mencapai Rp2.787 triliun. Jadi secara level, nilai, harga berlaku untuk konsumsi rumah tangga, ini relatif lebih tinggi dari triwulan III 2023. Jadi ini namanya tumbuh,” terang Amalia.
Dia menambahkan, nilai konsumsi rumah tangga pada triwulan II 2024 berada di level tinggi lantaran ada faktor musiman seperti lebaran dan idul adha. Karenanya, jika dibandingkan dengan triwulan II 2024, konsumsi rumah tangga di triwulan III 2024 terlihat lebih rendah.
“Kalau dilihat dari komposisi rumah tangga, di triwulan III 2024 di mana yang tumbuh tinggi adalah sektor transportasi dan komunikasi, restoran dan hotel tumbuhnya 6,54% dan 6,61%. Kalau dibandingkan dengan triwulan II 2024 ini sedikit lebih lambat. Jadi sedikit lebih lambat karena memang di triwulan II 2024 terjadi puncak konsumsi masyarakat,” pungkas Amalia. (Z-11)
"Harapan satu-satunya adalah memberikan booster terhadap daya beli melalui kebijakan yang pro kepada daya beli,”
PEMERINTAH menargetkan mampu melakukan belanja di Desember 2024 sebesar Rp517,85 triliun agar alokasi belanja negara dalam APBN terpenuhi. Itu merupakan selisih realisasi belanja negara
KSSK mengungkapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada akhir 2024 bisa mencapai 5,1%. Direktur Celios Nailul Huda pesimistis dengan angka tersebut.
Kondisi konsumsi rumah tangga saat ini dinilai berada dalam guncangan. Itu tergambar dari pertumbuhan kredit multiguna rumah tangga yang melambat.
Pemberlakuan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% pada 2025 diyakini akan memicu pelemahan ekonomi.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, Indonesia membutuhkan pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan investasi yang tinggi guna mencapai target pertumbuhan ekonomi.
KEPALA Pusat Makroekonomi dan Keuangan Institute for Development of Economics and Finance (Indef) M. Rizal Taufikurahman mengungkapkan rumah tangga Indonesia semakin tertekan.
Direktur Ekonomi Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda menyatakan bahwa gaji ke-13 bagi ASN bisa mendorong konsumsi rumah tangga meskipun terbatas.
Pemerintahan Presiden terpilih Prabowo Subianto bersiap meluncurkan enam program bantuan dan insentif ekonomi mulai 5 Juni 2025.
PEMERINTAH berencana akan kembali menyalurkan Bantuan Subsidi Upah (BSU) kepada para pekerja mulai Juni 2025.
CoRE mengatakan bahwa dampak dari paket-paket stimulus yang akan diberikan pemerintah untuk mendongkrak daya beli baru akan terlihat di kuartal III tahun ini.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved