Headline
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
DALAM dunia blockhain, terdapat salah satu tantangan yang dihadapi platform desentralisasi, salah satunya adalah Trilema blockchain.
Menurut Tim Pintu Academy Trilema blockchain merupakan tantangan utama yang dihadapi platform desentralisasi, ketika pengembang harus memilih dua dari tiga aspek penting yakni desentralisasi, keamanan, dan skalabilitas. Konsep ini diperkenalkan Co-Founder Ethereum Vitalik Buterin dan telah menjadi perhatian utama dalam pengembangan blockchain.
“Desentralisasi memungkinkan blockchain beroperasi tanpa kontrol pusat, memungkinkan setiap pengguna berpartisipasi dalam proses verifikasi melalui mekanisme konsensus. Keamanan blockchain, terutama di jaringan publik, sangat penting karena rentan terhadap serangan peretas. Sementara itu, skalabilitas mengacu pada kemampuan jaringan untuk memproses transaksi dalam jumlah besar dengan cepat dan efisien, yang penting untuk adopsi massal,” ujar Tim Pintu Academy.
Baca juga : Mengenal Layer dalam Blockchain
Masalah trilema terjadi ketika pengembang tidak dapat mengoptimalkan ketiga aspek tersebut secara bersamaan. Contohnya, blockchain Bitcoin sangat aman dan terdesentralisasi, tetapi harus mengorbankan skalabilitas dengan hanya mampu memposes 7 transaksi per detik, dibandingkan dengan Visa yang bisa memproses hingga 63.000 transaksi per detik.
Berbagai solusi terus dikembangkan untuk mengatasi trilema ini, seperti perubahan mekanisme konsensus dari Proof-of-Work (PoW) ke Proof-of-Stake (PoS) pada Ethereum yang meningkatkan skalabilitas tanpa mengorbankan desentralisasi dan keamanan. Teknologi Layer-1 dan Layer-2, seperti sharding, rollups, dan sidechains juga terus dieksplorasi untuk meningkatkan performa blockchain secara keseluruhan.
Meski belum ada solusi pasti yang dapat menyelesaikan trilema blockchain, perkembangan teknologi seperti Zero-Knowledge Proofs dan state channels memberikan harapan besar. Para pengembang di seluruh dunia terus berinovasi untuk mencapai keseimbangan antara desentralisasi, keamanan, dan skalabilitas. (Z-1)
Pintu Goes to Campus ke Universitas Bakrie dihadiri lebih dari 150 mahasiswa Universitas Bakrie jurusan Akuntansi dengan rangkaian acara dibuka oleh OJK.
Inklusi tanpa pemahaman yang cukup justru akan memperbesar potensi kerugian.
Indonesia berada di persimpangan antara pertumbuhan keuangan digital dan meningkatnya minat investor regional — ini momentum penting bagi industri kripto lokal.
PT Pintu Kemana Saja, aplikasi kripto all-in-one di Indonesia, memberikan insentif kepada setiap pengguna yang berhasil mengajak rekannya berinvestasi menggunakan aplikasi tersebut.
Selain karena potensi keuntungannya yang besar, proses jual beli aset digital seperti Bitcoin dan Ethereum kini makin mudah dilakukan hanya lewat aplikasi di smartphone.
Industri aset digital Indonesia berhasil menunjukkan eksistensinya sebagai aset diversifikasi investasi.
Dukungan teknologi blockchain membuat aset kripto transparan, dapat diakses kapan saja, dan cocok bagi pengguna yang ingin memulai portofolio secara digital.
Ketika Bitcoin tengah berusaha bangkit dari tekanan jual selama ini, perkembangan Ethereum sebagai aset crypto terbesar kedua setelah Bitcoin, kondisinya sangat mengkhawatirkan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved