Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Presiden dan Mentan Amran di Lampung Barat, Pacu Produksi Kopi dan Kesejahteraan Petani

Wisnu Arto Subari
12/7/2024 14:21
Presiden dan Mentan Amran di Lampung Barat, Pacu Produksi Kopi dan Kesejahteraan Petani
Presiden Jokowi didampingi Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman meninjau perkebunan kopi di Desa Kambahang, Kecamatan Batubrak.(Dok Kementan)

PRESIDEN Joko Widodo (Jokowi) didampingi Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman meninjau perkebunan kopi di Desa Kambahang, Kecamatan Batubrak, Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung. Kunjungan ini menjadi bagian upaya pemerintah terus memperkuat dukungan terhadap komoditas kopi Indonesia sebagai kopi terbaik dan terbesar di dunia.

"Kita tahu harga kopi sekarang terus naik, meskipun kadang turun, tetapi secara tahunan naik terus. Lalu volume untuk permintaan ekspor juga naik terus. Inilah yang tadi saya sampaikan ke Pak Menteri Pertanian agar memberi perhatian pada komoditas kopi," ujar Presiden, Jumat, 12 Juli 2024.

Saat ini harga komoditas kopi mencapai Rp70 ribu per kilogram dalam bentuk kering atau green bean. Rata-rata produktivitas kopi petani mencapai 3 hingga 4 ton per hektare. Terkait hal ini, Presiden ingin petani terus meningkat produksinya hingga menyentuh 8 ton per hektare agar kesejahteraan meningkat.

Baca juga : Presiden Janji Tambah Anggaran Subsidi Pupuk

"Yang paling penting ialah produktivitas per hektarenya harus naik. Yang masih 1 hektare, 1 ton, 2 ton, harusnya bisa masuk ke 8 ton atau 9 ton. Namun ingat, ini tugas kita bersama membuat produktivitas per hektarenya menjadi naik drastis," katanya.

Presiden mengatakan pemerintah menyiapkan alokasi pupuk subsidi yang kini naik dua kali lipat dari yang tadinya 4,5 juta menjadi 9,5 juta. Kenaikan tersebut diharapkan menjadi pemicu produksi agar mampu memenuhi kebutuhan pasar domestik maupun mancanegara.

"Itu bisa terjadi kalau ada perawatan yang baik, ada pupuk yang baik, ada jarak tanam yang mungkin lebih rapat sehingga produktivitas perhatiannya bisa naik. Ingat kita memiliki 1,2 juta hektare kopi, baik robusta maupun arabica, di seluruh Indonesia," katanya.

Baca juga : Kementan Melepas Ekspor Ubi Jalar ke Jepang dan Korea Selatan

Kendati begitu, Presiden ingin produksi kopi yang dilakukan masuk pada tahap industri atau hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah atau pendapatan petani. Hilirisasi yang dilakukan bahkan tidak hanya dilakukan pada kopi melainkan juga komoditas cokelat, kakao, sawit, dan komoditas perkebunan lain.

"Ya harus seperti itu. Harusnya semua tidak dalam bentuk mentahan, bahkan tidak hanya kopi, tetapi cokelat, sawit, dan semua komoditas perkebunan lain," katanya.

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menambahkan bahwa luas areal kopi nasional sepanjang 2023 mencapai 1.268.905 hektare dengan rata-rata produksinya mencapai 756.097 ton atau terbesar keempat dunia dan menyumbang 6% kopi dunia. Indonesia memproduksi 91% kopi robusta dan 9% kopi Arabika dengan nilai ekspor 2020-2022 mengalami kenaikan sebesar US$326.451 atau 40% dari sebelumnya US$821.932 menjadi US$1.148.383. Sedangkan volume ekspor naik sebesar 58.201 ton atau 15% dari 379.354 ton menjadi 437.555 ton.

Khusus Provinsi Lampung, Amran menambahkan saat ini merupakan posisi kedua terbesar produksi kopi nasional dengan luas perkebunan mencapai 155.165 hektare atau 108.069 ton dengan dominasi kopi robusta. "Yang menarik, petani kopi Lampung Barat sebagian besar menerapkan teknologi sambung pucuk pada budi daya kopi robusta dan menghasilkan produktivitas 1,1 ton per hektare atau di atas produktivitas rata-rata nasional 0,813 ton per hektare," jelasnya. (RO/Z-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya