Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Jokowi Dinilai Terlambat Antisipasi Pelemahan Rupiah

Insi Nantika Jelita
20/6/2024 20:45
Jokowi Dinilai Terlambat Antisipasi Pelemahan Rupiah
Petugas menghitung uang pecahan dolar AS dan rupiah di gerai jasa penukaran mata uang asing(MI / Usman Iskandar)

ANALIS pasar mata uang Lukman Leong menilai Presiden Joko Widodo telat mengantisipasi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Selama empat minggu terakhir rupiah terdepresiasi dan kini sudah menembus Rp16.430 per dolar AS.

Kepala Negara baru mengundang Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) ke Istana Negara, Jakarta Pusat, pada Kamis (20/6), untuk membahas pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. KSSK terdiri atas Menteri Keuangan selaku Ketua KSSK, lalu Gubernur Bank Indonesia (BI), Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

"Sekarang mungkin sudah agak telat. Pemerintah perlu mencari cara lain selain intervensi untuk meredam gejolak rupiah," ungkap Lukman kepada Media Indonesia, Kamis (20/6).

Baca juga : Impor Indonesia Naik, Pengamat Sebut hanya Musiman

Dia berpandangan masalah ambruknya rupiah tidak sepenuhnya disebabkan oleh kekuatan dolar AS dan membaiknya data perekonomian AS. Melainkan adanya sentimen negatif investor asing pada bursa ekuitas.

"Walau mata uang negara-negara lain masih tertekan, namun sentimen investor di Indonesia terlihat lebih negatif," tudingnya.

Kedepannya pemerintah diminta membatasi investor jangka pendek di bursa ekuitas dan pasar Surat Berharga Negara (SBN) karena uanga yang dibawa mereka dianggap tidak akan menguntungkan. Selain itu aktivitas yang menguras devisa juga mesti diawasi seperti kegiatan impor.

Baca juga : Rupiah Menguat ketika Imbal Hasil Obligasi AS Menurun

"Kemudian pemerintah perlu mengambil langkah kontrol devisa," tegasnya.

Dihubungi terpisah, analis pasar uang Ariston Tjendra menyebut pemanggilan Jokowi terhadap KSSK untuk mencari solusi yang tepat terkait pengendalian rupiah. Menurutnya, untuk menjaga nilai rupiah stabil terhadap dolar AS, suplai mata uang asing itu di dalam negeri harus mencukupi.

"Jadi, BI harus menarik dolar AS untuk masuk ke Indonesia dengan berbagai instrumen yang menarik dari sisi imbal hasil," jelasnya.

Arsiton juga berpendapat rupiah yang melemah terlalu cepat terhadap dolar AS bisa menurunkan kepercayaan investor dan dapat meningkatkan biaya-biaya ekonomi ke depannya. (Z-8)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putra Ananda
Berita Lainnya