Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
KETUA Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani mengungkapkan tren pelemahan nilai tukar (kurs) rupiah dapat mengancam kinerja industri manufaktur di Tanah Air, khususnya sektor padat karya berorientasi ekspor. Kurs rupiah semakin melemah dengan berada di posisi Rp16.412 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Jumat (14/5).
Shinta menuturkan depresiasi rupiah semakin menambah beban operating expense (opex) atau biaya yang difungsikan untuk operasional sehari-hari perusahaan. Padahal,
beban opex dikatakan terus meningkat seiring dengan kenaikan upah, suku bunga dan beban lainnya.
Baca juga : Rupiah Anjlok, Pemerintah Diminta Selektif soal Impor
"Industri yang paling rentan terdampak dari pelemahan rupiah itu industri padat karya berorientasi ekspor. Dengan beban opex semakin berat, berimbas pada penurunan daya saing industri tersebut," ungkap Shinta kepada Media Indonesia, Selasa (18/6).
Depresiasi rupiah juga akan membuat kinerja industri-industri manufaktur nasional semakin tertekan karena cost of doing business atau biaya melakukan bisnis semakin mahal. Ini membuat bisnis industri orientasi ekspor menjadi tidak kompetitif.
Selain itu, nasib usaha di sektor padat karya berorientasi ekspor semakin merana dengan adanya penurunan permintaan pasar akibat gejolak ekonomi. Kekhawatiran adanya gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) secara besar-besaran di industri tekstil dan produk tekstil (TPT), alas kaki, serta furniture di depan mata.
Baca juga : Terus Melemah, Rupiah Diperkirakan Bisa Tembus Rp17.000 per Dolar AS
"Dampak terparahnya itu terjadi PHK di industri-industri," imbuh Shinta.
Senada, Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wiraswasta menyampaikan pelemahan rupiah akan menambah beban usaha industri. Dia menyebut sekitar 30% bahan baku utama serat dan benang filament masih impor. Dengan adanya tren depresiasi nilai tukar, maka harga pembelian bahan baku semakin mahal.
"Saat rupiah melemah, maka beban biaya bahan baku sektor hulu meningkat. Dampaknya juga akan mempengaruhi cash flow (kas perusahaan)," jelasnya saat dihubungi secara terpisah.
Baca juga : Rupiah Menguat setelah Inflasi AS Lebih Rendah dari Perkiraan
Redma menambahkan masalah lainnya ialah adanya banjir produk impor yang dapat mengganggu penjualan industri TPT. Gempuran barang impor membuat utilitas industri tekstil dari hulu ke hilir hanya menjadi 45%.
"Dari awal permintaan kita cuma satu, kasih pasar domestik menguasai produk dalam negeri. Ini impornya direlaksasi terus, belum lagi impor ilegalnya. Jadi, neraca perdagangan TPT negatif," bilangnya.
Ketua Umum APSyFI itu pun menegaskan dengan deretan masalah bisnis yang dialami industri TPT sejak pandemi covid-19 dan ditambah dengan pelemahan kurs rupiah, maka tidak menutup kemungkinan pabrik-pabrik tekstil banyak yang tutup.
"Bukan lagi PHK massal, ini PHK sekalian tutup pabrik," pungkasnya. (Z-8)
Bagaimana semestinya pemerintah bersikap agar situasi dan kondisi yang ada tak benar-benar menjelma menjadi bencana?
NILAI tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pagi ini bergerak menguat sebesar 35 poin menjadi Rp13.403 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.438 per dolar AS.
Seiring dengan meningkatnya aktivitas perdagangan antara Indonesia dengan Tiongkok, layanan transfer uang antar kedua negara makin dibutuhkan
Bank Indonesia bersama dengan Gugus Tugas Nasional LCS terus menggencarkan sosialisasi kepada stakeholders yang dapat memanfaatkan kerangka LCS.
NILAI tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Senin (12/8) ditutup melemah di tengah pasar mengantisipasi rilis data neraca perdagangan Indonesia untuk Juli 2024.
KOREA Utara memutuskan melanjutkan perundingan guna membahas krisis nuklir pada 25 Februari 2004 di Beijing, Tiongkok
Naiknya harga daging ayam diikuti juga beberapa komoditas lain. Di antaranya cabai rawit hijau yang semula Rp35 ribu menjadi Rp40 ribu per kg.
Dari segi mata uang dengan patokan sejak 1 April, Rupiah mengalami apresiasi sebesar 10,8%. Saat awal April, rupiah berada di angka Rp16.450 per dolar AS dan kini Rp14.835 per dolar AS
Dampak pertama ialah dari sisi keuangan, di mana rupiah sudah melemah ke level Rp14.500 per USD dan ini akan terus bergerak dan diperkirakan mencapai level Rp15.000 per USD
Dari domestik, kata dia, pelaku pasar masih mewaspadai kenaikan jumlah kasus positif COVID-19 harian yang kemarin menembus 17 ribu kasus per hari.
PEMBAHASAN besaran biaya haji tahun 2024 oleh Kementerian Agama dan DPR RI mencuatkan perdebatan serius terkait kebijakan yang seharusnya mendorong keberpihakan kepada rakyat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved