Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
KETUA Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani mengungkapkan tren pelemahan nilai tukar (kurs) rupiah dapat mengancam kinerja industri manufaktur di Tanah Air, khususnya sektor padat karya berorientasi ekspor. Kurs rupiah semakin melemah dengan berada di posisi Rp16.412 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Jumat (14/5).
Shinta menuturkan depresiasi rupiah semakin menambah beban operating expense (opex) atau biaya yang difungsikan untuk operasional sehari-hari perusahaan. Padahal,
beban opex dikatakan terus meningkat seiring dengan kenaikan upah, suku bunga dan beban lainnya.
Baca juga : Rupiah Anjlok, Pemerintah Diminta Selektif soal Impor
"Industri yang paling rentan terdampak dari pelemahan rupiah itu industri padat karya berorientasi ekspor. Dengan beban opex semakin berat, berimbas pada penurunan daya saing industri tersebut," ungkap Shinta kepada Media Indonesia, Selasa (18/6).
Depresiasi rupiah juga akan membuat kinerja industri-industri manufaktur nasional semakin tertekan karena cost of doing business atau biaya melakukan bisnis semakin mahal. Ini membuat bisnis industri orientasi ekspor menjadi tidak kompetitif.
Selain itu, nasib usaha di sektor padat karya berorientasi ekspor semakin merana dengan adanya penurunan permintaan pasar akibat gejolak ekonomi. Kekhawatiran adanya gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) secara besar-besaran di industri tekstil dan produk tekstil (TPT), alas kaki, serta furniture di depan mata.
Baca juga : Terus Melemah, Rupiah Diperkirakan Bisa Tembus Rp17.000 per Dolar AS
"Dampak terparahnya itu terjadi PHK di industri-industri," imbuh Shinta.
Senada, Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wiraswasta menyampaikan pelemahan rupiah akan menambah beban usaha industri. Dia menyebut sekitar 30% bahan baku utama serat dan benang filament masih impor. Dengan adanya tren depresiasi nilai tukar, maka harga pembelian bahan baku semakin mahal.
"Saat rupiah melemah, maka beban biaya bahan baku sektor hulu meningkat. Dampaknya juga akan mempengaruhi cash flow (kas perusahaan)," jelasnya saat dihubungi secara terpisah.
Baca juga : Rupiah Menguat setelah Inflasi AS Lebih Rendah dari Perkiraan
Redma menambahkan masalah lainnya ialah adanya banjir produk impor yang dapat mengganggu penjualan industri TPT. Gempuran barang impor membuat utilitas industri tekstil dari hulu ke hilir hanya menjadi 45%.
"Dari awal permintaan kita cuma satu, kasih pasar domestik menguasai produk dalam negeri. Ini impornya direlaksasi terus, belum lagi impor ilegalnya. Jadi, neraca perdagangan TPT negatif," bilangnya.
Ketua Umum APSyFI itu pun menegaskan dengan deretan masalah bisnis yang dialami industri TPT sejak pandemi covid-19 dan ditambah dengan pelemahan kurs rupiah, maka tidak menutup kemungkinan pabrik-pabrik tekstil banyak yang tutup.
"Bukan lagi PHK massal, ini PHK sekalian tutup pabrik," pungkasnya. (Z-8)
Nilai tukar rupiah pada perdagangan Kamis, 12 Juni 2025, menguat sebesar 8 poin atau 0,05% menjadi Rp16.252 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.260 per dolar AS.
Nilai tukar rupiah pada perdagangan Rabu, 11 Juni 2025, dibuka menguat sebesar 3 poin atau 0,02% menjadi Rp16.272 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.275 per dolar AS.
Nilai tukar rupiah pada perdagangan Selasa, 10 Juni 2026, ditutup menguat 16 poin atau 0,10% menjadi Rp16.275 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.291 per dolar AS.
Nilai tukar rupiah pada perdagangan Rabu, 4 Juni 2025, menguat sebesar 9 poin atau 0,05% menjadi Rp16.300 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.309 per dolar AS.
IDRX, startup asal Indonesia yang tengah membangun infrastruktur stablecoin berbasis rupiah, menjadi satu-satunya perwakilan Tanah Air dalam Stablecon 2025 di AS.
Nilai tukar rupiah pada perdagangan Selasa, 3 Juni 2025, melemah sebesar 37 poin atau 0,23% menjadi Rp16.290 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.253 per dolar AS.
KETIDAKPASTIAN arah kebijakan moneter Amerika Serikat kembali menjadi perhatian setelah desakan terbuka Presiden Donald Trump agar Federal Reserve memangkas suku bunga acuan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved