Headline

Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.

Fokus

Perluasan areal preservasi diikuti dengan keharusan bagi setiap pemegang hak untuk melepaskan hak atas tanah mereka.

Terus Melemah, Rupiah Diperkirakan Bisa Tembus Rp17.000 per Dolar AS

Insi Nantika Jelita
18/6/2024 12:40
Terus Melemah, Rupiah Diperkirakan Bisa Tembus Rp17.000 per Dolar AS
ilustrasi: Petugas teller menunjukan uang rupiah dan dolar AS yang akan ditransaksikan, di Jakarta, Kamis (15/2/2024)( MI /ADAM DWI)

ANALIS mata uang Lukman Leong meramalkan nilai tukar (kurs) rupiah bisa menembus Rp17.000 per dolar Amerika Serikat (AS), jika Bank Indonesia (BI) tidak bisa melakukan intervensi untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah

Selama sepekan terakhir kurs rupiah anjlok. Mengutip data Bloomberg, posisi rupiah pada penutupan perdagangan hari Jumat (14/6) senilai Rp16.412 per dolar AS, melemah 0,87% secara harian dan turun 1,33% selama sepekan terakhir.

"Rupiah bisa melemah lebih jauh apabila BI tidak mengintervensi secara intensif. Kemungkinan itu ada (menembus) Rp17.000 per dolar AS," ungkap Lukman kepada Media Indonesia, Selasa (18/6).

Baca juga : Rupiah Melemah Jelang Keputusan Suku Bunga The Fed

Dia menjelaskan penyebab utama anjloknya kurs rupiah disebabkan faktor eksternal yakni penguatan dolar AS terhadap semua mata uang pada umumnya. Pernyataan pejabat-pejabat bank sentral AS (The Fed) yang hawkish, terutama dari Kepala The Fed Jerome Powell dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) beberapa waktu lalu, mempengaruhi sentimen dolar AS.

"Sikap hawkish ini kembali diulangi oleh kepala The Fed Philadelpia Harker baru-baru ini yang mengatakan bahwa kemungkinan mereka akan menurunkan suku bunga sekali sebesar 25 basis points (bps) pada Desember ini," ujar Lukman.

Senada, Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto menuturkan dengan semakin menipisnya peluang The Fed menurunkan bunga acuan di tahun ini, yang mana diprediksi hanya satu kali, membuat tren bunga tinggi masih akan berlanjut.

Di sisi lain, ekonomi domestik yang semakin butuh pembiayaan dari utang untuk pembiayaan defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN), berdampak pada depresiasi nilai tukar rupiah.

"Jika curent account melanjutkan tren defisitnya maka rupiah kemungkinan masih bisa melemah," imbuhnya dihubungi secara terpisah. (Ins/P-5)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Akmal
Berita Lainnya