Headline
Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.
Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.
KUOTA penyaluran pembiayaan rumah bersubsidi sebanyak 166 ribu unit bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) diprediksi akan habis pada Agustus 2024. Untuk memenuhi demand sebanyak 223 ribu unit rumah, Badan Pembiayaan Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera) mengusulkan penambahan kuota pada pemerintah.
“Saat ini kita sedang koordinasikan dengan Kementerian PUPR untuk penambahan kuota,” ungkap Komisioner BP Tapera Heru Pudyo Nugroho saat media visit ke Kantor Media Indonesia, Selasa (14/5).
Heru menyampaikan, bila berkaca pada penyaluran pembiayaan fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP), perkiraan demand hunian disampaikan oleh Heru mencapai 233 ribu unit rumah.
Baca juga : Realisasi Pembiayaan Rumah Subsidi mencapai 103.749 Unit, 47,15% dari Target
Berdasarkan data yang diterima, BP Tapera telah menyalurkan dana sebesar Rp9,083 triliun untuk rumah subsidi bagi MBR pada tahun 2024. Dana tersebut disalurkan melalui dua program pembiayaan perumahan yang dikelola oleh BP Tapera.
Adapun, hingga 8 Mei 2024, dana FLPP telah digunakan untuk 72.779 unit rumah dengan total nilai Rp8,830 triliun. Rumah-rumah ini tersebar di 8.245 perumahan yang dibangun oleh 5.899 pengembang perumahan melalui 32 bank penyalur di 33 provinsi dan 376 kabupaten/kota.
Selain itu, akad pembiayaan perumahan Tapera pada periode yang sama telah mencapai 1.528 unit dengan nilai Rp253,47 miliar.
Baca juga : Gema Tapera Digelar 3 Hari di Kantor Kemenag
“Kami pun berharap persetujuan penambahan kuota pembiayaan rumah subsidi keluar secepatny. Namun itu tergantung kemampuan fiskal pemerintah, mudah-mudahan tidak lama.
Sebelumnya diberitakan, Ketua Umum Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (APERSI), Junaidi Abdillah, menyatakan bahwa kuota rumah bersubsidi pada tahun 2024 mengalami penurunan drastis dibandingkan dengan kuota tahun 2023 yang mencapai 250 ribu unit. Padahal, jumlah tersebut bisa diserap sepenuhnya oleh masyarakat.
"Kuota rumah subsidi sebanyak 166 ribu unit tahun ini diperkirakan akan habis pada bulan Juli. Kami berharap kuota ini bisa ditambah, setidaknya sama dengan kuota tahun lalu, karena jika habis, dampaknya akan besar bagi MBR," ujar Junaidi di Jakarta, kemarin.
Junaidi menambahkan, para pengembang berharap ada tindakan nyata untuk mengatasi penurunan kuota rumah subsidi ini. Penurunan kuota tersebut berpotensi menyebabkan dampak besar, tidak hanya bagi MBR dan pengembang, tetapi juga bagi industri properti secara keseluruhan.
“Keterbatasan kuota bisa menghambat pertumbuhan sektor properti, menghambat pengembangan properti, dan meningkatkan risiko kebangkrutan bagi pengembang yang tidak dapat memenuhi kewajiban perbankan,” tandas dia. (Z-8)
Pesona Kahuripan (PK) Group telah sukses membangun tidak kurang dari 14 ribu unit hunian bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR),
BADAN Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera) mendorong agar akad kredit Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) hanya boleh dilakukan ketika rumah sudah siap huni.
Rumah subsidi yang semakin kecil tidak hanya berdampak pada kenyamanan fisik, tetapi juga mengganggu kualitas hubungan antara anggota keluarga.
Usulan rumah subsidi 14 meter persegi (m²) oleh Lippo Group menuai perhatian luas dan memicu perdebatan soal status serta regulasi.
Keberadaan rumah subsidi berukuran kecil menjadi krusial di kawasan perkotaan karena harga lahan cenderung tinggi dan ketersediaannya terbatas.
Dalam peraturan sebelumnya yakni Keputusan Menteri PUPR Nomor 689/KPTS/M/2023, luas tanah rumah tapak minimal 60 meter persegi dan maksimal 200 meter persegi.
Minat terhadap rumah tapak kembali meningkat di kalangan pembeli muda, terutama sejak pandemi covid-19 memicu perubahan pola hunian.
Akses terhadap fasilitas pembiayaan hunian yang terbatas menjadi salah satu hambatan terbesar dalam penyediaan rumah bagi masyarakat Indonesia
Rumah masih menjadi sesuatu yang sulit dimiliki oleh anak muda di Indonesia saat ini. Faktor ekonomi dan sosial menjadi kendala utama.
Beli rumah impian gak beda jauh sama milih pasangan hidup: harus nyaman, punya masa depan jelas, dan gak bikin pusing finansial. KPR BRI hadir sebagai solusi cerdas dengan kerja sama developer top
Menjelang peluncuran resminya pada 19 Juni 2025, Asthara Skyfront City menjalin kerja sama strategis dengan empat lembaga keuangan terpercaya.
Ajukan KPR yang menguntungkan dengan bunga ringan, DP 0%, dan tenor hingga 25 tahun melalui KPR BRI Exclusive.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved