Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
KEPUTUSAN Bank Indonesia menaikan BI Rate berpotensi memperlambat kemampuan belanja masyarakat dan menghambat aktivitas sektor riil. Itu karena suku bunga pinjaman juga berpeluang naik dan menambah beban biaya masyarakat dan dunia usaha.
"Memang ini akan berdampak pada suku bunga pinjaman dan kredit. Cost of fund ini akan meningkat dan berpotensi memperlambat aktivitas di sektor riil," ujar Ekonom Makroekonomi dan Keuangan LPEM UI Teuku Riefky saat dihubungi, Rabu (24/4).
Karenanya, perlu ada pemantauan yang cukup ketat dari dampak kenaikan BI Rate terhadap aktivitas konsumsi dan geliat di sektor riil. Sebab hal itu dapat dipastikan memberi dampak dan berimbas pada perekonomian secara menyeluruh.
Baca juga : Dunia Usaha Hargai Keputusan BI Naikan Suku Bunga
Namun Riefky menyampaikan, keputusan BI sedianya telah berada di jalur yang tepat. Pasalnya langkah itu dinilai dapat mendukung stabilitas nilai tukar rupiah yang beberapa waktu ke belakang melemah terhadap dolar Amerika Serikat.
"Karena memang kalau kemudian rupiah terlalu terdepresiasi, maka kemudian impor kita akan terpukul. Impor kita ini 90% merupakan bahan baku/modal yang berkaitan langsung dengan aktivitas produksi dalam negeri," jelas Riefky.
"Kalau ini pun tidak terkendali, maka sektor produktif dalam negeri akan terdampak. Jadi, memang di satu sisi ini tujuannya adalah untuk melakukan stabilisasi rupiah," pungkasnya. (Z-8)
DIREKTUR Ekonomi Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda menyatakan penurunan suku bunga the Fed, merupakan kebijakan yang ditunggu oleh pelaku usaha global.
BANK Indonesia(BI) mempertahankan suku bunga acuan atau BI rate di angka 5,50%. Keputusan itu diambil melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17-18 Juni 2025
LEMBAGA Penyelidik Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) menilai Bank Indonesia perlu mempertahankan tingkat suku bunga acuan, BI Rate
Keputusan Bank Indonesia (BI) yang menurunkan suku bunga acuan (BI rate) menjadi 5,5% akan disambut positif sektor perbankan dan sektor riil.
Kami perkirakan FFR akan turun dua kali yaitu sekitar bulan September sekali dan di bulan Desember
Menurutnya, perbankan juga perlu menyesuaikan struktur biaya dana, termasuk dana pihak ketiga dan bunga kredit, agar penyaluran kredit semakin efektif.
Keputusan BI mempertahankan suku bunga acuan di level 5,50% dipandang sebagai langkah konservatif yang tepat di tengah ketidakpastian global dan perlambatan ekonomi domestik.
Keputusan Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan, atau BI Rate di level 5,50% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) 17-18 Juni 2025 dinilai sebagai langkah yang tepat.
Fixed Income Research PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Karinska Salsabila Priyatno menilai ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga dalam waktu dekat sangat terbatas.
KETIDAKPASTIAN arah kebijakan moneter Amerika Serikat kembali menjadi perhatian setelah desakan terbuka Presiden Donald Trump agar Federal Reserve memangkas suku bunga acuan.
BTN mempertegas posisinya sebagai pemimpin pembiayaan perumahan nasional dengan menggelar Akad Kredit Massal KPR Non-Subsidi secara serentak di lima kota besar
Ketua Umum Apindo, Shinta Widjaja Kamdani, menyambut baik keputusan Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan ke 5,5%.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved