Headline
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia
MALAM itu, sekitar pukul 18.00 WIB, langit sudah pekat menyelimuti Dusun Bambangan
MENTERI Perdagangan, Zulkifli Hasan (Zulhas), mengungkapkan melonjaknya harga beras dalam beberapa waktu terakhir disebabkan oleh kurangnya ketersediaan komoditas itu di lapangan. Hal itu disebabkan oleh produksi beras yang tertunda akibat fenomena iklim el nino.
"Musim tanam itu bergeser, maka beras lokal kurang, karena tidak ada yang tanam. Kalau tanam pun, itu hanya sedikit, mereka yang punya bendungan dan irigasi yang kuat saja. Jadi musim tanamnya bergeser, panennya bergeser," ujarnya dalam Rapat Kerja bersama Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat, Rabu (13/3).
Zulkifli mengatakan, situasi itu kemudian mendorong pemerintah untuk mengambil langkah cepat, yaitu impor beras. Itu bahkan telah dipercepat sejak akhir tahun lalu dengan realisasi impor mendekati 3 juta ton.
Baca juga : Pedagang Diminta tidak Jual Beras SPHP di Marketplace
Impor terus dilakukan dengan kuota importasi beras tahun ini mencapai 3,6 juta ton. Jumlah itu bertambah 1,6 juta ton dari kuota awal tahun ini yang sebelumnya disepakati 2 juta ton.
Beras impor itu, kata pria yang akrab disapa Zulhas tersebut, digunakan untuk membanjiri pasar melalui program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan yang dijalankan oleh Perum Bulog. "SPHP itu dijamin oleh pemerintah harganya Rp11 ribu kurang sedikit, dan beras medium Rp14 ribu per kg," tuturnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, kenaikan harga beras sedianya tak hanya terjadi di Indonesia. Negara-negara produsen beras lainnya juga mengalami hal yang sama. Dus, harga beras di level internasional juga berada dalam level yang relatif tinggi.
Baca juga : Stok Beras Aman, Kemendag Imbau Masyarakat tidak Panic Buying
Selain karena faktor iklim, kebijakan proteksi, atau pelarangan ekspor beras oleh India disebut menjadi sebab melambungnya harga komoditas itu di tingkat internasional. "Harga beras Thailand per Februari 2024 itu US$610, naik 32% dari periode yang sama tahun lalu," pungkas Zulhas.
Namun penjelasan mengenai dinamika harga beras itu dikritisi oleh Anggota Komisi VI DPR Harris Turino. Dia mengatakan, jika El Nino disebut menjadi sebab utama, maka pemerintah dianggap gagal mengelola perberasan nasional. Sebab, masih banyak negara lain yang menghadapi El Nino namun harga beras relatif terkendali.
"Banyak negara lain yang masih punya kemampuan ekspor. Jadi pernyataan bahwa ini melulu karena El Nino menjadi dapat dipertanyakan," kata dia.
Baca juga : Kemendag Sebut Beras Medium Tunjukkan Penurunan Harga, Beras Premium Masih Tinggi
Salah pengelolaan juga menurutnya dilakukan secara sadar oleh pemerintah. Harris mengungkapkan, pada Januari 2024, data Badan Pangan Nasional (Bapanas) stok beras nasional ada di angka 7,04 juta ton. Sementara kebutuhan untuk Februari saat itu diperkirakan mencapai 3 juta ton.
Namun karena adanya kepentingan Pemilu 2024, pemerintah tampak mengabaikan hal itu dan memilih melakukan impor secara masif. Penggunaannya pun menurut Harris tak jelas. Dugaan terkuat ialah untuk menyalurkan bansos menjelang pemilu.
"Bansos yang dilakukan besar-besaran di dalam waktu menjelang pemilu ini akhirnya menurunkan kemampuan pemerintah melakukan operasi pasar ketika terjadi kenaikan harga," tuturnya.
(Z-9)
Pada pertengahan Juni 2025, harga beras di beberapa pasar tradisional Kabupaten Deli Serdang naik hingga 3,4% dibanding bulan sebelumnya.
KENAIKAN harga beras memicu lonjakan Indeks Perkembangan Harga (IPH) di 14 provinsi pada minggu kedua Juni 2025. Padang Panjang turut mengalami fluktuasi harga.
Komoditas yang dominan memberikan andil/sumbangan inflasi m-to-m pada April 2025, antara lain tarif listrik, emas perhiasan, kelapa, bawang merah, tarif angkutan antar kota dan beras.
hal ini menjadi salah satu faktor momen perbaikan ekonomi setelah Idulfitri adalah harga pangan yang cenderung terkendali.
Kondisi tersebut, dikarenakan sebagian kecil lahan pertanian di wilayah pesisir yang bisa ditanami.
MEMASUKI pekan kedua Ramadan 1446 H, harga beras stabil tinggi di Pasar Gedhe Klaten, Jawa Tengah.
PENCEMARAN laut dan cuaca ekstrem El Nino menyebabkan hasil tangkapan nelayan di Kota Padang, Sumatra Barat, turun drastis hingga 40 persen.
Di tengah terjadinya fenomena El Nino yang memicu kekeringan di berbagai wilayah Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya anomali yang menarik pada komoditas beras
BPS memperkirakan produksi beras nasional tahun 2024 turun 760 ribu ton atau 2,43% dibandingkan 2023. Kementan meresponsnya dengan mengklaim sudah mengambil langkah mitigasi
Pada periode ini, fenomena El Nino memang menimpa Indonesia. Namun, itu sebenarnya sudah diprediksi sejak akhir 2023.
PETANI melon di kawasan Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh, merasa gembira dan bersyukur atas keberhasilan menanam melon.
Upaya pemerintah dalam menjaga ketahanan pangan terus digencarkan. Salah satu langkah konkrit yang dilakukan adalah melalui program irigasi perpompaan (Irpom).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved