Headline
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.
PERENCANAAN keuangan masa depan merupakan hal penting dalam mencapai financial freedom. Sayangnya, hal ini kerap terkendala dengan perilaku impulsive buying.
Perilaku belanja secara impulsif atau impulsive buying merupakan tren yang banyak terjadi saat ini.
Impulsive buying sendiri merupakan sebuah perilaku di mana seseorang cenderung membeli sesuatu hanya berdasarkan keinginan dan tanpa pikir panjang.
Baca juga : Kelola Risiko dan Rencanakan Masa Depan Keuangan yang Mapan Bersama BRI Prioritas
Biasanya, perilaku ini didasari oleh adanya keinginan semata untuk membeli sebuah barang atau jasa yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan.
Berbagai kemudahan dalam berbelanja secara online mendorong perilaku impulsive buying ini menjadi tren yang umum di masyarakat saat ini.
Apalagi, banyaknya diskon dan penawaran yang ada semakin mendorong orang-orang untuk membeli barang hanya atas dasar keinginan dan bukan karena kebutuhan. Mereka cenderung berpikir bahwa diskon atau penawaran tersebut belum tentu datang lagi di kemudian hari.
Baca juga : Satu Solusi untuk Transaksi Bisnis Mudah dan Praktis, Apa itu Qlola by BRI?
Padahal faktanya, perilaku impulsive buying ini justru dapat memberikan dampak negatif pada pelakunya.
Apalagi jika kebiasaan belanja impulsif ini dilakukan secara terus menerus, hal ini bisa mengakibatkan pemborosan yang tentunya dapat mengancam kesehatan finansial.
Tidak hanya mempengaruhi kesehatan finansial, perilaku belanja impulsif juga dapat berdampak negatif pada beberapa hal berikut ini.
Baca juga : Satu Solusi untuk Transaksi Bisnis Mudah dan Praktis, Apa itu Qlola by BRI?
Penumpukan Barang Tidak Terpakai
Kebiasaan belanja secara impulsif bisa menyebabkan banyak barang menumpuk di rumah. Karena belanja yang hanya didasarkan pada keinginan semata, barang-barang yang sudah dibeli bisa jadi tidak dibutuhkan atau hanya terpakai sekali sehingga barang yang lainnya akan mubazir.
Rentan Terjerat Pinjaman
Baca juga : Monitor Keuangan Perusahaan dengan Mudah Lewat QLola by BRI
Perilaku belanja impulsif bisa mendorong pelakunya untuk mengambil jalan pintas dengan pinjaman. Apabila dilakukan secara terus menerus dan kemampuan finansial tidak mencukupi, bukan tidak mungkin pelaku impulsive buying ini bisa terjerat pinjaman atau kredit.
Sulit Merencanakan Keuangan untuk Masa Depan
Belanja secara impulsif ini cenderung membuat pelakunya semakin boros. Mereka rela menghabiskan uang untuk belanja hal-hal tidak penting yang sebetulnya tidak terlalu dibutuhkan.
Baca juga : Kebebasan Finansial Bukan Lagi Mimpi Siang Bolong, dengan BRI Prioritas Bantu Wujudkannya
Hal inilah yang pada akhirnya membuat pengeluaran utama harus rela dikorbankan demi keinginan sesaat. Tak heran, perilaku ini pun membuat pelakunya akan kesulitan mengalokasikan dana untuk masa depan.
Pentingnya Investasi untuk Terhindar dari Masalah Finansial karena Impulsive Buying
Anda tentu saja harus menghindari perilaku impulsive buying agar kondisi finansial Anda tetap terjaga dan stabil.
Baca juga : Semakin Kuat dan Hebat, BRI Cetak Laba Rp60,4 Triliun
Salah satu cara menghindarinya adalah dengan memahami kembali definisi keinginan (wants) dan kebutuhan (needs). Dengan demikian, Anda bisa membedakan apakah belanja yang Anda lakukan atas dasar kebutuhan atau hanya keinginan semata.
Untuk itulah, penting bagi Anda untuk menyusun skala prioritas sebelum melakukan pembelian barang. Anda bisa menggunakan skala perencanaan keuangan dengan alokasi 40% - 30% - 20% dan 10%.
Porsi 40% dapat dialokasikan untuk jenis kebutuhan rutin, akomodasi dan kebutuhan pokok lainnya. Sebanyak 30% dari dana Anda bisa dialokasikan untuk cicilan atau kredit dengan porsi kredit produktif harus lebih dari 15%.
Baca juga : Rencanakan Keuangan yang Mapan Bersama Layanan Financial Advisory BRI Prioritas
Sebanyak 20% dari dana Anda bisa digunakan untuk proteksi dan investasi. Sementara itu, 10% sisanya dapat Anda gunakan untuk dana sosial atau bantuan lainnya.
Adapun untuk porsi 20% yang dialokasikan untuk proteksi dan investasi, Anda dapat menggunakan instrumen investasi yang ditawarkan oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk. (BRI).
Sebagai salah satu lembaga keuangan tepercaya di Indonesia, hadir dengan sejumlah instrumen investasi melalui Layanan Wealth Management BRI. (S-4)
Peluncuran ini merupakan wujud komitmen kami untuk terus beradaptasi, memperbaiki proses, serta memperkuat struktur dan kapabilitas internal BRI.
GUNA mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat, BRI mewujudkannya lewat pemberdayaan klaster usaha 'Klasterkuhidupku'. Program ini menjadi wadah yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku UMKM
BRI sepanjang Januari - Mei 2025, menyalurkan KUR senilai Rp69,8 triliun, atau setara 39,89% dari total alokasi tahunan sebesar Rp175 triliun.
BRI meraih 15 penghargaan dalam ajang FinanceAsia Awards dan Asia’s Best Companies 2025.
PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) melalui produk inovasinya QLola by BRI menghadirkan fitur Digital Trade Finance yang memudahkan kegiatan transaksi perdagangan ekspor impor.
Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan Jakarta Grogol menggelar sosialisasi kepada puluhan agen BRILink binaan BRI Kantor Cabang Daan Mogot dan Tanjung Duren, Jakarta Barat.
Obligasi tersebut merupakan hasil dari Penawaran Umum Berkelanjutan yang diterbitkan pada tahun 2022 dengan tenor tiga tahun dan kupon sebesar 9,5% per tahun.
Bank Mandiri Taspen menjadikan penerbitan obligasi sebagai strategi dalam memperkuat struktur pendanaannya, sekaligus dukungan terhadap pertumbuhan sektor riil.
BNI mengumumkan rencana penerbitan obligasi berlandaskan keberlanjutan (Sustainability Bond) Berkelanjutan I Tahap I Tahun 2025, dengan nilai maksimal Rp5 triliun.
ISRAEL menjual surat utang dalam jumlah rekor di Amerika Serikat (AS) sejak perangnya di Jalur Gaza, Palestina, meletus pada 7 Oktober 2023. Ini menurut laporan Bloomberg pada Jumat (6/6).
WOORI Bank Korea, kembali mendapatkan pengakuan atas kekuatan fundamentalnya. Berhasil mempertahankan peringkat kredit obligasi tanpa jaminan dengan rating AAA (stabil)
Di tengah ekonomi dan pasar yang penuh ketidakpastian serta tren keuangan yang dinamis, menyusun strategi finansial menjadi sebuah tantangan tersendiri.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved